JEMBER, RADARJEMBER.ID – Banyaknya jalan rusak hingga dijuluki ‘jeglongan sewu’ di berbagai titik, terus mendapat perhatian Pemerintah Kabupaten Jember. Program perbaikan juga mulai dilakukan, dengan target 1.080 kilometer yang dilaksanakan secara bertahap.
Namun di lapangan, ditemukan ada sejumlah titik perbaikan yang dinilai asal-asalan dalam pengerjaannya. Salah satunya di ruas jalan Desa Tembokrejo Kecamatan Gumukmas yang sempat dikeluhkan perbaikannya oleh Bupati Jember Hendy Siswanto, saat melakukan kunjungan, Jumat (3/9) lalu.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air Rahman Anda menjelaskan, sejauh ini, progres pengerjaan perbaikan itu secara menyeluruh mencapai 10 persen, dari 1.080 kilometer yang ditargetkan. “Saat ini masih menyelesaikan proses tender, kemudian kontrak dengan perusahaan-perusahaan. Mungkin pertengahan September sudah mulai pelaksanaannya,” ujar Rahman, kemarin.
Menurutnya, dalam perbaikan itu, bakal digarap oleh sekitar 319 kontraktor yang berasal dari Jember dan luar Jember. Mengenai perbaikan dan target penyelesaiannya, dia hanya berharap semua selesai sesuai perencanaan. “Untuk target penyelesaian, kita tunggu sampai akhir tahun nanti,” imbuhnya.
Koordinator Perawatan Jalan Nasional Wilayah Jember Lumajang Sulaiman menjelaskan, perbaikan atau pengaspalan jalan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah kualitas pemilihan material dan pengerjaan. “Perbaikan jalan bukan semata-mata selesai cepat. Untuk apa selesai cepat, tapi kerusakannya juga cepat,” ucapnya.
Sulaiman membeberkan, beberapa kesalahan kontraktor dalam perbaikan atau pengaspalan. Seperti pengaturan sirkulasi air saat berada di atas jalan yang harus lancar. “Harus ada selokan, agar air terus mengalir dan tidak mengendap di atas jalan, atau terserap ke pori-pori jalan. Karena kalau air masuk melalui pori-pori itu, mengurangi usia jalan,” jelasnya.
Selain itu, dalam pemilihan material pasir dan batu, juga tidak asal pilih. Menurut Sulaiman, material itu sebaiknya tidak menggunakan pasir dan batu dari gumuk. Sebab, kualitasnya sangat buruk dan memperpendek usia jalan. “Pasir Lumajang dan batu dari sungai, itu yang bagus,” sambungnya.
Tak hanya untuk pemilihan batu dan pasir, biasanya, dalam pengerjaan proyek jalan nasional, Sulaiman mengaku menggunakan aspal yang sudah matang dari perusahaan-perusahaan penyedia aspal. Hal itu dilakukan karena aspal yang dikelola perusahaan pembuat aspal, memiliki tingkat panas dari 150 – 250 derajat celcius. Hal itu berpengaruh terhadap kualitas jalan saat digunakan untuk pengaspalan. “Setelah pengaspalan itu, minimal suhu aspal 25 derajat, baru bisa dilewati untuk kendaraan. Jika masih di atas itu, sebaiknya jangan dulu,” jelasnya. Dia juga menambahkan, untuk ketebalan jalan kabupaten, sebaiknya minimal tiga centimeter. “Disesuaikan dengan tipe jalannya, kalau itu jalan provinsi atau jalan nasional, bisa lebih tinggi,” pungkasnya.
Jurnalis: Maulana
Fotografer: Tahrir For Radar Jember