Mobile_AP_Rectangle 1
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Keberadaan bidan menjadi penting pada masa kehamilan, masa nifas seusai persalinan, bayi baru lahir, balita dan anak prasekolah, hingga edukasi keluarga berencana. Dedikasi bidan dituntut profesional dan memiliki kualifikasi tertentu. Untuk itu, setiap pekerjaan yang mereka lakukan juga harus berdasarkan SOP yang berlaku.
BACA JUGA :Â Traktor Bantuan Kementan Digadaikan, Ketua Gapoktan Cermee Jadi Tersangka
Meski profesi ini identik dengan perempuan, namun perannya sungguh mulia. Terlebih saat menangani persalinan, ia harus menyelamatkan dua nyawa sekaligus, yakni ibu dan calon buah hatinya.
Mobile_AP_Rectangle 2
Ratih Diah Palupi, salah satu bidan yang bertugas di Puskesmas Sukowono, membagikan pengalamannya. Ia juga tinggal tak jauh dari tempat tugasnya. Sejak bertugas mulai tahun 2009 lalu hingga sekarang, atau selama 14 tahun, ia mengaku banyak hal yang telah dilaluinya. Mulai dari tantangan harus menyelamatkan nyawa ibu dan calon bayi saat persalinan berlangsung, hingga soal menghadapi pandangan masyarakat yang masih awam soal persalinan. “Profesi bidan kalau sekadar bekerja, sulit akan bertahan. Tapi, mungkin kebanyakan bidan itu menjalankan pekerjaannya sesuai dengan passion,” kata Ratih.
Ibu dua anak itu berpandangan, profesi bidan harus mendarah daging, benar-benar dijalankan sepenuh hati, dan menempatkan kepentingan kemanusiaan di atas segalanya. Sebab, meski tugas mereka serius karena berkaitan dengan nyawa seseorang, namun buah dari keringat mereka sering kali dibikin bercanda.
- Advertisement -
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Keberadaan bidan menjadi penting pada masa kehamilan, masa nifas seusai persalinan, bayi baru lahir, balita dan anak prasekolah, hingga edukasi keluarga berencana. Dedikasi bidan dituntut profesional dan memiliki kualifikasi tertentu. Untuk itu, setiap pekerjaan yang mereka lakukan juga harus berdasarkan SOP yang berlaku.
BACA JUGA :Â Traktor Bantuan Kementan Digadaikan, Ketua Gapoktan Cermee Jadi Tersangka
Meski profesi ini identik dengan perempuan, namun perannya sungguh mulia. Terlebih saat menangani persalinan, ia harus menyelamatkan dua nyawa sekaligus, yakni ibu dan calon buah hatinya.
Ratih Diah Palupi, salah satu bidan yang bertugas di Puskesmas Sukowono, membagikan pengalamannya. Ia juga tinggal tak jauh dari tempat tugasnya. Sejak bertugas mulai tahun 2009 lalu hingga sekarang, atau selama 14 tahun, ia mengaku banyak hal yang telah dilaluinya. Mulai dari tantangan harus menyelamatkan nyawa ibu dan calon bayi saat persalinan berlangsung, hingga soal menghadapi pandangan masyarakat yang masih awam soal persalinan. “Profesi bidan kalau sekadar bekerja, sulit akan bertahan. Tapi, mungkin kebanyakan bidan itu menjalankan pekerjaannya sesuai dengan passion,” kata Ratih.
Ibu dua anak itu berpandangan, profesi bidan harus mendarah daging, benar-benar dijalankan sepenuh hati, dan menempatkan kepentingan kemanusiaan di atas segalanya. Sebab, meski tugas mereka serius karena berkaitan dengan nyawa seseorang, namun buah dari keringat mereka sering kali dibikin bercanda.
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Keberadaan bidan menjadi penting pada masa kehamilan, masa nifas seusai persalinan, bayi baru lahir, balita dan anak prasekolah, hingga edukasi keluarga berencana. Dedikasi bidan dituntut profesional dan memiliki kualifikasi tertentu. Untuk itu, setiap pekerjaan yang mereka lakukan juga harus berdasarkan SOP yang berlaku.
BACA JUGA :Â Traktor Bantuan Kementan Digadaikan, Ketua Gapoktan Cermee Jadi Tersangka
Meski profesi ini identik dengan perempuan, namun perannya sungguh mulia. Terlebih saat menangani persalinan, ia harus menyelamatkan dua nyawa sekaligus, yakni ibu dan calon buah hatinya.
Ratih Diah Palupi, salah satu bidan yang bertugas di Puskesmas Sukowono, membagikan pengalamannya. Ia juga tinggal tak jauh dari tempat tugasnya. Sejak bertugas mulai tahun 2009 lalu hingga sekarang, atau selama 14 tahun, ia mengaku banyak hal yang telah dilaluinya. Mulai dari tantangan harus menyelamatkan nyawa ibu dan calon bayi saat persalinan berlangsung, hingga soal menghadapi pandangan masyarakat yang masih awam soal persalinan. “Profesi bidan kalau sekadar bekerja, sulit akan bertahan. Tapi, mungkin kebanyakan bidan itu menjalankan pekerjaannya sesuai dengan passion,” kata Ratih.
Ibu dua anak itu berpandangan, profesi bidan harus mendarah daging, benar-benar dijalankan sepenuh hati, dan menempatkan kepentingan kemanusiaan di atas segalanya. Sebab, meski tugas mereka serius karena berkaitan dengan nyawa seseorang, namun buah dari keringat mereka sering kali dibikin bercanda.