29.7 C
Jember
Thursday, 30 March 2023

Akhiri Rebahanmu, Kampus Jember Siap Perkuliahan Tatap Muka

Kampus Jember Sudah Mulai Ancang-Ancang Kuliah Offline

Mobile_AP_Rectangle 1

MANGLI, RADARJEMBER.ID – Memasuki masa PPKM level satu untuk Kabupaten Jember bakal menjadi lampu hijau untuk perguruan tinggi dalam melaksanakan perkuliahan tatap muka atau secara luring. Sebab, sejak diberlakukannya masa PPKM darurat, lalu level empat hingga ke level dua, perkuliahan di kampus berjalan secara daring.

Menanggapi hal tersebut, sejumlah kampus pun mulai menyiapkan langkah menggelar perkuliahan secara tatap muka. “Masih kami godok untuk perkuliahan luring ini,” kata Wakil Rektor 1 UIN KHAS Jember Prof Miftah Arifin.

Dia menjelaskan, sebenarnya aturan yang mengatur kuliah luring tatap muka sudah diperbolehkan oleh Kementerian Agama sejak beberapa pekan lalu. Namun, saat itu masih terganjal, karena harus mendapatkan rekomendasi dari Satgas Covid-19 Kabupaten Jember.

Mobile_AP_Rectangle 2

Dalam rencana simulasi itu, dijadwalkan perkuliahan berlangsung secara hybrid, yaitu ada yang daring dan ada yang luring. Sebab, hal itu dinilainya opsi yang paling memungkinkan. Dia menjelaskan, rencana simulasi kuliah tatap muka itu akan dilakukan terbatas dengan protokol kesehatan ketat. Mahasiswa akan dicoba masuk kuliah luring dari 25 persen, berikutnya 40 persen, sampai 50 persen.

Selain itu, mereka juga dibatasi waktu, jarak masuk dan keluar kelas, hingga intensitas bertemu. Dengan begitu, ada jeda waktu panjang untuk mengosongkan area kelas. “Kalau sudah memungkinkan nanti, ini terselenggara bertahap. Mungkin minggu depan kami mulai simulasikan,” imbuhnya.

Rencana serupa juga dilakukan di Universitas Jember. Jika kuliah tatap muka dilaksanakan, maka protokol kesehatan dan aturan ketat tetap dilaksanakan. Untuk itu, Universitas Jember terus mematangkan beberapa pilihan skenario perkuliahan tatap muka, di antaranya dengan memberlakukan perkuliahan secara bergilir. “Misalnya saja yang kuliah luring hanya mahasiswa angkatan tahun 2020 dan tahun 2021 terlebih dulu. Sebab, mereka belum pernah ke kampus,” kata Wakil Rektor I Universitas Jember Prof Slamin.

Pilihan selanjutnya bisa dengan cara kuliah secara bergantian. Misalnya di minggu pertama, maka mahasiswa yang memiliki nomor induk mahasiswa (NIM) ganjil yang kuliah. Sementara, di minggu kedua giliran mahasiswa yang memiliki NIM genap yang kuliah. Itu pun dengan syarat kapasitas kelas yang dipakai hanya 50 persen saja dari kapasitas yang ada.

“Cara lain dengan metode kuliah hybrid luring-daring, di mana peserta kuliah dibagi dalam dua kelas. Misalnya di satu mata kuliah, berlaku kuliah tatap muka dengan kehadiran dosen secara langsung dengan tetap memperhatikan aturan hanya boleh diikuti 50 persen dari kapasitas kelas. Namun, kuliahnya disiarkan ke kelas lainnya atau diakses oleh peserta lainnya secara daring dengan memanfaatkan perangkat teknologi informasi dan komunikasi. Sehingga peserta kuliah di kelas tersebut masih bisa berdiskusi dengan dosen dan kawan-kawan lainnya di kelas luring,” imbuh Slamin.

Pihaknya memastikan, jika perkuliahan luring jadi dilaksanakan, Universitas Jember melalui Tim Tanggap Darurat Kesiapsiagaan Bencana Covid-19 (TTDKBC) akan selalu berkoordinasi dengan Tim Satgas Penanganan Covid-19 Jember. “Tentu saja kami akan selalu berkoordinasi dengan Tim Satgas Penanganan Covid-19 Jember. Sebab, Pemkab Jember adalah pihak yang memiliki wilayah. Kedua, keberadaan mahasiswa kami dari luar kota memiliki dampak sosial ekonomi bagi warga Jember seperti kebutuhan akan rumah kos dan pemenuhan kebutuhan mahasiswa lainnya. Sehingga, rencana perkuliahan luring di masa penanganan Covid-19 harus dibicarakan bersama dengan segenap pemangku kepentingan untuk meminimalkan dampak negatifnya,” pungkasnya.

