22.5 C
Jember
Saturday, 3 June 2023

Tiga Lulusan Terbaik Wisuda Polije Ke-40

Politeknik Negeri Jember (Polije) hari ini menggelar prosesi wisuda ke-40. Nama Farah Dilla Putri Bela Purnomo, Nur Laila Sari, dan Nanik Mardiyanti menjadi lulusan terbaik dari masing-masing jenjang pendidikan mulai dari D-3, sarjana terapan atau D-4, dan pascasarjana. Lantas, bagaimana lika-liku mereka mendapatkan nilai terbaik dalam perkuliahan?

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Politeknik Negeri Jember terus mencetak alumni dengan segudang prestasi. Salah satunya yakni Farah Dilla Putra Bela Purnomo, yang menjadi lulusan terbaik wisuda ke-40 dari jenjang pendidikan D-3, dengan nilai nyaris sempurna, yaitu IPK 3,97. Perempuan asal Asembagus, Situbondo, ini memilih Jurusan Agribisnis dengan Program Studi Manajemen Agribisnis.

Perempuan 21 tahun tersebut mengaku tidak menyangka bahwa dirinya menjadi lulusan terbaik dalam wisuda periode tersebut. Terlebih lagi, dia tidak memiliki background keluarga yang pernah merasakan kuliah. Sang ayah beraktivitas sebagai montir, sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga biasa.

Meski demikian, ini tak lantas menjadi penghalang baginya. Semangat dia sekolah juga didasari oleh keluarganya. Yaitu ingin membuat adik-adiknya semangat menempuh pendidikan tinggi. “Saya anak pertama dan punya dua adik. Setidaknya hasil ini bisa jadi semangat adik nanti,” terangnya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Pandemi Covid-19 juga membuat Farah lebih ekstra dalam menyelesaikan tugas akhir. Ada satu kebiasaan Farah yang membuatnya lebih paham materi kuliah dan membawa korelasi positif dalam hasil ujiannya. Setiap hari dia selalu mencatat kembali atau merangkum apa yang diterangkan dosen. “Ya, seperti membuat laporan setiap hari. Tapi, ini untuk diri sendiri,” imbuhnya.

Nah, jika Farah menjalani proses belajar dengan mencatat kembali apa yang diterangkan dosen, berbeda halnya dengan Nur Laila Sari. Wisudawati terbaik jenjang sarjana terapan atau D-4 dari Program Studi Teknik Produksi Benih dengan IPK 3,98 tersebut memiliki kebiasaan merekam suara dosen menerangkan dengan gadget. “Setiap kuliah merekam suara dosen menerangkan, dan di kosan didengarkan kembali. Kalau sudah selesai, dihapus,” tuturnya.

Bahkan, sistem belajar Nur Laila menjelang ujian berbeda dengan teman-temannya pada umumnya. “Kalau saya lebih nyaman dan cepat paham itu dengan cara menerangkan materi,” imbuhnya. Perempuan asal Kediri ini berbicara sendiri seperti dosen menerangkan. “Jadi, ngomong sendiri,” tuturnya,

Tekadnya untuk masuk Polije sudah muncul sejak kelas 1 SMK. “Kenal Polije dan ingin masuk Teknik Produksi Benih itu sejak kelas 1 SMK,” jelasnya. Ini sejalan dengan pendidikannya di SMKN 1 Ploso Klaten, Kabupaten Kediri, yang merupakan SMK vokasi pertanian. Terlebih lagi background keluarganya juga sebagai petani sayur kol.

Dia tertarik pada teknik produksi benih karena benih menjadi hal penting dalam pertanian. Terlebih lagi, kondisi cuaca yang kini tidak menentu, ancaman gagal panen, serangan hama penyakit juga menjadi tantangan. Tentu saja perlu sebuah teknologi pengembangan bibit tanaman bermutu dengan produksi tinggi dan tahan terhadap hama penyakit.

Awalnya, Nur Laila mencari kampus yang seperti keinginannya itu di Malang. Namun, karena pertimbangan ingin kuliah tidak hanya materi, tapi juga praktik, maka pilihannya jatuh pada Polije yang juga menerapkan sistem kuliah secara teoretis dan praktik. “Kalau ada praktiknya itu lebih enak. Lebih cepat memahami,” tuturnya. Selain itu, Nur Laila juga jadi mahasiswa berprestasi dan beberapa kali mewakili Polije di pentas nasional.

Bagaimana dengan Nanik Mardiyanti? Wanita yang lulus dari Pascasarjana Program Studi Manajemen Agribisnis tersebut menyelesaikan kuliahnya dengan IPK 3,97. Perempuan yang bekerja di Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi ini memilih Polije dalam melanjutkan jenjang pendidikannya tersebut karena menyediakan jurusan yang linier dan bisa diterapkan di kehidupan bermasyarakat, khususnya pertanian.

