23.2 C
Jember
Tuesday, 28 March 2023

UIN KHAS Jember Evaluasi Penerapan Pembelajaran Tatap Muka

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Meski telah berjalan beberapa pekan, namun pembelajaran tatap muka (PTM) yang diterapkan oleh Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember, sampai saat ini masih terus dievaluasi.

Karena hingga saat ini, pemberlakuan PTM hanya bisa diikuti oleh mahasiswa semester satu dan semester tiga. Itupun tidak semuanya. Sebab, dalam pelaksanaan PTM, juga diperlukan persetujuan oleh pihak mahasiswa dan keluarganya.

Menurut Wakil Rektor I UIN KHAS Jember Prof Miftah Arifin, PTM memang hanya diberlakukan untuk mahasiswa semester satu dan tiga. Namun, tetap ada persyaratan khusus yang harus dipenuhi sebelum mengikutinya. Mahasiswa harus sudah divaksin minimal tahap satu, kemudian melakukan swab antigen, serta mendapatkan izin dari orang tua.

Mobile_AP_Rectangle 2

Jika memenuhi syarat tersebut, artinya mahasiswa bersedia mengikuti PTM. Hanya saja, sebagian mahasiswa ada yang tidak bersedia mengikuti PTM di kampus karena berbagai alasan.

“Rata-rata mereka yang memenuhi syarat ada sekitar 60 persen dari tujuh ribu mahasiswa semester satu dan tiga. Sisanya ada yang belum vaksin. Dari yang sudah vaksin, tidak semuanya bersedia luring, karena tidak ada izin orang tua dan domisilinya dari luar daerah,” paparnya.

Lebih jauh Miftah menjelaskan, yang dimaksud PTM terbatas di kampus hijau ini, yakni pembelajaran dilaksanakan secara hybrid. Di mana dosen tetap mengajar di kelas bersama 15 hingga 20 mahasiswa, kemudian sambil menggunakan zoom meetings untuk menyampaikan materi secara daring kepada mahasiswa yang belajar di luar kampus.

“Kelas tetap jadi satu. Secara umum rata-rata ada 15-20 mahasiswa per kelas. Kemudian, waktunya lebih pendek daripada pembelajaran di kelas saat kondisi normal,” ujarnya.

Berdasarkan pelaksanaan PTM yang telah berjalan, Miftah menyebut, pihaknya akan terus mengevaluasi setiap waktu. Bahkan, pihaknya juga akan melakukan survei kembali pada awal semester selanjutnya. Yakni dengan cara menyediakan pilihan kuliah daring atau luring dalam kartu rencana studi (KRS) masing-masing.

“Cuma habis ini kami akan survei lagi semua mahasiswa. Untuk mengetahui kesediaan mereka. Data itu kami buat jadi surat acuan untuk semester besok. Nanti di KRS bisa memilih kelas daring atau luring,” jelasnya. (*)

Reporter: Delfi Nihayah
Fotografer: Delfi Nihayah
Editor: Mahrus Sholih

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Meski telah berjalan beberapa pekan, namun pembelajaran tatap muka (PTM) yang diterapkan oleh Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember, sampai saat ini masih terus dievaluasi.

Karena hingga saat ini, pemberlakuan PTM hanya bisa diikuti oleh mahasiswa semester satu dan semester tiga. Itupun tidak semuanya. Sebab, dalam pelaksanaan PTM, juga diperlukan persetujuan oleh pihak mahasiswa dan keluarganya.

Menurut Wakil Rektor I UIN KHAS Jember Prof Miftah Arifin, PTM memang hanya diberlakukan untuk mahasiswa semester satu dan tiga. Namun, tetap ada persyaratan khusus yang harus dipenuhi sebelum mengikutinya. Mahasiswa harus sudah divaksin minimal tahap satu, kemudian melakukan swab antigen, serta mendapatkan izin dari orang tua.

Jika memenuhi syarat tersebut, artinya mahasiswa bersedia mengikuti PTM. Hanya saja, sebagian mahasiswa ada yang tidak bersedia mengikuti PTM di kampus karena berbagai alasan.

“Rata-rata mereka yang memenuhi syarat ada sekitar 60 persen dari tujuh ribu mahasiswa semester satu dan tiga. Sisanya ada yang belum vaksin. Dari yang sudah vaksin, tidak semuanya bersedia luring, karena tidak ada izin orang tua dan domisilinya dari luar daerah,” paparnya.

Lebih jauh Miftah menjelaskan, yang dimaksud PTM terbatas di kampus hijau ini, yakni pembelajaran dilaksanakan secara hybrid. Di mana dosen tetap mengajar di kelas bersama 15 hingga 20 mahasiswa, kemudian sambil menggunakan zoom meetings untuk menyampaikan materi secara daring kepada mahasiswa yang belajar di luar kampus.

“Kelas tetap jadi satu. Secara umum rata-rata ada 15-20 mahasiswa per kelas. Kemudian, waktunya lebih pendek daripada pembelajaran di kelas saat kondisi normal,” ujarnya.

Berdasarkan pelaksanaan PTM yang telah berjalan, Miftah menyebut, pihaknya akan terus mengevaluasi setiap waktu. Bahkan, pihaknya juga akan melakukan survei kembali pada awal semester selanjutnya. Yakni dengan cara menyediakan pilihan kuliah daring atau luring dalam kartu rencana studi (KRS) masing-masing.

“Cuma habis ini kami akan survei lagi semua mahasiswa. Untuk mengetahui kesediaan mereka. Data itu kami buat jadi surat acuan untuk semester besok. Nanti di KRS bisa memilih kelas daring atau luring,” jelasnya. (*)

Reporter: Delfi Nihayah
Fotografer: Delfi Nihayah
Editor: Mahrus Sholih

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Meski telah berjalan beberapa pekan, namun pembelajaran tatap muka (PTM) yang diterapkan oleh Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember, sampai saat ini masih terus dievaluasi.

Karena hingga saat ini, pemberlakuan PTM hanya bisa diikuti oleh mahasiswa semester satu dan semester tiga. Itupun tidak semuanya. Sebab, dalam pelaksanaan PTM, juga diperlukan persetujuan oleh pihak mahasiswa dan keluarganya.

Menurut Wakil Rektor I UIN KHAS Jember Prof Miftah Arifin, PTM memang hanya diberlakukan untuk mahasiswa semester satu dan tiga. Namun, tetap ada persyaratan khusus yang harus dipenuhi sebelum mengikutinya. Mahasiswa harus sudah divaksin minimal tahap satu, kemudian melakukan swab antigen, serta mendapatkan izin dari orang tua.

Jika memenuhi syarat tersebut, artinya mahasiswa bersedia mengikuti PTM. Hanya saja, sebagian mahasiswa ada yang tidak bersedia mengikuti PTM di kampus karena berbagai alasan.

“Rata-rata mereka yang memenuhi syarat ada sekitar 60 persen dari tujuh ribu mahasiswa semester satu dan tiga. Sisanya ada yang belum vaksin. Dari yang sudah vaksin, tidak semuanya bersedia luring, karena tidak ada izin orang tua dan domisilinya dari luar daerah,” paparnya.

Lebih jauh Miftah menjelaskan, yang dimaksud PTM terbatas di kampus hijau ini, yakni pembelajaran dilaksanakan secara hybrid. Di mana dosen tetap mengajar di kelas bersama 15 hingga 20 mahasiswa, kemudian sambil menggunakan zoom meetings untuk menyampaikan materi secara daring kepada mahasiswa yang belajar di luar kampus.

“Kelas tetap jadi satu. Secara umum rata-rata ada 15-20 mahasiswa per kelas. Kemudian, waktunya lebih pendek daripada pembelajaran di kelas saat kondisi normal,” ujarnya.

Berdasarkan pelaksanaan PTM yang telah berjalan, Miftah menyebut, pihaknya akan terus mengevaluasi setiap waktu. Bahkan, pihaknya juga akan melakukan survei kembali pada awal semester selanjutnya. Yakni dengan cara menyediakan pilihan kuliah daring atau luring dalam kartu rencana studi (KRS) masing-masing.

“Cuma habis ini kami akan survei lagi semua mahasiswa. Untuk mengetahui kesediaan mereka. Data itu kami buat jadi surat acuan untuk semester besok. Nanti di KRS bisa memilih kelas daring atau luring,” jelasnya. (*)

Reporter: Delfi Nihayah
Fotografer: Delfi Nihayah
Editor: Mahrus Sholih

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca