JEMBER, RADARJEMBER.ID – SORE kemarin (3/4), satu per satu member muay thai di Bengkel Otot mulai datang. Dari sekian yang ikut berlatih olahraga bela diri asal Thailand tersebut, justru lebih banyak perempuan daripada laki-laki.
Ya, kini muay thai telah menjadi gaya hidup tersendiri bagi kaum hawa untuk berolahraga. Hal itu diakui oleh Ferry Liga Saputra, trainer muay thai dari Bengkel Otot. “Mulai banyak peminatnya untuk belajar muay thai. Tidak hanya laki-laki, tapi juga perempuan. Karena artis-artis sekarang mulai berolahraga muay thai juga. Di kota besar belajar bela diri bagi perempuan juga jadi kebutuhan untuk melindungi diri dari kejahatan,” ucap Ferry.
Namun, rata-rata member perempuannya berlatih muay thai tujuan awalnya adalah agar badan kurus, sehingga membentuk tubuh yang ideal. “Awalnya ingin kurusan, tapi setelah dijalani ya tujuannya mulai berbeda,” katanya.
Salah satunya yaitu menambah rasa percaya diri dan melawan rasa takut. “Karena paham ilmu bela diri, mereka punya rasa percaya diri dan tidak begitu takut lagi saat berada di tempat umum sendirian,” jelasnya. Sebab, muay thai juga mengajarkan bagaimana caranya membela diri saat diserang.
Dalam olahraga muay thai ini, setidaknya ada dua hal yang bisa dibentuk kaitannya body goals. Pertama adalah kardio dan pembentukan tubuh atau otot. “Muay thai ini kardio dapat, pembentukan tubuh juga dapat,” jelasnya.
Rika, salah satu member muay thai, mengatakan, tujuan utamanya berolahraga bela diri asal Negeri Gajah Putih tersebut adalah untuk membentuk tubuh ideal. “Body goals dong tujuannya,” jelasnya. Namun, seiring berjalannya waktu dia juga punya cara tersendiri menaklukkan laki-laki bila macam-macam kepadanya.
Bila ada tindakan kejahatan yang menyerang dirinya, perempuan 30 tahun ini tak segan-segan memberikan upper cut. Hingga pakai gerakan cepat dari jarak dekat dengan memaksimalkan siku dan lututnya.
Bagi Rika, dengan nama Instagram @rica re, olahraga muay thai juga menguras tenaga cukup banyak. “Ternyata juga capek, sama dengan ngos-ngosannya berlari,” paparnya.
Jurnalis: Dwi Siswanto
Fotografer: Dwi Siswanto
Editor: Nur Hariri