Mendapatkan nilai terbaik, menurutnya, berawal dari keinginannya memulai terlebih dahulu suatu hal. Termasuk menyelesaikan studi program pascasarjana di Polije. Dia mengatakan, ilmu yang didapat di Polije tersebut akan diterapkan sebagai tugas, pokok, dan fungsi dirinya di instansi tempatnya bekerja. “Supaya saya bisa berkontribusi dari ilmu yang didapat di Polije,” pungkasnya. (kl/c2/lin)

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Politeknik Negeri Jember terus mencetak alumni dengan segudang prestasi. Salah satunya yakni Farah Dilla Putra Bela Purnomo, yang menjadi lulusan terbaik wisuda ke-40 dari jenjang pendidikan D-3, dengan nilai nyaris sempurna, yaitu IPK 3,97. Perempuan asal Asembagus, Situbondo, ini memilih Jurusan Agribisnis dengan Program Studi Manajemen Agribisnis.

Perempuan 21 tahun tersebut mengaku tidak menyangka bahwa dirinya menjadi lulusan terbaik dalam wisuda periode tersebut. Terlebih lagi, dia tidak memiliki background keluarga yang pernah merasakan kuliah. Sang ayah beraktivitas sebagai montir, sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga biasa.

Meski demikian, ini tak lantas menjadi penghalang baginya. Semangat dia sekolah juga didasari oleh keluarganya. Yaitu ingin membuat adik-adiknya semangat menempuh pendidikan tinggi. “Saya anak pertama dan punya dua adik. Setidaknya hasil ini bisa jadi semangat adik nanti,” terangnya.

Pandemi Covid-19 juga membuat Farah lebih ekstra dalam menyelesaikan tugas akhir. Ada satu kebiasaan Farah yang membuatnya lebih paham materi kuliah dan membawa korelasi positif dalam hasil ujiannya. Setiap hari dia selalu mencatat kembali atau merangkum apa yang diterangkan dosen. “Ya, seperti membuat laporan setiap hari. Tapi, ini untuk diri sendiri,” imbuhnya.

Nah, jika Farah menjalani proses belajar dengan mencatat kembali apa yang diterangkan dosen, berbeda halnya dengan Nur Laila Sari. Wisudawati terbaik jenjang sarjana terapan atau D-4 dari Program Studi Teknik Produksi Benih dengan IPK 3,98 tersebut memiliki kebiasaan merekam suara dosen menerangkan dengan gadget. “Setiap kuliah merekam suara dosen menerangkan, dan di kosan didengarkan kembali. Kalau sudah selesai, dihapus,” tuturnya.

Bahkan, sistem belajar Nur Laila menjelang ujian berbeda dengan teman-temannya pada umumnya. “Kalau saya lebih nyaman dan cepat paham itu dengan cara menerangkan materi,” imbuhnya. Perempuan asal Kediri ini berbicara sendiri seperti dosen menerangkan. “Jadi, ngomong sendiri,” tuturnya,

Tekadnya untuk masuk Polije sudah muncul sejak kelas 1 SMK. “Kenal Polije dan ingin masuk Teknik Produksi Benih itu sejak kelas 1 SMK,” jelasnya. Ini sejalan dengan pendidikannya di SMKN 1 Ploso Klaten, Kabupaten Kediri, yang merupakan SMK vokasi pertanian. Terlebih lagi background keluarganya juga sebagai petani sayur kol.

Dia tertarik pada teknik produksi benih karena benih menjadi hal penting dalam pertanian. Terlebih lagi, kondisi cuaca yang kini tidak menentu, ancaman gagal panen, serangan hama penyakit juga menjadi tantangan. Tentu saja perlu sebuah teknologi pengembangan bibit tanaman bermutu dengan produksi tinggi dan tahan terhadap hama penyakit.

Awalnya, Nur Laila mencari kampus yang seperti keinginannya itu di Malang. Namun, karena pertimbangan ingin kuliah tidak hanya materi, tapi juga praktik, maka pilihannya jatuh pada Polije yang juga menerapkan sistem kuliah secara teoretis dan praktik. “Kalau ada praktiknya itu lebih enak. Lebih cepat memahami,” tuturnya. Selain itu, Nur Laila juga jadi mahasiswa berprestasi dan beberapa kali mewakili Polije di pentas nasional.

Bagaimana dengan Nanik Mardiyanti? Wanita yang lulus dari Pascasarjana Program Studi Manajemen Agribisnis tersebut menyelesaikan kuliahnya dengan IPK 3,97. Perempuan yang bekerja di Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi ini memilih Polije dalam melanjutkan jenjang pendidikannya tersebut karena menyediakan jurusan yang linier dan bisa diterapkan di kehidupan bermasyarakat, khususnya pertanian.

