JEMBER, RADARJEMBER.ID – Namanya sudah tak asing di telinga kancah perpolitikan Bondowoso bahkan sebelum ia menginjakkan kakinya di ruang parlemen. Dunia aktivis kampus dan akademik mengantarnya ke dunia politik pada pemilu 2014.
Ia adalah Ady Kriesna. Ia pernah menjadi Presiden BEM Universitas Muhammadiyah Jember (2000-2001) dan menakhodai organisasi mahasiswa tertua di Indonesia yakni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Jember pada tahun 2002-2003.
Pria yang terkenal sebagai singa podium sejak dibangku kuliah ini merupakan salah satu generasi Reformasi 98 yang juga aktif menulis di media cetak sejak berstatus mahasiswa. Tulisannya dimuat di majalah kampus dan koran lokal. Artikelnya yang tercatat di Radar Jember antara lain : Partai Ojek, Kiprah Pemuda di Era Reformasi, Tidak Ada Tuhan dalam Pilkada.
Tak heran, selepas menjabat Presiden BEM, ia mampu menjadi Ketua HMI Cabang Jember yang membawahi Kabupaten Jember, Lumajang, Situbondo, Bondowoso, dan Probolinggo. “Dengan berorganisasi, saya bisa belajar banyak. Bahkan organisasilah yang memengaruhi jalan hidup saya,” tuturnya.
Kriesna mengaku, sebelumnya tidak pernah membayangkan menjadi anggota DPRD. Ia hanya punya cita-cita untuk bermanfaat bagi banyak orang melalui jalur hukum, sesuai dengan ilmu yang ia tempuh dibangku kuliah. “Secara materi saya tidak siap saat itu. Tapi saya percaya kepada teman-teman dan yakin Tuhan akan memberi kemudahan kepada orang yang niatnya mengabdikan diri,” kata Kriesna.
Dirinya mendefinisikan kekuasaan sebagai jalan tercepat dalam pengabdian. Karena itu, ia memilih politik sebagai jalan hidupnya. Tapi ia juga menyadari bahwa pengabdian tidak selalu harus dengan kekuasaan. Baginya, di mana pun dan kapan pun tugas utama manusia adalah mengabdi kepada masyarakatnya. Slogan terkenalnya, “Kalau bisa bermanfaat tanpa berkuasa, untuk apa harus merebut kekuasaan”.
Perjalanan politik Kriesna sejak 2014 tergolong cemerlang. Periode pertamanya di parlemen ia langsung menjabat Ketua Komisi II. Tak lama kemudian di Partai Golkar, ia dipercaya menjadi sekretaris. “Menjadi wakil rakyat saja saya sudah bersyukur. Kok malah jadi Ketua komisi. Padahal saya nol pengalaman. Tapi alhamdulillah, sambil belajar pada senior-senior di parlemen sampai akhir masa jabatan saya tetap dipercaya oleh rekan-rekan Komisi II,” ungkapannya.
Ketua Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) dua periode ini kemudian menjadi Ketua Komisi IV pada periode keduanya. Meski dinomor urut ke-4 caleg, ia memperoleh suara terbanyak se-Bondowoso pada pemilu 2019 dengan 8.350 suara. Ketika menanyakan strategi politiknya, dia mengaku tidak punya strategi khusus. “Strateginya ya anti-strategi, Yang sakti ya teman-teman yang bantu saya. Yang cari suara kan mereka, saya manut aja sama mereka,” imbuhnya singkat.
Dua tahun yang lalu pria kelahiran tahun 1980 ini berhasil menjadi Ketua DPD Partai Golkar Bondowoso. Pencapaiannya dari tahun ke tahun baginya tidak terlepas dari doa orang tua dan dukungan teman-temannya. Memimpin partai besar yang memperoleh 6 kursi di parlemen menjadi tantangan besar untuknya.
Ady Kriesna terus membuat gebrakan yang belum pernah ada sebelumnya. Lomba-lomba virtual saat pandemi COVID-19 dinilai bisa memecah kebosanan masyarakat. Salah satu diantara, gelar online atau virtual. Mulai lomba hadrah, fotografi, videografi, hingga tartil Alquran. Termasuk gebrakannya mengadakan Duta Golkar Bondowoso sebagai momentum kebangkitan pemuda dalam kancah politik. Tidak tanggung-tanggung, Partai Golkar memfasilitasi mereka dengan membuatkan studio podcast. “Sudah bukan masanya anak muda ikut-ikutan partai politik. Sekaranglah saatnya anak muda menentukan arah bangsa ini dengan menjadi lokomotif partai politik. Di Golkar, generasi milenial tidak kita jadikan followers politik tapi merekalah trendsetter politik. Apa salahnya jika jalan pengabdian tercepat itu diberikan kepada anak-anak muda,” katanya. Facebook dan Instagram, YouTube Golkar Bondowoso bahkan sudah monetize (menghasilkan iklan, Red) dengan 8.190 subscribers.
Dia ingin menempatkan Golkar sesuai doktrin Karya-Kekaryaan falsafah partainya. “Golkar itu partai kader dan partai ide. Tugas kami itu berkiprah, berbuat, bermanfaat. Itu saja. Soal pemilu, itu nanti. Masih jauh itu,” katanya. Baginya mengurusi partai ialah melanjutkan warisan pendahulunya sekaligus menyiapkan fondasi generasi berikutnya. Apa pun retorika yang ia katakan, publik kadung menilai Golkar Bondowoso di bawah kepemimpinan Kriesna sudah berada di jalur yang tepat menyongsong pemilu 2024.
Namun demikian, di balik semua itu, pria asal Tegalampel ini mengaku jejak dan kiprahnya berkat bimbingan mentor-mentornya semasa jadi aktivis maupun di Golkar yang memang tokoh-tokoh Bondowoso pada zamannya. (ika/c2/dwi)