Masyarakat yang tinggal di sekitaran kebun milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X menyambut gembira dimulainya masa tanam tembakau. Sebab, tanam perdana yang berlangsung di Kebun Ajong Gayasan di Kecamatan Ajung, kemarin (19/5), ini bakal menjadi lahan pekerjaan bagi mereka. Terlebih untuk masa tanam tahun ini, ada penambahan luasan lahan. Dari sebelumnya 500 hektare menjadi 600 hektare.
Lengkap sudah penderitaan para petani tembakau. Selain salah satu perusahaan mitra terlambat membuka gudang penjualan pada beberapa bulan lalu, kini pelunasan pembayaran pada petani juga belum diberesi.
Potensi tembakau di Bondowoso sangat bagus. Ternyata tidak hanya produksi di persawahan, melainkan juga pada tahap pengolahannya. Sampai-sampai ada rombongan dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah belajar ke Bondowoso, kemarin.
Petani tembakau tetap bersemangat untuk menyelesaikan hasil produksi tembakaunya. Walau pada awal harganya drop, kini mulai membaik. Bahkan tren harganya naik. Utamanya tembakau lokal Bondowoso varietas Somporis rajang.
Sejak harga jual tembakau anjlok pada beberapa pekan lalu, kini petani mulai banting setir. Mereka enggan buntung kesekian kalinya, sehingga mencari cara agar tanaman tembakaunya menghasilkan duit. Petani akhirnya mengolah tembakau secara mandiri dan menjualnya dari rumah ke rumah.
Nasib petani tembakau kasturi atau rajangan di Bondowoso mulai membaik. Pasalnya, harga tembakau rajangan atau kasturi mulai merangkak naik meskipun masih jauh dari harapan petani. Kenaikan itu terjadi setelah banyak gudang tembakau buka dan melakukan pembelian.
Anjloknya harga tembakau kasturi patut menjadi perhatian banyak pihak. Baik petani tembakau maupun pemerintah setempat. Mengingat, hal ini tidak hanya terjadi saat ini saja, namun hampir setiap tahun. Alhasil, petani tembakau selalu merugi atas kejadian tersebut.
Harga tembakau kasturi di Jember memang sedang anjlok. Kini, penjualan tembakau kasturi sedang lesu-lesunya. Para petani pun merasakan benar penurunan harga tersebut. Tembakau dari petani yang dibeli oleh pabrik rokok pun tak sebanyak tahun lalu. Pola kemitraan antara petani dan pabrik pun ada sisi untung dan ruginya sekarang ini. Terlebih, mereka belum mendapat kepastian harga.
Masa panen tembakau kasturi di Jember tahun ini membuat petani justru gundah. Sebab, daun yang dibeli oleh pabrik-pabrik itu justru yang kualitasnya rendah. Hal ini harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah.
Merosotnya harga jual tembakau kasturi menjadi pukulan telak petani tembakau. Penurunan yang mencapai 35 persen itu membuat petani merugi. Padahal daun emas ini menjadi salah satu penyokong utama pendapatan negara yang tahun ini ditargetkan mencapai Rp 168 triliun.