JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pembinaan atlet melalui kompetisi kelompok umur (KU) menjadi menu wajib yang digelar oleh Asosiasi Kabupaten (Askab) Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Jember. Kompetisi itu bisa tumbuh subur jika sekolah sepak bola (SSB) di Jember menjamur. Namun, syarat adanya fisioterapis menjadi kendala pendirian SSB yang terafiliasi dengan PSSI. Sehingga pembinaan pesepak bola muda di Kota Suwar-Suwir ini terancam terhambat.
Wakil Ketua PSSI Jatim Amir Burhanudin mengatakan, yang jadi kewajiban Askab PSSI semua daerah adalah menggelar kompetisi KU. Sehingga, dia menyilakan setiap daerah untuk memperbanyak SBB yang terafiliasi. Apalagi di Jember baru ada dua SSB yang terafiliasi. “Kalau jumlah SBB tidak ada batasan,” jelasnya kepada Jawa Pos Radar Jember lewat sambungan telepon, kemarin (25/5).
Walau jumlahnya tidak terbatas, tapi tetap ada syaratnya. Amir mencontohkan yakni berbadan hukum, punya fasilitas latihan, memiliki pembinaan KU minimal dua tingkat, memiliki pelatih berlisensi, hingga memiliki fisioterapis. “Verifikasi nanti di Askab. Dan Askab merekom ke Asprov PSSI Jatim. Lewat itu, seluruh kegiatan dan data base pemain akan terpantau,” paparnya.
Denny Ariyanto, anggota Exco Askab PSSI Jatim, mengakui, hanya ada dua SSB di Jember yang terafiliasi berdasar catatan Asprov PSSI Jatim. Yaitu Hercules dan Jember Putra. Sejatinya SSB di Jember ini jumlahnya banyak. SSB ini dinaungi oleh klub internal yang di bawah Askab PSSI Jember. “Jumlahnya SSB di bawah klub internal ini banyak di Jember. Puluhan SSB,” jelasnya.
Dia berharap, setidaknya setiap kecamatan ada SSB. Bahkan, jika tiap desa ada, dia menilai akan semakin bagus. Katanya, SSB di Jember ini juga memiliki setidaknya tiga sampai empat jenjang KU.
Menurut Denny, dari berbagai syarat membentuk SSB, seperti lapangan, pembinaan kelompok umur, hingga memiliki pelatih lisensi, di Jember telah banyak. Sebelumnya, dia mengungkapkan, Askab PSSI Jember ada lisensi D untuk pelatih yang ikut sekitar 40-50 orang. Namun, dari semua syarat yang susah dipenuhi adalah fisioterapis atau petugas medis olahraga. Di Jember, fisioterapis sulit ditemukan.
Selain kendala itu, Denny menambahkan, yang sulit dilakukan SSB adalah digitalisasi pemain. “Sekarang harus melakukan secara online untuk memasukan data,” terangnya. Apalagi, data itu juga harus terus diperbarui. Hanya, saat mengikuti kejuaraan luar kota, pembaruan data pemain itu jarang dilakukan oleh SSB.
Jurnalis : Dwi Siswanto
Fotografer : Dwi Siswanto
Redaktur : Mahrus Sholih