26 C
Jember
Thursday, 8 June 2023

Teliti Magnetik Aerogel untuk Mengatasi Tumpahan Minyak

Mobile_AP_Rectangle 1

TEGAL BOTO, RADARJEMBER.ID – Tim Ijo PKM-RE Universitas Jember meneliti magnetik aerogel sebagai bentuk keprihatinan terhadap peristiwa tumpahan minyak. Inisiasi ini berangkat dari fakta bahwa dalam beberapa dekade terakhir dan hampir setiap tahun terjadi, tumpahan minyak (oil spill) merupakan bencana paling berbahaya yang mengancam ekosistem laut. Sebab kandungan minyak yang ada di laut dapat menyebabkan kerusakan sel organisme laut hingga kematian pada hewan laut dan manusia yang mengkonsumsi hidangan laut yang tercemar oleh minyak.

Di Indonesia sendiri bukan tidak pernah terjadi peristiwa seperti ini. Beberapa di antaranya peristiwa kerusakan pipa di Teluk Balikpapan pada tahun 2018 dan peristiwa tumpahan minyak di Pantai Karawang tahun 2019.

Mobile_AP_Rectangle 2

Tumpahan minyak ini harus dipertimbangkan cara pencegahannya dan harus diatasi sesegera mungkin, karena hidrokarbon dari tumpahan minyak membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk diremediasi dan diendapkan secara alami di laut. Sehingga memiliki efek jangka panjang terhadap ekosistem laut.

Siklus air ballast pada operasi kapal laut juga memiliki potensi untuk mencemari perairan laut, karena adanya potensi untuk minyak kapal yang ikut dibuang ke lautan bersama air ballast tersebut. Menurut data National Center of Biotechnology Information (NCBI), Amerika Serikat, setiap satu liter air ballast mengandung 0,015 mililiter minyak. Dan dalam sebuah kapal terdapat 10 juta liter air ballast, maka secara perhitungan matematis setiap kapal mengandung 150 liter minyak dan berpotensi untuk mencemari laut.

Kandungan minyak ini tentunya berbahaya bagi ekosistem laut seperti gangguang sel pada organisme laut hingga kematian organisme sehingga diperlukan cara untuk mengurangi kadar tumpahan minyak di laut
Banyak metode yang telah dikembangkan untuk mengatasi bencana tumpahan minyak ini namun metode tersebut mahal, efisiensi waktu rendah, proses yang kompleks, dan nonbiodegradable.

Saat ini metode penanganan tumpahan minyak ini yaitu banyak dikembangkan penggunaan bioabsorben yang dinilai ramah lingkungan agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem laut. Salah satu metode yang sedang dikembangkan yaitu nanokomposit antara magnetit (Fe3O4) dengan polimer alam.

Hal ini menjadi pemicu Tim “Ijo” PKM-RE Universitas Jember yang diketuai oleh Siska Nuri Fadilah, mahasiswa Teknik Kimia Unej, serta dua anggota timnya I Made Arimbawa dari Teknik Kimia Unej dan Sofiatul Hasanah dari Kimia Unej, untuk meneliti sebuah biosorben yang bernama aerogel. Aerogel ini terbuat dari bahan alami yaitu batang rami yang masih belum banyak diteliti sebelumnya.

Tim ini dibimbing oleh Bapak Dr. M. Maktum Muharja Al Fajri, S.T. yang merupakan dosen Prodi Teknik Kimia UNEJ. Tim ini berhasil lolos pendanaan PKM 2021 dalam bidang Riset Eksakta dan memperoleh pendanaan maksimal melalui judul proposal “Karakteristik Fe3O4/CL Aerogel dari Batang Rami (Boehmeria nivea) sebagai Superabsorben Campuran Minyak-Air Laut”.

Tim melakukan penelitian selama empat bulan dimulai dengan studi literatur, pengambilan bahan baku, sintesis aerogel hingga uji karakteristiknya.

“Dalam penelitian ini kita ingin melihat potensi dari batang rami sebagai aerogel dalam menyerap minyak dalam air laut. Penelitian ini juga memiliki kontribusi yang besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dalam memperbaiki ekosistem laut yang tercemar oleh minyak,” paparnya.

Apabila minyak tersebut terus berada di lautan, minyak itu tidak mudah terurai. “Jika kita berhasil mengangkat minyaknya menggunakan aerogel itu akan bermanfaat untuk laut di mana aerogel ini berbahan dasar biomassa yang ramah lingkungan, mudah terdegradasi sehingga tidak merusak lingkungan,” lanjutnya.

Setelah empat bulan melaksanakan riset, tim ini menciptakan produk ramah lingkungan yang disebut magnetit selulosa aerogel berbahan dasar batang rami yang mampu menyerap minyak dalam campuran minyak-air laut dan setelah menyerap minyak dapat diangkat dengan mudah menggunakan magnet.

