JEMBER, RADARJEMBER.IDĀ –Ā Perpustakaan Daerah (Perpusda) Jember masih perlu berbenah. Pembenahan perpusda sudah waktunya segera dilakukan sebagai lokasi rujukan literasi. Apalagi Jember menjadi salah satu kabupaten yang banyak berdiri perguruan tinggi (PT).
BACA JUGA :Ā Broken Home Kerap Picu Anak Putus Sekolah
Prima Judiarto, Kasubbag Umum Dinas Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi (DPAD) Jember, menjelaskan bahwa pihaknya masih berupaya pembenahan fasilitas. Selain itu, DPAD juga menyosialisasikan keberadaan perpusda kepada lembaga sekolah yang ada.
Hal tersebut dilakukan dalam rangka mengedukasi serta memberikan pembimbingan kepada perpustakaan yang ada di sekolah-sekolah. Selain itu, terdapat juga perpustakaan keliling yang beroperasi setiap hari. “Biasanya perpusda keliling itu stand by di Alun-Alun Jember,ā kata Prima.
Kini Perpusda pun sudah memiliki aplikasi daring. Hal tersebut untuk memudahkan akses masyarakat ke perpustakaan melalui gawai. Meskipun begitu, menurut Prima, penggunaan perpustakaan digital sampai saat ini masih belum dikatakan maksimal. Sebab, banyak dari pustakawan yang masih belum tahu cara mengaksesnya.
“Apa mungkin karena kami kurang melakukan sosialisasi atau bagaimana. Padahal sebelum pandemi kami sudah adakan sosialisasi di sekolah-sekolah,” ujarnya.
Lebih lanjut, rata-rata jumlah tiap harinya berkisar 30ā40 pengunjung. Itu pun didominasi siswa SD, SMP, hingga SMA. Prima mengakui bahwa kini pihaknya belum dapat menjangkau kunjungan dari mahasiswa secara maksimal. āBuku koleksi kami juga terbatas. Dan itu mungkin masih belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat,ā beber dia.
Di perpusda sendiri pun sudah dipisah beberapa bagian. Ada buku khusus anak, dewasa, dan umum. Sementara itu, tak semua buku dapat dipinjam. Ada beberapa jenis buku yang hanya boleh dibaca di tempat.
Di sisi lain, Sunarsi Khoris, anggota DPRD Jember, turut memberi komentar mengenai kondisi Perpusda Jember. Menurutnya, Perpusda Jember kini belum sesuai standar perpustakaan nasional. āSalah satu kriteria yang belum dipenuhi adalah ketersediaan koleksi buku yang harusnya selalu up to date. Dan kalau perlu disesuaikan dengan kondisi zaman, yaitu berbasis digital,ā kata Sunarsi.
Dia melanjutkan, kriteria lainnya adalah belum terpenuhinya standar sarana dan prasarana, misalnya tempat duduk untuk baca yang masih terbatas jumlahnya. “Tidak semua ruangan menggunakan AC. Warna cat dinding perpustakaan umum juga masih monoton dan terkesan kaku,ā pungkasnya. (mg6/c2/bud)