Reporter : Maulana

Fotografer : Humas Uin Khas For Radar Jember

Editor : Lintang Anis Bena Kinanti

- Advertisement -

MANGLI, RADARJEMBER.ID – Memasuki masa PPKM level satu untuk Kabupaten Jember bakal menjadi lampu hijau untuk perguruan tinggi dalam melaksanakan perkuliahan tatap muka atau secara luring. Sebab, sejak diberlakukannya masa PPKM darurat, lalu level empat hingga ke level dua, perkuliahan di kampus berjalan secara daring.

Menanggapi hal tersebut, sejumlah kampus pun mulai menyiapkan langkah menggelar perkuliahan secara tatap muka. “Masih kami godok untuk perkuliahan luring ini,” kata Wakil Rektor 1 UIN KHAS Jember Prof Miftah Arifin.

Dia menjelaskan, sebenarnya aturan yang mengatur kuliah luring tatap muka sudah diperbolehkan oleh Kementerian Agama sejak beberapa pekan lalu. Namun, saat itu masih terganjal, karena harus mendapatkan rekomendasi dari Satgas Covid-19 Kabupaten Jember.

Dalam rencana simulasi itu, dijadwalkan perkuliahan berlangsung secara hybrid, yaitu ada yang daring dan ada yang luring. Sebab, hal itu dinilainya opsi yang paling memungkinkan. Dia menjelaskan, rencana simulasi kuliah tatap muka itu akan dilakukan terbatas dengan protokol kesehatan ketat. Mahasiswa akan dicoba masuk kuliah luring dari 25 persen, berikutnya 40 persen, sampai 50 persen.

Selain itu, mereka juga dibatasi waktu, jarak masuk dan keluar kelas, hingga intensitas bertemu. Dengan begitu, ada jeda waktu panjang untuk mengosongkan area kelas. “Kalau sudah memungkinkan nanti, ini terselenggara bertahap. Mungkin minggu depan kami mulai simulasikan,” imbuhnya.

Rencana serupa juga dilakukan di Universitas Jember. Jika kuliah tatap muka dilaksanakan, maka protokol kesehatan dan aturan ketat tetap dilaksanakan. Untuk itu, Universitas Jember terus mematangkan beberapa pilihan skenario perkuliahan tatap muka, di antaranya dengan memberlakukan perkuliahan secara bergilir. “Misalnya saja yang kuliah luring hanya mahasiswa angkatan tahun 2020 dan tahun 2021 terlebih dulu. Sebab, mereka belum pernah ke kampus,” kata Wakil Rektor I Universitas Jember Prof Slamin.

Pilihan selanjutnya bisa dengan cara kuliah secara bergantian. Misalnya di minggu pertama, maka mahasiswa yang memiliki nomor induk mahasiswa (NIM) ganjil yang kuliah. Sementara, di minggu kedua giliran mahasiswa yang memiliki NIM genap yang kuliah. Itu pun dengan syarat kapasitas kelas yang dipakai hanya 50 persen saja dari kapasitas yang ada.

“Cara lain dengan metode kuliah hybrid luring-daring, di mana peserta kuliah dibagi dalam dua kelas. Misalnya di satu mata kuliah, berlaku kuliah tatap muka dengan kehadiran dosen secara langsung dengan tetap memperhatikan aturan hanya boleh diikuti 50 persen dari kapasitas kelas. Namun, kuliahnya disiarkan ke kelas lainnya atau diakses oleh peserta lainnya secara daring dengan memanfaatkan perangkat teknologi informasi dan komunikasi. Sehingga peserta kuliah di kelas tersebut masih bisa berdiskusi dengan dosen dan kawan-kawan lainnya di kelas luring,” imbuh Slamin.

Pihaknya memastikan, jika perkuliahan luring jadi dilaksanakan, Universitas Jember melalui Tim Tanggap Darurat Kesiapsiagaan Bencana Covid-19 (TTDKBC) akan selalu berkoordinasi dengan Tim Satgas Penanganan Covid-19 Jember. “Tentu saja kami akan selalu berkoordinasi dengan Tim Satgas Penanganan Covid-19 Jember. Sebab, Pemkab Jember adalah pihak yang memiliki wilayah. Kedua, keberadaan mahasiswa kami dari luar kota memiliki dampak sosial ekonomi bagi warga Jember seperti kebutuhan akan rumah kos dan pemenuhan kebutuhan mahasiswa lainnya. Sehingga, rencana perkuliahan luring di masa penanganan Covid-19 harus dibicarakan bersama dengan segenap pemangku kepentingan untuk meminimalkan dampak negatifnya,” pungkasnya.

