BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Menjadi peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BP Jamsostek) sungguh bermanfaat bagi keluarga. Itu pula yang dialami keluarga dari anggota BMT NU Grujugan Kabupaten Bondowoso yang meninggal dunia. Karena menjadi peserta aktif, ikut program BP Jamsostek, keluarga dari BMT NU Grujugan mendapatkan santunan dari negara sebesar Rp 42 juta.
BP Jamsostek Bondowoso memang sudah kerjasama baik dengan BMT NU Grujugan. Anggota BMT NU Grujugan banyak yang ikut menjadi peserta BP Jamsostek. Sehingga, saat ada resiko meninggal dunia maka anggotanya yang diikutkan program Jaminan Kematian (JK) mendapatkan santunan dari negara.
Kini, kerjasama antara BP Jamsostek dengan BMT NU Grujugan diperluas lagi. BMT NU Grujugan juga membantu BP Jamsostek untuk membangun kesadaran perusahaan, lembaga atau kelompok masyarakat bahkan individu (keluarga mandiri, Red) untuk menjadi peserta BP Jamsostek.
Salah satunya, BMT NU Grujugan membantu menggelar sosialisasi tentang program BP Jamsostek kepada kelompok masyarakat yang tergabung dalam remaja masjid (Remas) Senin (26/4) malam. BP Jamsostek bersama BMT NU Grujugan mengadakan silaturahmi Remaja Masjid Al-Ikhlas Maesan.
Dalam kesempatan itu disampaikan program BPJamsostek dan manfaatnya. Antara lain program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Pensiun (JP) dan Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP).
Bahkan, secara simbolis santunan Jaminan Kematian (JK) untuk anggota BMT NU Grujugan diserahkan Aditya selaku Kepala BMT NU Grujugan kepada ahli warisnya dengan disaksikan oleh 50 orang yang hadir termasuk tokoh masyarakat sekitar.
“Saya sangat mengharapkan seluruh anggota bisa mengikuti Program BPJamsostek karena manfaatnya yang luar biasa, saat ini BMT NU Grujugan telah menjadi Mitra BPJamsostek, jadi untuk informasi pendaftaran bisa juga melalui kami” ucap Aditya Kepala BMT NU Grujugan saat memberikan sambutan di Acara.
Dijelaskan, Negara hadir untuk melindungi warganya dari resiko sosial ketenagakerjaan. “Sebab pekerja sebagai tulang punggung keluarga, ketika mengalami musibah meninggal dunia seperti ini akan memutus nafkah keluarga,” kata Kepala BP Jamsostek Bondowoso Hadi Susanto. Sehingga dikhawatirkan muncul masalah sosial baru seperti kemiskinan baru yang justru akan berpotensi menambah beban APBD Pemerintah setempat.
Bahkan yang lebih dikhawatirkan lagi, karena memang urusan perut, dikhawatirkan muncul tindak kejahatan seperti pencurian atau sejenisnya karena nafkah yang sudah tidak ada lagi dari si pekerja tadi untuk keluarga. “Di sinilah peran Negara dibutuhkan untuk menanggulangi masalah-masalah sosial yang kemungkinan akan timbul saat pekerja mengalami resiko meninggal dunia atau kecelakaan kerja” imbuhnya.
Harapan ke depan, kepedulian BMT NU Grujugan kepada para Anggotanya dapat di contoh BMT NU di wilayah lain dan sosialisasi serupa juga bisa dilakukan di banyak titik bersama tokoh masyarakat, sehingga semakin banyak masyarakat Bondowoso yang paham akan fungsi dan manfaat program BPJamsostek sebagai backup pengalihan resiko saat musibah atau risiko sosial muncul.
Perencanaan keuangan semestinya dilakukan oleh seluruh kepala keluarga, agar usaha yang dilakukan tidak sia-sia, tabungan bisa berkurang atau bahkan habis karena membiayai kehidupan keluarga yang harus terus berjalan saat pekerja meninggal dunia seperti salah satu peserta BPJamsostek kali ini. “Karena otomatis sudah tidak ada nafkah lagi dari pekerja untuk keluarganya,” pungkasnya.
Jurnalis: Narto
Fotografer: Narto
Redaktur: Sholikhul Huda