Mendapatkan nilai terbaik, menurutnya, berawal dari keinginannya memulai terlebih dahulu suatu hal. Termasuk menyelesaikan studi program pascasarjana di Polije. Dia mengatakan, ilmu yang didapat di Polije tersebut akan diterapkan sebagai tugas, pokok, dan fungsi dirinya di instansi tempatnya bekerja. “Supaya saya bisa berkontribusi dari ilmu yang didapat di Polije,” pungkasnya. (kl/c2/lin)

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Politeknik Negeri Jember terus mencetak alumni dengan segudang prestasi. Salah satunya yakni Farah Dilla Putra Bela Purnomo, yang menjadi lulusan terbaik wisuda ke-40 dari jenjang pendidikan D-3, dengan nilai nyaris sempurna, yaitu IPK 3,97. Perempuan asal Asembagus, Situbondo, ini memilih Jurusan Agribisnis dengan Program Studi Manajemen Agribisnis.

Perempuan 21 tahun tersebut mengaku tidak menyangka bahwa dirinya menjadi lulusan terbaik dalam wisuda periode tersebut. Terlebih lagi, dia tidak memiliki background keluarga yang pernah merasakan kuliah. Sang ayah beraktivitas sebagai montir, sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga biasa.

Meski demikian, ini tak lantas menjadi penghalang baginya. Semangat dia sekolah juga didasari oleh keluarganya. Yaitu ingin membuat adik-adiknya semangat menempuh pendidikan tinggi. “Saya anak pertama dan punya dua adik. Setidaknya hasil ini bisa jadi semangat adik nanti,” terangnya.

Pandemi Covid-19 juga membuat Farah lebih ekstra dalam menyelesaikan tugas akhir. Ada satu kebiasaan Farah yang membuatnya lebih paham materi kuliah dan membawa korelasi positif dalam hasil ujiannya. Setiap hari dia selalu mencatat kembali atau merangkum apa yang diterangkan dosen. “Ya, seperti membuat laporan setiap hari. Tapi, ini untuk diri sendiri,” imbuhnya.

Nah, jika Farah menjalani proses belajar dengan mencatat kembali apa yang diterangkan dosen, berbeda halnya dengan Nur Laila Sari. Wisudawati terbaik jenjang sarjana terapan atau D-4 dari Program Studi Teknik Produksi Benih dengan IPK 3,98 tersebut memiliki kebiasaan merekam suara dosen menerangkan dengan gadget. “Setiap kuliah merekam suara dosen menerangkan, dan di kosan didengarkan kembali. Kalau sudah selesai, dihapus,” tuturnya.

Bahkan, sistem belajar Nur Laila menjelang ujian berbeda dengan teman-temannya pada umumnya. “Kalau saya lebih nyaman dan cepat paham itu dengan cara menerangkan materi,” imbuhnya. Perempuan asal Kediri ini berbicara sendiri seperti dosen menerangkan. “Jadi, ngomong sendiri,” tuturnya,

Tekadnya untuk masuk Polije sudah muncul sejak kelas 1 SMK. “Kenal Polije dan ingin masuk Teknik Produksi Benih itu sejak kelas 1 SMK,” jelasnya. Ini sejalan dengan pendidikannya di SMKN 1 Ploso Klaten, Kabupaten Kediri, yang merupakan SMK vokasi pertanian. Terlebih lagi background keluarganya juga sebagai petani sayur kol.

Dia tertarik pada teknik produksi benih karena benih menjadi hal penting dalam pertanian. Terlebih lagi, kondisi cuaca yang kini tidak menentu, ancaman gagal panen, serangan hama penyakit juga menjadi tantangan. Tentu saja perlu sebuah teknologi pengembangan bibit tanaman bermutu dengan produksi tinggi dan tahan terhadap hama penyakit.

Awalnya, Nur Laila mencari kampus yang seperti keinginannya itu di Malang. Namun, karena pertimbangan ingin kuliah tidak hanya materi, tapi juga praktik, maka pilihannya jatuh pada Polije yang juga menerapkan sistem kuliah secara teoretis dan praktik. “Kalau ada praktiknya itu lebih enak. Lebih cepat memahami,” tuturnya. Selain itu, Nur Laila juga jadi mahasiswa berprestasi dan beberapa kali mewakili Polije di pentas nasional.

Bagaimana dengan Nanik Mardiyanti? Wanita yang lulus dari Pascasarjana Program Studi Manajemen Agribisnis tersebut menyelesaikan kuliahnya dengan IPK 3,97. Perempuan yang bekerja di Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi ini memilih Polije dalam melanjutkan jenjang pendidikannya tersebut karena menyediakan jurusan yang linier dan bisa diterapkan di kehidupan bermasyarakat, khususnya pertanian.

Mendapatkan nilai terbaik, menurutnya, berawal dari keinginannya memulai terlebih dahulu suatu hal. Termasuk menyelesaikan studi program pascasarjana di Polije. Dia mengatakan, ilmu yang didapat di Polije tersebut akan diterapkan sebagai tugas, pokok, dan fungsi dirinya di instansi tempatnya bekerja. “Supaya saya bisa berkontribusi dari ilmu yang didapat di Polije,” pungkasnya. (kl/c2/lin)

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca