Tape merupakan makanan khas Bondowoso yang rasanya manis tanpa pemanis buatan. Teksturnya empuk dan dapat menghangatkan badan jika dikonsumsi. Tape menjadi salah satu produk unggulan Bondowoso, selain kopi.
Para pelaku usaha kopi di Bondowoso mulai mendapatkan angin segar. Pasalnya, omzet atau pendapatan mereka mulai meningkat walaupun belum signifikan. Hal tersebut beriringan dengan landainya penyebaran Covid-19 di Bondowoso.
Pandemi Covid-19 membuat sejumlah sektor mengalami keterpurukan. Tak terkecuali sektor industri kecil dan menengah (IKM) tape di Bondowoso. Tak pelak, sejumlah pelaku IKM harus berjibaku agar bisnis mereka bisa tetap bertahan dan dapur tetap mengepul.
KEBANYAKAN orang bekerja memilih sesuai dengan kemampuan akademik. Namun, ada beberapa dari mereka yang justru memilih bekerja di luar studi yang ditempuh. Dan, ini terkadang membuat usaha mereka cukup menjanjikan. Zamzam Habibi ini contohnya. Pemuda asal Dusun Jadugan, Desa Mojosari, Kecamatan Puger, yang menekuni usaha budi daya burung puyuh.
Toko kerajinan kuningan berjejer di jalan raya Desa Cindogo, Kecamatan Tapen. Deretan toko yang memajang segala macam ukiran berbahan kuningan itu berada di sepanjang pinggir jalan. Mereka menjual mulai dari paidon, kinangan, guci, asbak, aneka bentuk binatang, vas bunga, alat musik tradisional, hingga kerajinan kuningan berbentuk selongsong peluru.
Masa pandemi berdampak pada semua sektor dan kawasan. Salah satunya di kawasan Ranu Klakah, Desa Tegalrandu, Kecamatan Klakah. Salah satu kawasan strategis ini sempat digadang-gadang bisa memproduksi ikan tawar terbaik dengan didukung pariwisata air yang menarik. Namun, kini kondisinya vakum diterpa pandemi.
Pandemi korona memang sempat melemahkan banyak sektor. Salah satunya sektor ekonomi kreatif. Seperti halnya batik lumajangan. Para pembatik tidak hanya terancam pendapatan menurun, namun juga terancam gulung tikar. Alhasil, tidak sedikit mereka memilih nyambi profesi lainnya.
Dampak pandemi Covid-19 berimbas besar pada pelaku usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Tak terkecuali pelaku UMKM di Bondowoso. Salah satunya perajin batik. Efek pandemi hingga kini masih dirasakan benar oleh pengusaha batik, yakni Andriyanto, pemilik sanggar Ijen Batik.
Sejumlah warga binaan pemasyarakatan (WBP) Lapas Kelas II B Bondowoso, kemarin, tengah sibuk bergelut dengan plastik dan kertas berwarna coklat. Dalam ruangan giat kerja, mereka sibuk mengemas plastik dan kertas itu agar terlihat rapi.
Rencana Pemkab Bondowoso menghidupkan kembali Bondowoso Republik Kopi (BRK) juga disambut baik oleh DPRD setempat. Bahkan, tidak hanya itu, mereka menyarankan pembinaan kepada para pelaku usaha yang bergerak di bidang kopi untuk segera diberikan kembali.