- Advertisement -

TEGAL BOTO, RADARJEMBER.ID – Tim Ijo PKM-RE Universitas Jember meneliti magnetik aerogel sebagai bentuk keprihatinan terhadap peristiwa tumpahan minyak. Inisiasi ini berangkat dari fakta bahwa dalam beberapa dekade terakhir dan hampir setiap tahun terjadi, tumpahan minyak (oil spill) merupakan bencana paling berbahaya yang mengancam ekosistem laut. Sebab kandungan minyak yang ada di laut dapat menyebabkan kerusakan sel organisme laut hingga kematian pada hewan laut dan manusia yang mengkonsumsi hidangan laut yang tercemar oleh minyak.

Di Indonesia sendiri bukan tidak pernah terjadi peristiwa seperti ini. Beberapa di antaranya peristiwa kerusakan pipa di Teluk Balikpapan pada tahun 2018 dan peristiwa tumpahan minyak di Pantai Karawang tahun 2019.

Tumpahan minyak ini harus dipertimbangkan cara pencegahannya dan harus diatasi sesegera mungkin, karena hidrokarbon dari tumpahan minyak membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk diremediasi dan diendapkan secara alami di laut. Sehingga memiliki efek jangka panjang terhadap ekosistem laut.

Siklus air ballast pada operasi kapal laut juga memiliki potensi untuk mencemari perairan laut, karena adanya potensi untuk minyak kapal yang ikut dibuang ke lautan bersama air ballast tersebut. Menurut data National Center of Biotechnology Information (NCBI), Amerika Serikat, setiap satu liter air ballast mengandung 0,015 mililiter minyak. Dan dalam sebuah kapal terdapat 10 juta liter air ballast, maka secara perhitungan matematis setiap kapal mengandung 150 liter minyak dan berpotensi untuk mencemari laut.

Kandungan minyak ini tentunya berbahaya bagi ekosistem laut seperti gangguang sel pada organisme laut hingga kematian organisme sehingga diperlukan cara untuk mengurangi kadar tumpahan minyak di laut
Banyak metode yang telah dikembangkan untuk mengatasi bencana tumpahan minyak ini namun metode tersebut mahal, efisiensi waktu rendah, proses yang kompleks, dan nonbiodegradable.

Saat ini metode penanganan tumpahan minyak ini yaitu banyak dikembangkan penggunaan bioabsorben yang dinilai ramah lingkungan agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem laut. Salah satu metode yang sedang dikembangkan yaitu nanokomposit antara magnetit (Fe3O4) dengan polimer alam.

Hal ini menjadi pemicu Tim “Ijo” PKM-RE Universitas Jember yang diketuai oleh Siska Nuri Fadilah, mahasiswa Teknik Kimia Unej, serta dua anggota timnya I Made Arimbawa dari Teknik Kimia Unej dan Sofiatul Hasanah dari Kimia Unej, untuk meneliti sebuah biosorben yang bernama aerogel. Aerogel ini terbuat dari bahan alami yaitu batang rami yang masih belum banyak diteliti sebelumnya.

Tim ini dibimbing oleh Bapak Dr. M. Maktum Muharja Al Fajri, S.T. yang merupakan dosen Prodi Teknik Kimia UNEJ. Tim ini berhasil lolos pendanaan PKM 2021 dalam bidang Riset Eksakta dan memperoleh pendanaan maksimal melalui judul proposal “Karakteristik Fe3O4/CL Aerogel dari Batang Rami (Boehmeria nivea) sebagai Superabsorben Campuran Minyak-Air Laut”.

Tim melakukan penelitian selama empat bulan dimulai dengan studi literatur, pengambilan bahan baku, sintesis aerogel hingga uji karakteristiknya.

“Dalam penelitian ini kita ingin melihat potensi dari batang rami sebagai aerogel dalam menyerap minyak dalam air laut. Penelitian ini juga memiliki kontribusi yang besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dalam memperbaiki ekosistem laut yang tercemar oleh minyak,” paparnya.

Apabila minyak tersebut terus berada di lautan, minyak itu tidak mudah terurai. “Jika kita berhasil mengangkat minyaknya menggunakan aerogel itu akan bermanfaat untuk laut di mana aerogel ini berbahan dasar biomassa yang ramah lingkungan, mudah terdegradasi sehingga tidak merusak lingkungan,” lanjutnya.

Setelah empat bulan melaksanakan riset, tim ini menciptakan produk ramah lingkungan yang disebut magnetit selulosa aerogel berbahan dasar batang rami yang mampu menyerap minyak dalam campuran minyak-air laut dan setelah menyerap minyak dapat diangkat dengan mudah menggunakan magnet.

TEGAL BOTO, RADARJEMBER.ID – Tim Ijo PKM-RE Universitas Jember meneliti magnetik aerogel sebagai bentuk keprihatinan terhadap peristiwa tumpahan minyak. Inisiasi ini berangkat dari fakta bahwa dalam beberapa dekade terakhir dan hampir setiap tahun terjadi, tumpahan minyak (oil spill) merupakan bencana paling berbahaya yang mengancam ekosistem laut. Sebab kandungan minyak yang ada di laut dapat menyebabkan kerusakan sel organisme laut hingga kematian pada hewan laut dan manusia yang mengkonsumsi hidangan laut yang tercemar oleh minyak.

Di Indonesia sendiri bukan tidak pernah terjadi peristiwa seperti ini. Beberapa di antaranya peristiwa kerusakan pipa di Teluk Balikpapan pada tahun 2018 dan peristiwa tumpahan minyak di Pantai Karawang tahun 2019.

Tumpahan minyak ini harus dipertimbangkan cara pencegahannya dan harus diatasi sesegera mungkin, karena hidrokarbon dari tumpahan minyak membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk diremediasi dan diendapkan secara alami di laut. Sehingga memiliki efek jangka panjang terhadap ekosistem laut.

Siklus air ballast pada operasi kapal laut juga memiliki potensi untuk mencemari perairan laut, karena adanya potensi untuk minyak kapal yang ikut dibuang ke lautan bersama air ballast tersebut. Menurut data National Center of Biotechnology Information (NCBI), Amerika Serikat, setiap satu liter air ballast mengandung 0,015 mililiter minyak. Dan dalam sebuah kapal terdapat 10 juta liter air ballast, maka secara perhitungan matematis setiap kapal mengandung 150 liter minyak dan berpotensi untuk mencemari laut.

Kandungan minyak ini tentunya berbahaya bagi ekosistem laut seperti gangguang sel pada organisme laut hingga kematian organisme sehingga diperlukan cara untuk mengurangi kadar tumpahan minyak di laut
Banyak metode yang telah dikembangkan untuk mengatasi bencana tumpahan minyak ini namun metode tersebut mahal, efisiensi waktu rendah, proses yang kompleks, dan nonbiodegradable.

Saat ini metode penanganan tumpahan minyak ini yaitu banyak dikembangkan penggunaan bioabsorben yang dinilai ramah lingkungan agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem laut. Salah satu metode yang sedang dikembangkan yaitu nanokomposit antara magnetit (Fe3O4) dengan polimer alam.

Hal ini menjadi pemicu Tim “Ijo” PKM-RE Universitas Jember yang diketuai oleh Siska Nuri Fadilah, mahasiswa Teknik Kimia Unej, serta dua anggota timnya I Made Arimbawa dari Teknik Kimia Unej dan Sofiatul Hasanah dari Kimia Unej, untuk meneliti sebuah biosorben yang bernama aerogel. Aerogel ini terbuat dari bahan alami yaitu batang rami yang masih belum banyak diteliti sebelumnya.

Tim ini dibimbing oleh Bapak Dr. M. Maktum Muharja Al Fajri, S.T. yang merupakan dosen Prodi Teknik Kimia UNEJ. Tim ini berhasil lolos pendanaan PKM 2021 dalam bidang Riset Eksakta dan memperoleh pendanaan maksimal melalui judul proposal “Karakteristik Fe3O4/CL Aerogel dari Batang Rami (Boehmeria nivea) sebagai Superabsorben Campuran Minyak-Air Laut”.

Tim melakukan penelitian selama empat bulan dimulai dengan studi literatur, pengambilan bahan baku, sintesis aerogel hingga uji karakteristiknya.

“Dalam penelitian ini kita ingin melihat potensi dari batang rami sebagai aerogel dalam menyerap minyak dalam air laut. Penelitian ini juga memiliki kontribusi yang besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dalam memperbaiki ekosistem laut yang tercemar oleh minyak,” paparnya.

Apabila minyak tersebut terus berada di lautan, minyak itu tidak mudah terurai. “Jika kita berhasil mengangkat minyaknya menggunakan aerogel itu akan bermanfaat untuk laut di mana aerogel ini berbahan dasar biomassa yang ramah lingkungan, mudah terdegradasi sehingga tidak merusak lingkungan,” lanjutnya.

Setelah empat bulan melaksanakan riset, tim ini menciptakan produk ramah lingkungan yang disebut magnetit selulosa aerogel berbahan dasar batang rami yang mampu menyerap minyak dalam campuran minyak-air laut dan setelah menyerap minyak dapat diangkat dengan mudah menggunakan magnet.

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca