JEMBER, RADARJEMBER.ID- Pembinaan atlet memang diperlukan dalam dunia olahraga. Namun, perawatan atlet juga tidak boleh dilupakan. Agar masa keatletan bisa panjang, hingga remaja dan dewasa.
Ketua Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jember Erfan Friambodo kepada Jawa Pos Radar Jember mengatakan, dalam menggairahkan dunia olahraga tentu saja harus ada atlet dan kejuaraan. Oleh karena itu, pembinaan sangat perlu dilakukan agar terus menelurkan atlet baru yang bisa menopang klub ataupun cabor.
Sayangnnya, pembinaan yang memiliki arti luas hanya dipandang sebagai mencari dan mengasah atlet usia dini hingga praremaja. Setelah itu, saat memasuki remaja, pembinaan mulai melemah. “Makanya perawatan atlet itu sangat diperlukan,” paparnya.
Dia mengaku, bulu tangkis sangat getol melakukan pembinaan di usia dini, usia anak, hingga praremaja. Namun, saat memasuki remaja mulai ada gejala penurunan performa atlet. Bahkan, tak hanya turun kualitas keatletannya, tapi juga ada yang memilih berhenti jadi atlet saat usia remaja atau memasuki masa SMA. “Masa SMA ini sebenarnya waktu yang sangat sulit dalam membina atlet, makanya perawatan harus dilakukan,” katanya.
Dia mengakui, atlet bulu tangkis dari daerah, termasuk di Jember, yang ingin meningkatkan keatletannya saat memasuki praremaja hingga remaja memilih pindah klub di kota besar, termasuk ke Jakarta. “Kalau atlet yang tidak bisa pindah ke klub besar di kota besar dan masih ingin tetap menjadi pebulu tangkis, maka hal inilah yang perlu dirawat dan dibina lagi. Agar keatletannya tidak berhenti,” paparnya.
Oleh karena itu, PBSI Jember juga fokus dalam merawat atlet, khususnya di usia remaja. Sebab, bila tak konsentrasi pembinaan di usia dini, maka tidak akan ada pebulu tangkis Jember yang mampu mengharumkan Jember di kancah kejuaraan yang bergengsi.
Erfan mencontohkan, Porprov Jatim usia maksimal adalah 21 tahun. Bila mengandalkan pebulu tangkis usia anak ataupun junior, maka akan tumbang dengan pebulu tangkis dari daerah lain. “Kami di PBSI juga terus melakukan pembinaan atlet remaja hingga dewasa dengan melalukan latihan rutin dan intensif,” paparnya.
Perihal rentannya atlet usia remaja, yaitu SMA, tidak meneruskan jadi atlet, bukan hanya terjadi di bulu tangkis. “Saya kira tidak hanya di bulu tangkis, problemnya semua cabor begitu,” tuturnya.
Hal yang sama juga diutarakan Ketua Persatuan Lawn Tenis Indonesia (Pelti) Soetriono. Dia mengatakan, petenis saat masuk SMA harus diantisipasi terlebih dahulu, terutama untuk petenis putri. Agar petenis tetap melanjutkan keatletannya, maka Pelti juga terus menggandeng orang tua wali atlet. Hal itu dilakukan agar orang tua juga mendukung dan memperkuat putra-putrinya untuk menjadi atlet. (c2/dwi)