JEMBER, RADARJEMBER.ID – Stapa Center terus konsisten melakukan pemberdayaan anak. Organisasi nirlaba yang berpusat di Bangil ini fokus terhadap pendampingan anak petani dan buruh tani tembakau di Jember. Ada lima desa di tiga kecamatan berbeda yang mendapat pendampingan. Desa Mrawan di Kecamatan Mayang, Desa Kalisat dan Gumuksari di Kecamatan Kalisat, serta Desa Pakusari dan Jatian di Kecamatan Pakusari. Lima desa ini dipilih karena menjadi salah satu kantong pertanian tembakau di Jember.
Program Manager Stapa Center Farida Hanum mengatakan, kali ini merupakan tahun kedua dari program pendampingan yang telah dijalankan. Jika sebelumnya dilakukan berbasis komunitas, kini melibatkan petani secara langsung. Menurut dia, peran petani sangat penting karena dapat mencegah anak terlibat dalam pekerjaan di sektor tembakau. “Contoh sederhananya, jika petani melarang buruh tani melibatkan anak saat bekerja, maka mereka juga tidak akan berani,” katanya.
Hanum menjelaskan alasan lain. Dia memaparkan, petani menjadi mitra kunci yang harus dilibatkan dalam perlindungan anak. Sebab, mereka yang saban hari berada dan tinggal di lingkungan anak. Sehingga petani ikut berkontribusi dengan merekomendasikan anak yang bakal dijangkau oleh program.
Selain itu, membantu mengomunikasikan ke buruh tani. Bahkan, ada beberapa petani yang mendukung langsung dengan meminjamkan rumahnya ditempati kegiatan belajar anak. “Petani sangat mendukung. Harapannya, ketaatan buruh tani tidak melibatkan anak saat bekerja menjadi lebih tinggi,” ucapnya.
Selain rumah, ada juga petani yang menyediakan musala untuk kegiatan. Lokasi itu dipilih karena ketika musim tembakau tidak berdekatan dengan aktivitas pertembakauan. Sehingga, ketika buruh tani sedang bekerja di sawah atau di gudang, anak-anak mereka diajak dan dilibatkan dalam kelompok belajar. “Tahun lalu, kami pakai rumah kreasi yang terpusat di satu tempat. Dan tahun ini lebih dekat dan bisa dijangkau anak. Harapannya ada keberlanjutan,” ujarnya.
Hanum optimistis program ini akan berkesinambungan. Sebab, anak belajar dan bermain di tempat biasanya mereka tinggal. Pihaknya juga melibatkan pendamping sebaya yang berasal dari anak di dusun yang sama. Usianya antara 14–17 tahun. Mereka inilah yang nantinya akan mendampingi anak-anak yang umurnya lebih muda antara 6-12 tahun atau usia SD.
“Jika berlanjut, kami sudah ada sumber daya. Sebelumnya, kami melatih para pendamping sebaya dengan metode belajar menyenangkan. Mereka juga didorong memanfaatkan teknologi guna mendukung metode belajar. Misalnya bikin konten dan materi belajar,” terangnya.
Metode belajar menyenangkan ini mendapat respons positif dari anak. Jika di awal-awal jadwal belajar bersama itu hanya sebulan sekali, kemudian mereka meminta dua pekan sekali. Dan belakangan malah seminggu sekali. Anak sangat antusias karena kegiatan itu dianggap memenuhi kebutuhan mereka. Apalagi di masa belajar daring akibat pandemi.
Meski begitu, apa yang dilakukan bukan berarti tanpa tantangan. Karena kebanyakan pesertanya masih SD, mereka tidak bisa enjoy belajar dengan model klasikal. Alternatifnya, Stapa Center mendorong para pendamping sebaya kreatif melakukan pembaruan metode belajar. “Misalnya di luar ruangan atau diajari kreasi. Karena mereka lebih senang ketimbang belajar teori,” ungkap Hanum.
Selain belajar tentang pelajaran sekolah, anak-anak juga dikenalkan dengan diskusi kelompok. Kini, mereka mulai berani mengungkapkan keinginan di depan forum. Misalnya, berani mengusulkan sendiri aktivitas yang akan dilakukan. Bagi Hanum, keberanian ini menjadi modal untuk menumbuhkan partisipasi anak dalam pembangunan desa. “Jadi, tidak harus menunggu Musrenbangdes,” tuturnya.
Di sisi lain, aktivitas ekonomi yang tidak berbahaya bagi anak juga dikenalkan. Bentuknya dengan mengajak anak membuat kreasi kain batik jenis shibori. Selain itu, juga konektor masker berbahan monte. Dua hal ini cukup gampang dilakukan anak. “Ini sebagai upaya mengalihkan anak dari kegiatan tembakau yang berbahaya ke kegiatan kreatif yang bernilai ekonomi. Dukungan desa nantinya bisa mengajari mereka mempromosikan produknya, serta memasarkan,” jelasnya.
Kukuhkan Forum Anak Desa
Tak berhenti di situ, untuk menjaga kesinambungan program, pihaknya juga membikin strategi dengan mendorong pemerintah membentuk Forum Anak Desa (FAD). Sehingga apa yang sudah dilakukan sebelumnya bisa diteruskan oleh FAD. Dan nantinya, kegiatan dan anggarannya bisa didukung oleh pemerintah desa setempat.
“Kami juga mendorong DP3AKB dan DPMD mendorong pembentukan peraturan bupati (perbup) yang dalam pasalnya menyebut anggaran desa bisa membiayai kegiatan FAD,” bebernya, seusai pengukuhan FAD di Desa Mrawan, Kecamatan Mayang, Selasa (16/11). DP3AKB atau Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana. Salah satu tugasnya mengawal FAD yang menjadi program nasional. Sedangkan DPMD atau Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa diharapkan dapat menjembatani kepentingan anak dengan pemerintah desa setempat.
Pada pelaksanaan FAD nanti, Hanum menambahkan, aktivitas anak akan disesuaikan dengan ciri khas desa. Pihaknya menghadirkan camat, perwakilan DPMD, dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jember. Harapannya, setelah pengukuhan FAD, ada dukungan dari pemerintah agar tidak berhenti di pelantikan saja. Langkah ini sekaligus mendorong agar desa lain segera membentuk FAD. “Harapannya lebih banyak orang yang peduli,” ucapnya.
Ketua FAD Mrawan, Kecamatan Mayang, Putri Amalia Sari mengaku bangga terlibat dalam kegiatan tersebut. Selama belajar bersama yang sekaligus menjadi pendamping sebaya, dirinya bisa membuat beragam kreasi pembelajaran. Misalnya memanfaatkan kalender bekas yang fungsinya tidak sekadar hiasan, tapi juga membantu anak menghafal angka dan huruf.
Tak hanya itu, bersama anak yang lain ia juga belajar membuat manik-manik untuk konektor masker dan batik shibori, serta belajar bareng menghitung, membaca, dan mewarnai. Setelah FAD terbentuk, Putri ingin mengajak anak-anak lain membikin kegiatan serupa. “Kami juga akan berkoordinasi agar setiap minggu ada kegiatan di desa. Dan membahas program kerja dengan pengurus yang lain,” tutur pelajar kelas 11 di SMKN 4 Jember tersebut.
Sementara itu, Ketua FAD Dusun Tengah Kalisat Ildatul Hasanah memaparkan, kegiatan FAD nantinya akan fokus pada persoalan anak di desa. Sekaligus mencari solusi bersama dengan Gugus Tugas Desa Layak Anak. “Sedangkan yang akan dilakukan ke depan, kami ingin mengumpulkan informasi terkait permasalahan anak di desa lalu dibahas dalam forum bersama,” urainya. (ika/c2/rus)