Reporter : Maulana

Fotografer : Humas Uin Khas For Radar Jember

Editor : Lintang Anis Bena Kinanti

MANGLI, RADARJEMBER.ID – Memasuki masa PPKM level satu untuk Kabupaten Jember bakal menjadi lampu hijau untuk perguruan tinggi dalam melaksanakan perkuliahan tatap muka atau secara luring. Sebab, sejak diberlakukannya masa PPKM darurat, lalu level empat hingga ke level dua, perkuliahan di kampus berjalan secara daring.

Menanggapi hal tersebut, sejumlah kampus pun mulai menyiapkan langkah menggelar perkuliahan secara tatap muka. “Masih kami godok untuk perkuliahan luring ini,” kata Wakil Rektor 1 UIN KHAS Jember Prof Miftah Arifin.

Dia menjelaskan, sebenarnya aturan yang mengatur kuliah luring tatap muka sudah diperbolehkan oleh Kementerian Agama sejak beberapa pekan lalu. Namun, saat itu masih terganjal, karena harus mendapatkan rekomendasi dari Satgas Covid-19 Kabupaten Jember.

Dalam rencana simulasi itu, dijadwalkan perkuliahan berlangsung secara hybrid, yaitu ada yang daring dan ada yang luring. Sebab, hal itu dinilainya opsi yang paling memungkinkan. Dia menjelaskan, rencana simulasi kuliah tatap muka itu akan dilakukan terbatas dengan protokol kesehatan ketat. Mahasiswa akan dicoba masuk kuliah luring dari 25 persen, berikutnya 40 persen, sampai 50 persen.

Selain itu, mereka juga dibatasi waktu, jarak masuk dan keluar kelas, hingga intensitas bertemu. Dengan begitu, ada jeda waktu panjang untuk mengosongkan area kelas. “Kalau sudah memungkinkan nanti, ini terselenggara bertahap. Mungkin minggu depan kami mulai simulasikan,” imbuhnya.

Rencana serupa juga dilakukan di Universitas Jember. Jika kuliah tatap muka dilaksanakan, maka protokol kesehatan dan aturan ketat tetap dilaksanakan. Untuk itu, Universitas Jember terus mematangkan beberapa pilihan skenario perkuliahan tatap muka, di antaranya dengan memberlakukan perkuliahan secara bergilir. “Misalnya saja yang kuliah luring hanya mahasiswa angkatan tahun 2020 dan tahun 2021 terlebih dulu. Sebab, mereka belum pernah ke kampus,” kata Wakil Rektor I Universitas Jember Prof Slamin.

Pilihan selanjutnya bisa dengan cara kuliah secara bergantian. Misalnya di minggu pertama, maka mahasiswa yang memiliki nomor induk mahasiswa (NIM) ganjil yang kuliah. Sementara, di minggu kedua giliran mahasiswa yang memiliki NIM genap yang kuliah. Itu pun dengan syarat kapasitas kelas yang dipakai hanya 50 persen saja dari kapasitas yang ada.

“Cara lain dengan metode kuliah hybrid luring-daring, di mana peserta kuliah dibagi dalam dua kelas. Misalnya di satu mata kuliah, berlaku kuliah tatap muka dengan kehadiran dosen secara langsung dengan tetap memperhatikan aturan hanya boleh diikuti 50 persen dari kapasitas kelas. Namun, kuliahnya disiarkan ke kelas lainnya atau diakses oleh peserta lainnya secara daring dengan memanfaatkan perangkat teknologi informasi dan komunikasi. Sehingga peserta kuliah di kelas tersebut masih bisa berdiskusi dengan dosen dan kawan-kawan lainnya di kelas luring,” imbuh Slamin.

Pihaknya memastikan, jika perkuliahan luring jadi dilaksanakan, Universitas Jember melalui Tim Tanggap Darurat Kesiapsiagaan Bencana Covid-19 (TTDKBC) akan selalu berkoordinasi dengan Tim Satgas Penanganan Covid-19 Jember. “Tentu saja kami akan selalu berkoordinasi dengan Tim Satgas Penanganan Covid-19 Jember. Sebab, Pemkab Jember adalah pihak yang memiliki wilayah. Kedua, keberadaan mahasiswa kami dari luar kota memiliki dampak sosial ekonomi bagi warga Jember seperti kebutuhan akan rumah kos dan pemenuhan kebutuhan mahasiswa lainnya. Sehingga, rencana perkuliahan luring di masa penanganan Covid-19 harus dibicarakan bersama dengan segenap pemangku kepentingan untuk meminimalkan dampak negatifnya,” pungkasnya.

Reporter : Maulana

Fotografer : Humas Uin Khas For Radar Jember

Editor : Lintang Anis Bena Kinanti

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca