JEMBER, RADARJEMBER.ID – Yayasan Persid Jember (YPJ) telah berkirim surat ke bupati untuk menyerahkan lembaga itu. Namun, isi surat tersebut justru memicu persoalan. Sebab, tidak sesuai dengan hasil kesepakatan pembina YPJ.
Surat yang dikeluarkan 7 Juni dan ditandatangani oleh Suparno tersebut ada dua lembar. Isinya tidak sepakat bila yayasan dibubarkan oleh bupati. Alasannya, yang jadi masalah dualisme adalah kepengurusan, bukan kelembagaan. Maka, seharusnya yang dibubarkan adalah pengurus yayasan, bukan yayasannya.
Pembubaran yayasan juga dinilai tidak punya landasan yang kuat. Dewan pembina lantas mengusulkan YPJ tetap berdiri, tapi ada nama tambahan. Nama yang masuk sebagai pembina yaitu Bupati Jember. Bupati juga menjadi ketua yayasan sekaligus pengendali yayasan.
Agus Rizki, yang juga pembina YPJ, mengatakan, setelah bertemu dengan bupati, Jumat (4/6) lalu, pembina langsung berkumpul dan membahas masalah itu. “Setidaknya tiga kali kami kumpul dan terakhir di warung soto. Hasil kesepakatan itu bukan hasil voting, tapi musyawarah,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, sejatinya surat yang diserahkan YPJ ke bupati tersebut tidak sesuai dengan hasil kesepakatan. Sebab, kesepakatan sebelumnya memutuskan penyerahan YPJ tanpa syarat. “Namun, karena yang membuat redaksionalnya adalah Ketua Pembina YPJ Suparno, kami sebagai anggota tidak tahu secara detail redaksional surat yang diserahkan ke bupati,” tuturnya.
Menyerahkan YPJ dengan memasukan nama bupati sebagai Ketua Pembina YPJ tersebut, maksudnya adalah memberi kewenangan untuk membongkar keseluruhan siapa saja yang masuk YPJ. “Bukan untuk mendikte bupati. Tapi, memberi kewenangan untuk merombak,” tuturnya.
Sebab, kata dia, yayasan itu harus tetap berdiri, bukan untuk dibubarkan. Agar menjadi syarat kepentingan mendaftar ke Asprov PSSI Jatim untuk kompetisi Liga III.
Anggota Pembina YPJ lainnya, Ahmad Halim, mengakui, surat yang diserahkan ke bupati tersebut tidak sesuai dengan hasil kesepakatan. “Sebenarnya kami pembina sepakat menyerahkan YPJ sepenuhnya ke bupati. Pak Suparno juga mengakui salah redaksi dalam surat tersebut,” tuturnya. Karena itu, ke depan akan berkirim surat lagi ke bupati.
Menurut Halim, seusai bertemu dengan bupati, kemungkinan ada kesalahan persepsi yang ditangkap oleh Ketua YPJ Suparno. Yaitu YPJ itu dibubarkan. Sehingga bersikukuh agar yayasan tidak sampai dibubarkan dan tetap ada.
Sebenarnya, substansi bertemu dengan bupati itu, ingin tidak ada celah saat penyerahan. Agar tidak memicu munculnya persoalan di masa lalu. Adanya nama bupati di surat YPJ untuk jadi ketua pembina inilah yang dikhawatirkan memunculkan reaksi di kubu yayasan versi Sunardi. Namun, ketika Jawa Pos Radar Jember mencoba konfirmasi ke Suparno, pesan yang dikirim mendapat ada tanggapan.
Jurnalis : Dwi Siswanto
Fotografer : Dwi Siswanto
Redaktur : Mahrus Sholih