Persoalan pupuk subsidi sepertinya tak ada habisnya. Jika sebelumnya tentang kebijakan pengurangan kuota yang bikin waswas petani, kali ini tentang aksi kios nakal yang menjual pupuk dengan sistem paketan. Oleh kios, petani yang akan membeli rabuk bersubsidi diwajibkan membeli pupuk nonsubsidi. Harganya tentu saja melambung tinggi. Praktik inilah yang membuat sejumlah petani merasa dirugikan hingga mereka wadul ke DPRD Jember, kemarin (6/10).
SELAIN faktor klinis, persoalan sosial dan budaya juga berpengaruh terhadap lonjakan kasus AKI/AKB di Jember. Sebab, pada beberapa kelompok masyarakat, masih ada anggapan-anggapan yang justru mengancam keselamatan ibu hamil. Dan ini butuh edukasi serta sosialisasi secara berkesinambungan guna mengubah cara pandang tersebut. Edukasi dan sosialisasi itu tak hanya dilakukan oleh tenaga kesehatan, tapi juga semua unsur di pemerintahan daerah hingga pemerintahan desa.
Belum tutup tahun, angka kematian ibu di Jember tembus 103 kasus pada 2021 dan kematian bayi mencapai 295. Pemerintah pun dituntut bekerja keras. Tak hanya melakukan pencegahan, tapi juga mencari akar masalah yang mendasar. Apa sebenarnya yang menyebabkan kasus ini begitu tinggi?
Dia mencontohkan beberapa pengalamannya selama mendampingi bumil. Biasanya, bumil yang masuk risiko tinggi (risti), yang sudah terdeteksi di awal, menjadi sasaran paling intens yang dia dampingi. Bumil risti seperti kehamilan muda, hamil tua, tensi tinggi, berat badan kurang, penyakit bawaan, semuanya itu berisiko munculnya kematian.
Terjadinya kelangkaan gas elpiji bersubsidi tiga kilogram di wilayah Jember selatan menjadi persoalan klasik yang terus saja terjadi. Bahkan, Pertamina, perusahaan negara yang bertanggung jawab terhadap distribusi bahan bakar ini, sampai mati gaya. Sebab, walau paham kondisi dan penyebabnya, tapi Pertamina tidak bisa berbuat banyak dan hanya menambah pasokan tabung gas elpiji. Kok bisa, ya?
Bupati Jember Hendy Siswanto berkurban tiga ekor sapi pada hari raya Idul Adha 1442 Hijriah. Masing-masing sapi tersebut dipotong di tiga tempat yang berbeda, yaitu Masjid Roudhotul Muchlisin, Masjid Jamik Al Baitul Amien, dan di kediaman Gus Hamid yang terletak di Kecamatan Balung, Selasa (20/7).
Bayang-bayang politik uang masih saja menghantui setiap perhelatan pemilihan umum (pemilu) maupun pilkada. Tak terkecuali di Jember. Ia menjadi benalu sekaligus hama yang mengancam kesehatan demokrasi kita. Pemberian uang, barang, atau hal lain agar bisa menang, menjadi dihalalkan. Di hari tenang ini, mari waspadai bersama-sama adanya potensi serangan fajar. Jika menemukan, laporkan ke pengawas atau aparat yang berwenang.
Anggota DRPD Jember Agusta Jaka Purwana terlihat hanya duduk di kursi roda, tepat di teras Pendapa Wahyawibawagraha, Senin (5/10) lalu. Dia tidak bisa berbuat apa-apa. Sementara, rekan-rekannya sesama anggota DPRD menuju lantai dua. Mereka akan beramah-tamah dengan Plt Bupati Jember Abdul Muqit Arief.
RADAR JEMBER.ID - Perhatian terhadap lingkungan masih belum menjadi prioritas. Salah satu tolak ukurnya adalah pembangunan ruang terbuka hijau (RTH) yang setengah hati. Padahal,...
RADAR JEMBER.ID – Universitas Jember dan Alun-Alun Jember menjadi paru-paru kota Jember. Banyak yang menghabiskan waktu di tempat ini dengan bersantai hingga olahraga. Namun,...