30.5 C
Jember
Friday, 9 June 2023

Cegah Stunting, Calon Pengantin hingga Pascapersalinan Perlu Pendampingan

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID– Bertempat di salah satu Hotel di Kabupaten Jember, Rabu (2/11), Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Timur melanjutkan Promosi KIE Program Bangga Kencana dan Percepatan Stunting Bersama Mitra Kerja Anggota Komisi IX DPR RI.

Kali ini mengupas tentang tema “Pentingnya KB Pasca Persalinan (KB PP) Dalam Rangka Mencegah Stunting”. Kegiatan ini dihadiri oleh Nur Yasin, anggota Komisi IX DPR RI, Penyuluh KB Ahli Utama BKKBN RI Dwi Wardhani, Perwakilan DP3AKB Jember Nanang, dan Koordinator Bidang ADPIN Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur Sofia Hanik.

BACA JUGA: Sosialisasi Program Bangga Kencana: 1.000 HPK Penting untuk Cegah Stunting

Mobile_AP_Rectangle 2

Dalam mempersiapkan generasi emas Indonesia 2045, keluarga memiliki peran sangat penting menyiapkan generasi berkualitas dan berkarakter sebagai sumber daya manusia menjadi aset pembangunan negara.

Menurut Nur Yasin, peran keluarga menjadi semakin penting, karena saat ini negara kita menghadapi permasalahan cukup serius dan harus segera diselesaikan. Stunting, kata dia, merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. “Stunting pada anak memengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya dari masa kanak-kanak hingga dewasa,” jelas Nur Yasin.

Dalam jangka pendek, stunting dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan otak, metabolisme tubuh, dan perkembangan fisik. Angka stunting di Indonesia juga bisa disebabkan oleh bayi yang terlahir normal, namun tumbuh dengan asupan gizi yang kurang memadai. Artinya, risiko stunting bisa muncul saat kehamilan, serta dari bayi lahir normal, namun mengalami kekurangan asupan nutrisi.

Di sisi lain, stunting juga bukan hanya persoalan kemiskinan. Tidak sedikit keluarga mampu yang anaknya stunting karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan tentang bahaya stunting. Untuk itu, BKKBN melihat pada faktor spesifik, yakni pendampingan mulai dari calon pengantin, sebelum hamil, selama hamil, dan pasca persalinan.

Dwi Wardhani memaparkan, salah satu upaya BKKBN untuk meminimalkan risiko stunting adalah mengatur jarak kehamilan melalui KB pascapersalinan. Berdasarkan hasil riset, salah satu faktor tingginya stunting di Indonesia disebabkan oleh jarak kehamilan terlalu dekat.

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID– Bertempat di salah satu Hotel di Kabupaten Jember, Rabu (2/11), Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Timur melanjutkan Promosi KIE Program Bangga Kencana dan Percepatan Stunting Bersama Mitra Kerja Anggota Komisi IX DPR RI.

Kali ini mengupas tentang tema “Pentingnya KB Pasca Persalinan (KB PP) Dalam Rangka Mencegah Stunting”. Kegiatan ini dihadiri oleh Nur Yasin, anggota Komisi IX DPR RI, Penyuluh KB Ahli Utama BKKBN RI Dwi Wardhani, Perwakilan DP3AKB Jember Nanang, dan Koordinator Bidang ADPIN Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur Sofia Hanik.

BACA JUGA: Sosialisasi Program Bangga Kencana: 1.000 HPK Penting untuk Cegah Stunting

Dalam mempersiapkan generasi emas Indonesia 2045, keluarga memiliki peran sangat penting menyiapkan generasi berkualitas dan berkarakter sebagai sumber daya manusia menjadi aset pembangunan negara.

Menurut Nur Yasin, peran keluarga menjadi semakin penting, karena saat ini negara kita menghadapi permasalahan cukup serius dan harus segera diselesaikan. Stunting, kata dia, merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. “Stunting pada anak memengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya dari masa kanak-kanak hingga dewasa,” jelas Nur Yasin.

Dalam jangka pendek, stunting dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan otak, metabolisme tubuh, dan perkembangan fisik. Angka stunting di Indonesia juga bisa disebabkan oleh bayi yang terlahir normal, namun tumbuh dengan asupan gizi yang kurang memadai. Artinya, risiko stunting bisa muncul saat kehamilan, serta dari bayi lahir normal, namun mengalami kekurangan asupan nutrisi.

Di sisi lain, stunting juga bukan hanya persoalan kemiskinan. Tidak sedikit keluarga mampu yang anaknya stunting karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan tentang bahaya stunting. Untuk itu, BKKBN melihat pada faktor spesifik, yakni pendampingan mulai dari calon pengantin, sebelum hamil, selama hamil, dan pasca persalinan.

Dwi Wardhani memaparkan, salah satu upaya BKKBN untuk meminimalkan risiko stunting adalah mengatur jarak kehamilan melalui KB pascapersalinan. Berdasarkan hasil riset, salah satu faktor tingginya stunting di Indonesia disebabkan oleh jarak kehamilan terlalu dekat.

JEMBER, RADARJEMBER.ID– Bertempat di salah satu Hotel di Kabupaten Jember, Rabu (2/11), Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Timur melanjutkan Promosi KIE Program Bangga Kencana dan Percepatan Stunting Bersama Mitra Kerja Anggota Komisi IX DPR RI.

Kali ini mengupas tentang tema “Pentingnya KB Pasca Persalinan (KB PP) Dalam Rangka Mencegah Stunting”. Kegiatan ini dihadiri oleh Nur Yasin, anggota Komisi IX DPR RI, Penyuluh KB Ahli Utama BKKBN RI Dwi Wardhani, Perwakilan DP3AKB Jember Nanang, dan Koordinator Bidang ADPIN Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur Sofia Hanik.

BACA JUGA: Sosialisasi Program Bangga Kencana: 1.000 HPK Penting untuk Cegah Stunting

Dalam mempersiapkan generasi emas Indonesia 2045, keluarga memiliki peran sangat penting menyiapkan generasi berkualitas dan berkarakter sebagai sumber daya manusia menjadi aset pembangunan negara.

Menurut Nur Yasin, peran keluarga menjadi semakin penting, karena saat ini negara kita menghadapi permasalahan cukup serius dan harus segera diselesaikan. Stunting, kata dia, merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. “Stunting pada anak memengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya dari masa kanak-kanak hingga dewasa,” jelas Nur Yasin.

Dalam jangka pendek, stunting dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan otak, metabolisme tubuh, dan perkembangan fisik. Angka stunting di Indonesia juga bisa disebabkan oleh bayi yang terlahir normal, namun tumbuh dengan asupan gizi yang kurang memadai. Artinya, risiko stunting bisa muncul saat kehamilan, serta dari bayi lahir normal, namun mengalami kekurangan asupan nutrisi.

Di sisi lain, stunting juga bukan hanya persoalan kemiskinan. Tidak sedikit keluarga mampu yang anaknya stunting karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan tentang bahaya stunting. Untuk itu, BKKBN melihat pada faktor spesifik, yakni pendampingan mulai dari calon pengantin, sebelum hamil, selama hamil, dan pasca persalinan.

Dwi Wardhani memaparkan, salah satu upaya BKKBN untuk meminimalkan risiko stunting adalah mengatur jarak kehamilan melalui KB pascapersalinan. Berdasarkan hasil riset, salah satu faktor tingginya stunting di Indonesia disebabkan oleh jarak kehamilan terlalu dekat.

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca