JEMBER, RADARJEMBER.ID – Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) dari Kemendikbudristek yang diikuti oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMP) Association of Sains Education (ASE) Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jember (Unej) terus diimplementasikan.
Sebagai mahasiswa yang fokus di bidang pendidikan, program yang diberlakukan juga bertema rumah belajar berbasis lingkungan. Melalui judul Optimalisasi Lingkungan sebagai Rumah Belajar Berbasis Natural Laboratorium (Natrium) Guna Meningkatkan Kualitas Pendidikan Siswa SD di Desa Darsono, Kecamatan Arjasa, program tersebut direspons positif oleh warga dan tenaga pendidik di lembaga SD setempat.
Rumah belajar yang dimaksud yakni sebuah ruang belajar yang disediakan untuk anak-anak warga setempat yang sedang menduduki bangku TK, SD, hingga SMP. Dari pengamatan yang dilakukan sebeluknya, akses dan tingkat pendidikan di Desa Darsono yang merupakan desa pinggiran dan terletak di lereng perbukitan ini masih terbilang rendah. Oleh karenanya, HMP ASE memilih desa tersebut sebagai sasaran utama pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan.
“Kita ada dua unit rumah belajar, yang pertama di Dusun Kopang, satunya di Dusun Teratai. Kita memilih di Darsono karena di sana kualitas pendidikannya masih kurang baik. Kami mencoba membantu dengan program kami agar adik-adik tetap bisa belajar di luar jam sekolah,” ungkap Muhammad Nu’man Ash-Shiddieqiey, Ketua Tim PHP2D HMP ASE.
Mahasiswa semester lima yang juga kerap disapa Nash ini menjelaskan, kelestarian alam di Desa Darsono juga sangat tepat untuk dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Kondisi tersebut match dengan program laboratorium alami yang dilakukan oleh HMP ASE.
Adapun materi pembelajaran dalam rumah belajar tersebut yaitu, biofori, yakni ilmu penyuburan tanah. Kemudian materi komposter, yakni pengolahan sampah organik melalui pengomposan. Ada juga materi jumantik, yakni upaya pencegahan jentik-jentik nyamuk. Serta materi arang sekam, yakni pemanfaatan padi yang tidak sempurna yang dibakar.
“Karena sasaran kita adalah anak-anak yang terkadang mudah bosan, maka agar belajar tidak membosankan, selain materi pelajaran umum dan yang disebut tadi, kita juga memberikan pelajaran kesenian, permainan kreatif seperti outbond, dan alat musik,” imbuh Nash.
Siswa dapat memilih sendiri mata pelajaran atau materi yang diinginkan, kecuali pada mata pelajaran umum yang wajib diikuti sesuai dengan tingkatan kelasnya masing-masing. Pembelajaran berbasis alam itu dilaksanakan setiap tiga kali dalam seminggu, yaitu Rabu, Kamis dan Jumat. Jadwalnya pun dibagi menjadi dua, yaitu pukul 08.00-12.00 WIB, kemudian pukul 13.00-16.00 WIB.
“Ada sekitar 30 murid yang kita bimbing. Sasaran pertama kami awalnya SD saja, ternyata ada anak TK bahkan SMP yang juga meminta untuk bergabung juga. Karena semangat dan keinginan mereka luar biasa, kami tampung juga dan ikut belajar bersama kami,” katanya.
Dr Supeno, dosen pembimbing lapangan program Natrium tersebut mengatakan, dirinya sangat bangga dan berterima kasih kepada warga setempat yang telah menerima niatan baik mahasiswa. Baginya, program PHP2D ini memberikan motivasi dan kesadaran kepada mahasiswa terhadap kondisi yang ada di masyarakat.
“Mahasiswa dapat memberi kontribusi yang lebih, bagi lingkungan masyarakat yang membutuhkan. Karena ini kegiatan periodik, diharapkan kedepannya mahasiswa bisa merebahkan program yang lebih bagus, sehingga meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” tutur Dr Supeno.
Reporter: Delfi Nihayah
Fotografer: HMP ASE for Radar Jember.
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti