29.4 C
Jember
Saturday, 1 April 2023

Basmi Tikus Pakai Dana Desa

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Ancaman gagal panen akibat serbuan hama tikus kini menghantui petani di Desa Tangkil, Kecamatan/Kabupaten Sragen, petani stempat tidak berani menghalau tikus tersebut menggunakan setrum. Apalagi pemerintah melarang petani memanfaatkan setrum untuk mengusir tikus, maka pemeritah desa mengambil langkah melakukan gropyokan dan kegiatan itu bakal berakhir Jum’at (25/3).

Baca Juga : Pelaku di Bawah Umur, Penyabet Suporter Persebaya Tertangkap di Madura

Suyono, Kepala Desa (kades) Tangkil mengatakan, tikus merupakan musuh petani dan ia juga tidak mengizinkan petani menggunakan setrum untuk memusnahkan hewan tersebut karena setrum itu bisa mematikan bila orang terkena sengatan setrum tersebut.Aksi bersih-bersih tikus di Sragen tersebut terbilang cukup unik, untuk gropyokan itu pemerintah desa mengambil inisiatif anggaran dari dana desa (DD).

Mobile_AP_Rectangle 2

“Sebagai pemimpin di desa sini tentu menginginkan petani bisa menimati panenan, karena itu gropyokan cara untuk membasmi tikus dan anggaran gropyokan ini bersumber dari DD dan semua kelompok tani dilibatkan agar sawah terbebas dari tikus.Ada harga untuk tangkapan tikus, mulai Rp.500 per ekor tikus cindil atau tikus baru lahir, tikus kecil Rp.1000 dan tikus besar Rp.2000,”terang Suyono.

Orang nomersatu di Desa Tangkil itu menguraikan, tikus tidaklah makan padi dan bila padi dimakan mulai dari atas sampai bawah tanaman itu pasti rusak. Jadi padi cuma digerogoti oleh tikus, namun demikian tanaman padi tetap rusak, sehingga nasib petani terpuruk akibar padi mereka diganggu oleh tikus.Suyono memperkirakan, hama tikus itu muncul akibat pembangunan jalan tol sehingga menjadi sarang tikus.

Agus Nurwanto, petani di desa itu dan ikut melakukan grobyokan bersama ratusan petani lain, peserta kegiatan itu mengaku mendapatkan tikus banyak.Selain itu diantara petani ada yang mengasapi lobang tikus menggunakan belerang sehingga binatang tersebut mati di dalam lobang. (sto).

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Ancaman gagal panen akibat serbuan hama tikus kini menghantui petani di Desa Tangkil, Kecamatan/Kabupaten Sragen, petani stempat tidak berani menghalau tikus tersebut menggunakan setrum. Apalagi pemerintah melarang petani memanfaatkan setrum untuk mengusir tikus, maka pemeritah desa mengambil langkah melakukan gropyokan dan kegiatan itu bakal berakhir Jum’at (25/3).

Baca Juga : Pelaku di Bawah Umur, Penyabet Suporter Persebaya Tertangkap di Madura

Suyono, Kepala Desa (kades) Tangkil mengatakan, tikus merupakan musuh petani dan ia juga tidak mengizinkan petani menggunakan setrum untuk memusnahkan hewan tersebut karena setrum itu bisa mematikan bila orang terkena sengatan setrum tersebut.Aksi bersih-bersih tikus di Sragen tersebut terbilang cukup unik, untuk gropyokan itu pemerintah desa mengambil inisiatif anggaran dari dana desa (DD).

“Sebagai pemimpin di desa sini tentu menginginkan petani bisa menimati panenan, karena itu gropyokan cara untuk membasmi tikus dan anggaran gropyokan ini bersumber dari DD dan semua kelompok tani dilibatkan agar sawah terbebas dari tikus.Ada harga untuk tangkapan tikus, mulai Rp.500 per ekor tikus cindil atau tikus baru lahir, tikus kecil Rp.1000 dan tikus besar Rp.2000,”terang Suyono.

Orang nomersatu di Desa Tangkil itu menguraikan, tikus tidaklah makan padi dan bila padi dimakan mulai dari atas sampai bawah tanaman itu pasti rusak. Jadi padi cuma digerogoti oleh tikus, namun demikian tanaman padi tetap rusak, sehingga nasib petani terpuruk akibar padi mereka diganggu oleh tikus.Suyono memperkirakan, hama tikus itu muncul akibat pembangunan jalan tol sehingga menjadi sarang tikus.

Agus Nurwanto, petani di desa itu dan ikut melakukan grobyokan bersama ratusan petani lain, peserta kegiatan itu mengaku mendapatkan tikus banyak.Selain itu diantara petani ada yang mengasapi lobang tikus menggunakan belerang sehingga binatang tersebut mati di dalam lobang. (sto).

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Ancaman gagal panen akibat serbuan hama tikus kini menghantui petani di Desa Tangkil, Kecamatan/Kabupaten Sragen, petani stempat tidak berani menghalau tikus tersebut menggunakan setrum. Apalagi pemerintah melarang petani memanfaatkan setrum untuk mengusir tikus, maka pemeritah desa mengambil langkah melakukan gropyokan dan kegiatan itu bakal berakhir Jum’at (25/3).

Baca Juga : Pelaku di Bawah Umur, Penyabet Suporter Persebaya Tertangkap di Madura

Suyono, Kepala Desa (kades) Tangkil mengatakan, tikus merupakan musuh petani dan ia juga tidak mengizinkan petani menggunakan setrum untuk memusnahkan hewan tersebut karena setrum itu bisa mematikan bila orang terkena sengatan setrum tersebut.Aksi bersih-bersih tikus di Sragen tersebut terbilang cukup unik, untuk gropyokan itu pemerintah desa mengambil inisiatif anggaran dari dana desa (DD).

“Sebagai pemimpin di desa sini tentu menginginkan petani bisa menimati panenan, karena itu gropyokan cara untuk membasmi tikus dan anggaran gropyokan ini bersumber dari DD dan semua kelompok tani dilibatkan agar sawah terbebas dari tikus.Ada harga untuk tangkapan tikus, mulai Rp.500 per ekor tikus cindil atau tikus baru lahir, tikus kecil Rp.1000 dan tikus besar Rp.2000,”terang Suyono.

Orang nomersatu di Desa Tangkil itu menguraikan, tikus tidaklah makan padi dan bila padi dimakan mulai dari atas sampai bawah tanaman itu pasti rusak. Jadi padi cuma digerogoti oleh tikus, namun demikian tanaman padi tetap rusak, sehingga nasib petani terpuruk akibar padi mereka diganggu oleh tikus.Suyono memperkirakan, hama tikus itu muncul akibat pembangunan jalan tol sehingga menjadi sarang tikus.

Agus Nurwanto, petani di desa itu dan ikut melakukan grobyokan bersama ratusan petani lain, peserta kegiatan itu mengaku mendapatkan tikus banyak.Selain itu diantara petani ada yang mengasapi lobang tikus menggunakan belerang sehingga binatang tersebut mati di dalam lobang. (sto).

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca