29 C
Jember
Thursday, 30 March 2023

Tiga “Profesor” Nuris Ciptakan Biodetergen Alami

Hasil tidak pernah mengkhianati proses, jerih payah dan keringat akan terbayar sesuai takarannya. Begitulah prinsip tiga "profesor" muda di Pondok Pesantren Nuris. Mereka adalah Randi Juliastira, Alyaa Nur Karimah, dan Much. Nidhor Fairuza yang mampu menciptakan biodetergen ramah lingkungan.

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Saat ini, Randi Juliastira, Alyaa Nur Karimah, dan Much. Nidhor Fairuza sedang menempuh pendidikan SMA di Pondok Pesantren Nurul Islam (Nuris), Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas sebelas (XI). Dengan bekal itu, mereka sering menjuarai lomba karya tulis ilmiah (LKTI) kategori sains tingkat nasional. Menumbangkan lawan-lawannya dari sekolah unggulan lain.

Baca Juga : Sabyan Sepi Job, Kok Bisa ya?

Terakhir, mereka menjuarai LKTI tingkat nasional di Sulawesi, tahun kemarin. Dengan karya Biodetergen Daun Waru dan Putri Malu (Biruma), jenis biodetergen yang terbuat dari bahan-bahan alami yang dapat mengurangi pencemaran lingkungan.

Mobile_AP_Rectangle 2

Tentu tidak mudah menciptakan karya yang bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Mereka mengaku, Biruma dibuat untuk mengurangi pencemaran lingkungan dampak dari deterjen kimia. Bahkan, dengan deterjen tersebut masyarakat jadi lebih ramah lingkungan.

Tidak berhenti di situ, setelah proses uji coba, mereka memberanikan diri untuk mempresentasikan produknya di ajang kompetisi sains tingkat nasional di Sulawesi, tahun kemarin. Alhasil, semangat dan solidaritas keilmuan yang dimiliki oleh ketiga santri Nuris tersebut mampu mengantarkan mereka menduduki peringkat ke-3 nasional.

Nidhor mengatakan, dia dan kedua rekannya memang senang mempelajari ilmu alam, apalagi kimia. Bahkan, nama dari ketiga pelajar tersebut sudah dianggap biasa menjuarai lomba-lomba sains tingkat nasional. Hal ini dibenarkan juga oleh Aylaa selaku rekan kelompoknya. “Bahkan, sebelum ada lomba kami sering penelitian ilmiah dulu,” imbuh Aylaa, santriwati asal Kalisat tersebut.

Sementara itu, Randi mengatakan, kekompakan dari masing-masing pribadi mereka yang bisa membuahkan prestasi hebat seperti sekarang. Dengan usaha dan kegigihan yang tinggi, juara bukanlah suatu hal yang sulit. “Kadang kalau ada lomba, uang registrasi kami bayar sendiri,” tambahnya.

Selanjutnya, mereka juga sedang menyiapkan konsep penelitian ilmiah untuk persiapan lomba sains tingkat nasional berikutnya. “Insyaallah di bulan ini ada lomba lagi,” kata Nidhor.

Prestasi ini tentu menegaskan bahwa pelajar yang menempuh pendidikan di pondok pesantren tidak hanya pandai ilmu agama. Dengan program dan sarana yang mendukung dari lembaga, tidak tertutup kemungkinan ilmuwan sains, sosial, politik, dan lainnya juga lahir dari pondok pesantren. Intinya, selama masih ada keinginan dan usaha yang gigih, semua pasti dapat diraih.

Berkaitan dengan itu, mereka juga berharap nanti bisa melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi tidak jauh dengan ilmu yang mereka geluti sekarang. “Setelah lulus, saya ingin jurusan teknik,” kata Aylaa dengan penuh semangat.

 

Jurnalis : mg4
Fotografer : Istimewa
Redaktur : Nur Hariri

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Saat ini, Randi Juliastira, Alyaa Nur Karimah, dan Much. Nidhor Fairuza sedang menempuh pendidikan SMA di Pondok Pesantren Nurul Islam (Nuris), Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas sebelas (XI). Dengan bekal itu, mereka sering menjuarai lomba karya tulis ilmiah (LKTI) kategori sains tingkat nasional. Menumbangkan lawan-lawannya dari sekolah unggulan lain.

Baca Juga : Sabyan Sepi Job, Kok Bisa ya?

Terakhir, mereka menjuarai LKTI tingkat nasional di Sulawesi, tahun kemarin. Dengan karya Biodetergen Daun Waru dan Putri Malu (Biruma), jenis biodetergen yang terbuat dari bahan-bahan alami yang dapat mengurangi pencemaran lingkungan.

Tentu tidak mudah menciptakan karya yang bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Mereka mengaku, Biruma dibuat untuk mengurangi pencemaran lingkungan dampak dari deterjen kimia. Bahkan, dengan deterjen tersebut masyarakat jadi lebih ramah lingkungan.

Tidak berhenti di situ, setelah proses uji coba, mereka memberanikan diri untuk mempresentasikan produknya di ajang kompetisi sains tingkat nasional di Sulawesi, tahun kemarin. Alhasil, semangat dan solidaritas keilmuan yang dimiliki oleh ketiga santri Nuris tersebut mampu mengantarkan mereka menduduki peringkat ke-3 nasional.

Nidhor mengatakan, dia dan kedua rekannya memang senang mempelajari ilmu alam, apalagi kimia. Bahkan, nama dari ketiga pelajar tersebut sudah dianggap biasa menjuarai lomba-lomba sains tingkat nasional. Hal ini dibenarkan juga oleh Aylaa selaku rekan kelompoknya. “Bahkan, sebelum ada lomba kami sering penelitian ilmiah dulu,” imbuh Aylaa, santriwati asal Kalisat tersebut.

Sementara itu, Randi mengatakan, kekompakan dari masing-masing pribadi mereka yang bisa membuahkan prestasi hebat seperti sekarang. Dengan usaha dan kegigihan yang tinggi, juara bukanlah suatu hal yang sulit. “Kadang kalau ada lomba, uang registrasi kami bayar sendiri,” tambahnya.

Selanjutnya, mereka juga sedang menyiapkan konsep penelitian ilmiah untuk persiapan lomba sains tingkat nasional berikutnya. “Insyaallah di bulan ini ada lomba lagi,” kata Nidhor.

Prestasi ini tentu menegaskan bahwa pelajar yang menempuh pendidikan di pondok pesantren tidak hanya pandai ilmu agama. Dengan program dan sarana yang mendukung dari lembaga, tidak tertutup kemungkinan ilmuwan sains, sosial, politik, dan lainnya juga lahir dari pondok pesantren. Intinya, selama masih ada keinginan dan usaha yang gigih, semua pasti dapat diraih.

Berkaitan dengan itu, mereka juga berharap nanti bisa melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi tidak jauh dengan ilmu yang mereka geluti sekarang. “Setelah lulus, saya ingin jurusan teknik,” kata Aylaa dengan penuh semangat.

 

Jurnalis : mg4
Fotografer : Istimewa
Redaktur : Nur Hariri

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Saat ini, Randi Juliastira, Alyaa Nur Karimah, dan Much. Nidhor Fairuza sedang menempuh pendidikan SMA di Pondok Pesantren Nurul Islam (Nuris), Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas sebelas (XI). Dengan bekal itu, mereka sering menjuarai lomba karya tulis ilmiah (LKTI) kategori sains tingkat nasional. Menumbangkan lawan-lawannya dari sekolah unggulan lain.

Baca Juga : Sabyan Sepi Job, Kok Bisa ya?

Terakhir, mereka menjuarai LKTI tingkat nasional di Sulawesi, tahun kemarin. Dengan karya Biodetergen Daun Waru dan Putri Malu (Biruma), jenis biodetergen yang terbuat dari bahan-bahan alami yang dapat mengurangi pencemaran lingkungan.

Tentu tidak mudah menciptakan karya yang bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Mereka mengaku, Biruma dibuat untuk mengurangi pencemaran lingkungan dampak dari deterjen kimia. Bahkan, dengan deterjen tersebut masyarakat jadi lebih ramah lingkungan.

Tidak berhenti di situ, setelah proses uji coba, mereka memberanikan diri untuk mempresentasikan produknya di ajang kompetisi sains tingkat nasional di Sulawesi, tahun kemarin. Alhasil, semangat dan solidaritas keilmuan yang dimiliki oleh ketiga santri Nuris tersebut mampu mengantarkan mereka menduduki peringkat ke-3 nasional.

Nidhor mengatakan, dia dan kedua rekannya memang senang mempelajari ilmu alam, apalagi kimia. Bahkan, nama dari ketiga pelajar tersebut sudah dianggap biasa menjuarai lomba-lomba sains tingkat nasional. Hal ini dibenarkan juga oleh Aylaa selaku rekan kelompoknya. “Bahkan, sebelum ada lomba kami sering penelitian ilmiah dulu,” imbuh Aylaa, santriwati asal Kalisat tersebut.

Sementara itu, Randi mengatakan, kekompakan dari masing-masing pribadi mereka yang bisa membuahkan prestasi hebat seperti sekarang. Dengan usaha dan kegigihan yang tinggi, juara bukanlah suatu hal yang sulit. “Kadang kalau ada lomba, uang registrasi kami bayar sendiri,” tambahnya.

Selanjutnya, mereka juga sedang menyiapkan konsep penelitian ilmiah untuk persiapan lomba sains tingkat nasional berikutnya. “Insyaallah di bulan ini ada lomba lagi,” kata Nidhor.

Prestasi ini tentu menegaskan bahwa pelajar yang menempuh pendidikan di pondok pesantren tidak hanya pandai ilmu agama. Dengan program dan sarana yang mendukung dari lembaga, tidak tertutup kemungkinan ilmuwan sains, sosial, politik, dan lainnya juga lahir dari pondok pesantren. Intinya, selama masih ada keinginan dan usaha yang gigih, semua pasti dapat diraih.

Berkaitan dengan itu, mereka juga berharap nanti bisa melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi tidak jauh dengan ilmu yang mereka geluti sekarang. “Setelah lulus, saya ingin jurusan teknik,” kata Aylaa dengan penuh semangat.

 

Jurnalis : mg4
Fotografer : Istimewa
Redaktur : Nur Hariri

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca