Mengacu pada Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri tentang Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100Â persen semua lembaga pendidikan di Kota Malang, memanfaatkan peluang tersebut.
Berbagai kendala dialami siswa ketika kali pertama masuk sekolah. Ini wajar, karena selama diterima sebagai pelajar SMP, mereka melaksanakan pembelajaran secara daring dan belum pernah masuk ke sekolah. Karenanya, saat belajar di kelas, siswa mengaku kesulitan mengoperasikan komputer. Bahkan, mengentri nama dalam website saja mereka kesusahan. Sampai-sampai harus dibantu oleh guru.
Hingga saat ini, belum seluruh sekolah melakukan pembelajaran tatap muka (PTM). Hanya jenjang SMA yang secara resmi telah mendapatkan izin. Itu pun masih terbatas. Padahal sudah banyak orang tua yang mengeluhkan tentang metode pembelajaran daring. Mereka menilai, pola pembelajaran semacam itu kurang efektif.
Siswa yang baru masuk sekolah selalu menghadapi masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) yang dulu dikenal sebagai masa orientasi siswa. Sebelum mendapatkan pelajaran di sekolahnya, mereka akan disambut dengan beragam kegiatan. Mulai dari organisasi ekstra kurikuler hingga sarana dan prasana sekolah yang lain.
Berdasarkan kalender pendidikan, tahun ajaran baru kali ini mulai digelar, kemarin (12/7). Sebelum ini, rencananya pendidikan tatap muka (PTM) akan mulai dilakukan pada hari yang sama. Namun, karena kondisi penyebaran Covid-19 di Bondowoso yang tak kunjung mereda, pembelajaran harus kembali dilakukan secara daring.
Memasuki tahun ajaran baru, masa orientasi siswa kembali dilakukan secara daring karena masih dalam pandemi. Secara teknis, prosesnya tidak jauh berbeda dengan tahun lalu. Sayangnya, sistem ini tidak terasa begitu menyenangkan bagi pelajar. Sebab, siswa yang melakukan MOS tidak bisa saling bertemu. Bahkan tahun ini rasanya lebih terbatas.
Tidak hanya ekonomi yang terdampak pandemi. Sektor pendidikan juga kena imbasnya. Banyak orang tua yang lebih memilih mendaftarkan anaknya ke pondok pesantren ketimbang sekolah. Alasannya sederhana, pondok pesantren lebih menjanjikan pembelajaran tatap muka.
Siswa yang kedapatan melakukan aksi curang dalam mengerjakan ujian satuan pendidikan (USP) wajib mengikuti ujian susulan. Aksi lancung ujian daring itu terungkap setelah salah seorang pelajar SMA Negeri 3 Jember, Vinka Aneliana (sebelumnya tertulis Vinda Andriana), menyebut, banyak siswa yang membuka mesin pencari Google ketika mengerjakan soal ujian.
Dampak banjir yang melanda kawasan permukiman Gladak Kembar berdampak pada sektor pendidikan. Banyak anak yang terpaksa libur sekolah daring untuk beberapa hari ke depan karena buku-buku mereka hancur terdampak banjir.