TAK sedikit tenaga pendidik, mulai dari guru hingga dosen, yang mengaku bosan mengajar secara daring. Namun, rupanya rasa suntuk di rumah dan keterbatasan ruang gerak itu justru membuat Hasan Basri, dosen yang juga guru di Kecamatan Mayang Jember, semakin kreatif. Dia memanfaatkan waktu luang tersebut untuk membuat kerajinan hingga laku dijual.
Tiga orang berpakaian warna biru gelap sedang sibuk mengolah lembaran kayu-kayu itu di ruangan bimbingan kerja (bimker). Ketiganya dilatih untuk dapat mengolah kayu menjadi sebuah karya seni kaligrafi. Dengan itu, nantinya para WBP tersebut memiliki keterampilan kerja sebelum kembali ke masyarakat.
Tidak jauh dari pusat kota, tepatnya di pinggir Jalan KH Agus Salim, Kelurahan Blindungan, Bondowoso, terlihat sebuah rumah yang dijadikan tempat produksi kerajinan kayu. Di rumah itulah Zaqi Abdi memproduksi karya-karyanya.
Mengandalkan penjualan secara daring membuat industri kerajinan tangan atau handicraft ini harus pilah-pilih dalam menjajaki pasar. Rata-rata para perajin ataupun pengusaha bisnis ini menjualnya ke luar daerah. Sementara, di pasar lokal alias di Jember, kurang begitu diminati.
Ternyata ada usaha yang sama sekali tidak terdampak oleh pandemi Covid-19. Perajin tirai bambu bergambar misalnya. Usaha ini sama sekali tidak terdampak Covid-19. Hal itu diungkapkan oleh Muhammad Ghofur Hasbullah, perajin tirai bambu bergambar dari Desa Sumber Dumpyong, Pakem.