JEMBER, RADARJEMBER.ID – Sebanyak 25 kali juara lomba bidang astronomi bukan angka yang kecil. Itu baru level nasional, belum tingkat provinsi atau kabupaten. Jelas lebih banyak lagi. Raihan itu sekaligus mengukuhkan Nuris, Antirogo, Jember, sebagai pesantren yang konsisten menjaga dan melestarikan berbagai tradisi keilmuan. Termasuk ilmu astronomi.
Dua santri SMA Nuris Jember buktinya. Mereka adalah Fadya Rahma Nuroin dan Adinda Putri Jannatul Firdaus. Keduanya berhasil menorehkan berbagai prestasi di bidang astronomi. Di level nasional tercatat 25 kali juara. Masing-masing tiga emas, sebelas perak, sembilan perunggu, dan dua penghargaan khusus.
Kepada Jawa Pos Radar Jember, dua astronom muda itu mengutarakan minatnya di bidang astronomi. Kata mereka, astronomi itu menarik, karena mempelajari tentang alam dan perbintangan. “Jadi, mencakup banyak hal. Dan itu juga mengharuskan kami banyak belajar literatur atau referensi,” kata Fadya.
Ia juga mengakui, menaruh minat di astronomi memberikan banyak pengalaman berkesan ke mereka. Selain berpengalaman dalam menjuarai lomba sains astronomi, mereka juga bisa menimba pengalaman berharga lainnya. “Kami pernah diajak ke ITB Bandung oleh pengasuh pesantren. Di sana bertemu mahasiswa astronomi, pakar himpunan astronomi. Dan kami diminta menceritakan bagaimana perkembangan ilmu astronomi di pesantren,” kenangnya.
Seusai pertemuan itu, lanjut Fadya, astronomi di Nuris Jember sudah bisa memberi warna terhadap perkembangan ilmu astronomi di nusantara. “Kami baru angkatan empat dan lima di ekskul astronomi ini. Tapi raihan juara itu cukup membanggakan untuk pesantren dan keluarga di rumah,” tambah Adinda.
Mereka berharap torehan itu bisa dilanjutkan oleh generasi berikutnya dengan capaian yang lebih mentereng. “Ilmu astronomi harus terus ada. Karena itu salah satu tradisi keilmuan yang sudah lama ada di pesantren,” imbuhnya.
Sementara itu, Pengasuh Nuris Jember Robith Qoshidi menjelaskan, keberadaan astronomi memang sudah lama ada dalam tradisi keilmuan pesantren. Bedanya, dulu di pesantren diberi nama ilmu falak. “Tradisi keilmuan pesantren itu salah satu keunggulannya memang ilmu falak, yang juga ilmu sains atau ilmu alam,” jelasnya.
Menurut dia, keberadaan ilmu astronomi atau ilmu falak di pesantren muncul dari dorongan keagamaan. Misal, dalam penentuan hari-hari penting di Islam, puasa, Idul Fitri, arah kiblat, penanggalan hijriah, atau yang lainnya. “Itu semua menjadi bagian integral dari ilmu sains yang dibutuhkan dalam menyokong dan mendukung kepentingan keagamaan,” ulasnya.
Sebagai bagian integral dari pesantren itulah, lanjutnya, maka perlu untuk terus dijaga dan dilestarikan. Dengan cara meng-upgrade keilmuan-keilmuan yang ada dengan kemajuan zaman. Baik dari sisi media, metode, maupun sisi keilmuan yang berkaitan dengan astronomi. “Karena itu, kami terus mendukung para santri untuk mengembangkan tradisi keilmuan astronomi ini. Dengan cara memberikan pembekalan khusus dan pelatihan ilmu astronomi yang up to date,” pungkasnya.
Jurnalis : Maulana
Fotografer : istimewa
Redaktur : Mahrus Sholih