25.8 C
Jember
Thursday, 1 June 2023

Cabor Tak Terlibat, Khawatir Salah Bangun

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Bak ikan yang akan selalu berenang dalam air. Seperti itulah keberadaan para olahragawan yang akan selalu membutuhkan fasilitas olahraga untuk bermain. Tentu saja, jika ditanya tentang bagaimana fasilitas olahraga yang sesuai standar, mereka sangat paham. Lantas, apakah mereka sudah diberikan ruang untuk berkomentar?

Belum lama ini, Pemkab Jember melalui Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Jember telah menetapkan perincian kasar terkait anggaran untuk memperbaiki venue yang bakal dipakai untuk Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) 2022 mendatang. Sayangnya, survei yang dilakukan sebelumnya tidak melibatkan cabang olahraga yang bersangkutan.

Ketua Persatuan Lawn Tenis Indonesia (Pelti) Jember Prof Soetriono menjelaskan, beberapa waktu lalu, pihaknya sempat mengobrol dengan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora). Dalam pandangannya, cabang olahraga harus dilibatkan dalam perbaikan penanganan venue. Artinya, tak dilihat dari finansial. “Cabor kan user, yang memakai kan pasti tahu. Yang tahu tidak dilibatkan, ya jadi tanda tanya,” lanjutnya kepada Jawa Pos Radar Jember.

Mobile_AP_Rectangle 2

Pria yang menjabat dekan di Fakultas Teknik Pertanian (FTP) Unej itu mengaku paham karena sudah pernah membangun lapangan tenis dengan spesifikasi serupa dan bisa digunakan oleh atlet senior maupun junior. “Minimal diajak ngomong. Jangan sampai salah bangun,” ungkapnya.

Contohnya, lahan lapangan tenis Kaliwates. Di lapangan tersebut, lantai yang ada saat ini pas jika digunakan main pada tahun 1970 hingga 1980-an. Standar, lantaran permainannya belum berkembang.

“Kalau dulu nggak bisa jangkau bola dibiarkan. Kalau sekarang, harus menjatuhkan diri. Nah, kalau teknik bermain sekarang tapi lapangannya tidak diperbaiki, bundas kabeh dengkule (luka semua lututnya, Red),” terangnya.

Tak muluk-muluk, dia berharap renovasi yang dilakukan minimal adalah lantai, kamar mandi, dan kamar ganti. Sayangnya, hingga kini belum ada komunikasi dari dinas terkait. Dikhawatirkan hal itu bisa mengakibatkan perbaikan venue kurang maksimal lantaran salah bangun.

Apalagi, pihaknya sangat menghindari stigma negatif terkait keikutsertaan para cabor. Bukan demi mengejar keuntungan, namun lebih kepada sarana dan prasarana yang mendukung prestasi atlet. “Pokoknya, kami ingin dilibatkan bukan karena duit,” tegasnya.

Hal serupa juga diungkapkan Ketua Pengkab Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jember Ervan Friambodo. Hingga hari ini, dia mengaku bahwa belum ada informasi dari dinas terkait. Padahal saat verifikasi dengan KONI Jatim, cabor sudah merekomendasikan kepada otoritas pemerintah daerah untuk melakukan komunikasi pemberitahuan.

Tidak hanya pada kerangka membuat keputusan berdasar cabor, lanjut dia, namun minimal cabor diberikan ruang dalam kelayakan standar keolahragaan venue. “Apa parameter Cipta Karya untuk membuat maintenance venue, kalau dalam integritas spesifikasinya cabor tak dilibatkan,” tegasnya.

Pihaknya khawatir renovasi yang dilakukan justru tidak tepat sasaran. Seperti yang terjadi empat tahun lalu di GOR PKPSO. Kala itu, lanjut dia, setelah mendapatkan dana dan perbaikan dilaksanakan, penggarapannya sangat tidak sesuai dengan list yang diajukan. “Contohnya, mengganti kursi penonton. Padahal, kursi sebelumnya masih layak. Flooring dari kayu yang seharusnya diganti karpet malah ndak diganti. Kami ikut serta saja masih salah, apalagi kalau sama sekali tidak diikutsertakan,” paparnya.

 

 

Jurnalis : Isnein Purnomo
Fotografer : Istimewa
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Bak ikan yang akan selalu berenang dalam air. Seperti itulah keberadaan para olahragawan yang akan selalu membutuhkan fasilitas olahraga untuk bermain. Tentu saja, jika ditanya tentang bagaimana fasilitas olahraga yang sesuai standar, mereka sangat paham. Lantas, apakah mereka sudah diberikan ruang untuk berkomentar?

Belum lama ini, Pemkab Jember melalui Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Jember telah menetapkan perincian kasar terkait anggaran untuk memperbaiki venue yang bakal dipakai untuk Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) 2022 mendatang. Sayangnya, survei yang dilakukan sebelumnya tidak melibatkan cabang olahraga yang bersangkutan.

Ketua Persatuan Lawn Tenis Indonesia (Pelti) Jember Prof Soetriono menjelaskan, beberapa waktu lalu, pihaknya sempat mengobrol dengan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora). Dalam pandangannya, cabang olahraga harus dilibatkan dalam perbaikan penanganan venue. Artinya, tak dilihat dari finansial. “Cabor kan user, yang memakai kan pasti tahu. Yang tahu tidak dilibatkan, ya jadi tanda tanya,” lanjutnya kepada Jawa Pos Radar Jember.

Pria yang menjabat dekan di Fakultas Teknik Pertanian (FTP) Unej itu mengaku paham karena sudah pernah membangun lapangan tenis dengan spesifikasi serupa dan bisa digunakan oleh atlet senior maupun junior. “Minimal diajak ngomong. Jangan sampai salah bangun,” ungkapnya.

Contohnya, lahan lapangan tenis Kaliwates. Di lapangan tersebut, lantai yang ada saat ini pas jika digunakan main pada tahun 1970 hingga 1980-an. Standar, lantaran permainannya belum berkembang.

“Kalau dulu nggak bisa jangkau bola dibiarkan. Kalau sekarang, harus menjatuhkan diri. Nah, kalau teknik bermain sekarang tapi lapangannya tidak diperbaiki, bundas kabeh dengkule (luka semua lututnya, Red),” terangnya.

Tak muluk-muluk, dia berharap renovasi yang dilakukan minimal adalah lantai, kamar mandi, dan kamar ganti. Sayangnya, hingga kini belum ada komunikasi dari dinas terkait. Dikhawatirkan hal itu bisa mengakibatkan perbaikan venue kurang maksimal lantaran salah bangun.

Apalagi, pihaknya sangat menghindari stigma negatif terkait keikutsertaan para cabor. Bukan demi mengejar keuntungan, namun lebih kepada sarana dan prasarana yang mendukung prestasi atlet. “Pokoknya, kami ingin dilibatkan bukan karena duit,” tegasnya.

Hal serupa juga diungkapkan Ketua Pengkab Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jember Ervan Friambodo. Hingga hari ini, dia mengaku bahwa belum ada informasi dari dinas terkait. Padahal saat verifikasi dengan KONI Jatim, cabor sudah merekomendasikan kepada otoritas pemerintah daerah untuk melakukan komunikasi pemberitahuan.

Tidak hanya pada kerangka membuat keputusan berdasar cabor, lanjut dia, namun minimal cabor diberikan ruang dalam kelayakan standar keolahragaan venue. “Apa parameter Cipta Karya untuk membuat maintenance venue, kalau dalam integritas spesifikasinya cabor tak dilibatkan,” tegasnya.

Pihaknya khawatir renovasi yang dilakukan justru tidak tepat sasaran. Seperti yang terjadi empat tahun lalu di GOR PKPSO. Kala itu, lanjut dia, setelah mendapatkan dana dan perbaikan dilaksanakan, penggarapannya sangat tidak sesuai dengan list yang diajukan. “Contohnya, mengganti kursi penonton. Padahal, kursi sebelumnya masih layak. Flooring dari kayu yang seharusnya diganti karpet malah ndak diganti. Kami ikut serta saja masih salah, apalagi kalau sama sekali tidak diikutsertakan,” paparnya.

 

 

Jurnalis : Isnein Purnomo
Fotografer : Istimewa
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Bak ikan yang akan selalu berenang dalam air. Seperti itulah keberadaan para olahragawan yang akan selalu membutuhkan fasilitas olahraga untuk bermain. Tentu saja, jika ditanya tentang bagaimana fasilitas olahraga yang sesuai standar, mereka sangat paham. Lantas, apakah mereka sudah diberikan ruang untuk berkomentar?

Belum lama ini, Pemkab Jember melalui Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Jember telah menetapkan perincian kasar terkait anggaran untuk memperbaiki venue yang bakal dipakai untuk Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) 2022 mendatang. Sayangnya, survei yang dilakukan sebelumnya tidak melibatkan cabang olahraga yang bersangkutan.

Ketua Persatuan Lawn Tenis Indonesia (Pelti) Jember Prof Soetriono menjelaskan, beberapa waktu lalu, pihaknya sempat mengobrol dengan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora). Dalam pandangannya, cabang olahraga harus dilibatkan dalam perbaikan penanganan venue. Artinya, tak dilihat dari finansial. “Cabor kan user, yang memakai kan pasti tahu. Yang tahu tidak dilibatkan, ya jadi tanda tanya,” lanjutnya kepada Jawa Pos Radar Jember.

Pria yang menjabat dekan di Fakultas Teknik Pertanian (FTP) Unej itu mengaku paham karena sudah pernah membangun lapangan tenis dengan spesifikasi serupa dan bisa digunakan oleh atlet senior maupun junior. “Minimal diajak ngomong. Jangan sampai salah bangun,” ungkapnya.

Contohnya, lahan lapangan tenis Kaliwates. Di lapangan tersebut, lantai yang ada saat ini pas jika digunakan main pada tahun 1970 hingga 1980-an. Standar, lantaran permainannya belum berkembang.

“Kalau dulu nggak bisa jangkau bola dibiarkan. Kalau sekarang, harus menjatuhkan diri. Nah, kalau teknik bermain sekarang tapi lapangannya tidak diperbaiki, bundas kabeh dengkule (luka semua lututnya, Red),” terangnya.

Tak muluk-muluk, dia berharap renovasi yang dilakukan minimal adalah lantai, kamar mandi, dan kamar ganti. Sayangnya, hingga kini belum ada komunikasi dari dinas terkait. Dikhawatirkan hal itu bisa mengakibatkan perbaikan venue kurang maksimal lantaran salah bangun.

Apalagi, pihaknya sangat menghindari stigma negatif terkait keikutsertaan para cabor. Bukan demi mengejar keuntungan, namun lebih kepada sarana dan prasarana yang mendukung prestasi atlet. “Pokoknya, kami ingin dilibatkan bukan karena duit,” tegasnya.

Hal serupa juga diungkapkan Ketua Pengkab Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jember Ervan Friambodo. Hingga hari ini, dia mengaku bahwa belum ada informasi dari dinas terkait. Padahal saat verifikasi dengan KONI Jatim, cabor sudah merekomendasikan kepada otoritas pemerintah daerah untuk melakukan komunikasi pemberitahuan.

Tidak hanya pada kerangka membuat keputusan berdasar cabor, lanjut dia, namun minimal cabor diberikan ruang dalam kelayakan standar keolahragaan venue. “Apa parameter Cipta Karya untuk membuat maintenance venue, kalau dalam integritas spesifikasinya cabor tak dilibatkan,” tegasnya.

Pihaknya khawatir renovasi yang dilakukan justru tidak tepat sasaran. Seperti yang terjadi empat tahun lalu di GOR PKPSO. Kala itu, lanjut dia, setelah mendapatkan dana dan perbaikan dilaksanakan, penggarapannya sangat tidak sesuai dengan list yang diajukan. “Contohnya, mengganti kursi penonton. Padahal, kursi sebelumnya masih layak. Flooring dari kayu yang seharusnya diganti karpet malah ndak diganti. Kami ikut serta saja masih salah, apalagi kalau sama sekali tidak diikutsertakan,” paparnya.

 

 

Jurnalis : Isnein Purnomo
Fotografer : Istimewa
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca