23.7 C
Jember
Sunday, 26 March 2023

Dipimpin Kader Militan

Ayub Masuk PKB sejak KKN Mahasiswa

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Istilah kutu loncat dalam dunia politik masih terjadi sampai sekarang. Istilah ini jauh dari kepribadian M Ayub Junaidi, politisi yang baru terpilih menjadi Ketua Dewan Pengurus Cabang (DPC) PKB Jember. Konsistensinya berada di PKB sangat pantas dengan jabatan yang sekarang. Cak Ayub terpilih bersama M Itqon Syauqi, Sekretaris PKB, yang juga Ketua DPRD Jember.

Pencapaian Cak Ayub di usia 44 tahun ini bukan perjalanan yang instan. Setidaknya, ada pengabdian panjang yang telah dia tempuh. Separuh hidupnya berjuang bersama PKB. Yaitu 22 tahun berada di PKB sejak berdirinya tahun 1998 silam. Manis, asin, pahit, dan pedasnya berada di PKB Jember tentu sudah dilalui Cak Ayub.

“Saya masuk PKB sejak PKB berdiri tahun 98. Pada saat itu, saya masih KKN. Tidak langsung dapat posisi,” kata Ayub, mengingat masa mudanya yang waktu itu Ketua PKB Jember adalah almarhum orang tuanya sendiri, H Muchshon Sujono.

Mobile_AP_Rectangle 2

Sejak itulah, Ayub mulai belajar serius tentang dunia politik. Apalagi, sebelum berpartai, Ayub juga telah masuk menjadi anggota Ansor. Barulah pada musyawarah cabang (muscab) pertama, nama Ayub masuk kepengurusan menjadi wakil bendahara di PKB Jember.

Pria empat anak ini juga mengetahui betul jaya-jayanya PKB pada tahun 2004. Dia juga menjadi saksi jatuhnya pencapaian PKB yang pernah gemilang dan munculnya partai pecahan PKB. Ayub tak bergeming meski partainya sempat dihantam prahara hebat. Dia belajar dari keteguhan orang tuanya dan tetap bertahan di PKB.

Militansi suami Arini Addina Yasmin itu pun sudah tak perlu diragukan. Baik di partai maupun di organisasi kemasyarakatan. Karir di PKB, dua kali menjabat sekretaris, sekali menjabat wakil ketua. Sementara di DPRD, juga menjabat dua kali. Pertama sebagai ketua komisi plus ketua fraksi, kemudian jabatan keduanya sebagai Wakil Ketua DPRD Jember.

Tahun 2019, Cak Ayub memutuskan tidak maju karena berbagai pertimbangan. Pertama, karena sang ibu tidak mengizinkan, kedua saat itu dirinya menjadi sekretaris dan bertugas hampir seperti ketua. Itu karena ketua PKB saat itu, mendiang Miftahul Ulum alias Cak Ulum, sakit lama sebelum meninggal. Kemudian, sempat digantikan Bupati Lumajang Thoriqul Haq, dan kemudian Syaiful Bahri Anshori. “Jadi, di Jember, saya harus konsentrasi mengurus konsolidasi karena ketua tidak di Jember,” papar pria yang dua kali menjabat sebagai Ketua Ansor Jember ini.

Cak Ayub menyebut, apabila pada April 2019 lalu dirinya ikut maju dalam pemilihan legislatif, maka konsolidasi partai bisa lemah. Untuk itu, tekadnya memenangkan Pemilu Legislatif 2019 menjadi bulat. “Kalau saya ikut nyalon pileg, saya akan mikir pemenangan saya. Buktinya, PKB menang, ini mengulangi tahun 2004 dan 2009 saat jaya-jayanya,” bebernya, yang juga menyebut PKB ke depan harus lebih meningkat lagi demi pengabdian kepada masyarakat Jember.

Duet Cak Ayub dengan M Itqon Syauqi, menurutnya, memberi nilai plus untuk PKB Jember ke depan. Apalagi, Bendahara PKB juga dijabat Ahmad Syaihu yang merepresentasikan nahdliyin di Jember selatan. “Komposisi kepengurusan kami nanti akan sangat lengkap. Bukan hanya representatif wilayah, tetapi juga para tokoh. Tokoh yang dulu di PKB, tokoh yang dulu di luar PKB, dan pondok-pondok pesantren besar juga bergabung. Komposisi anak-anak muda juga banyak kami libatkan,” paparnya kepada Jawa Pos Radar Jember, kemarin (8/3).

Kekuatan PKB ini diyakini akan maksimal, mengingat Ketua Dewan Syuro dipegang KH Badrus Shodik dan sekretarisnya KH Sholeh Ahmad. Kekuatan barisan nahdliyin, baik NU Jember maupun NU Kencong, akan dirangkul demi PKB Jember yang lebih hebat. “Pada pileg tahun 2024 mendatang, kami targetkan memperoleh 12 kursi di DPRD Jember. Ini target yang sangat logis dengan asumsi satu dapil dua kursi. Karena saat ini, satu dapil sudah ada yang dua kursi,” pungkas Ayub.

 

 

 

Jurnalis : Nur Hariri, Dwi Siswanto
Fotografer : Dwi Siswanto
Redaktur : Mahrus Sholih

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Istilah kutu loncat dalam dunia politik masih terjadi sampai sekarang. Istilah ini jauh dari kepribadian M Ayub Junaidi, politisi yang baru terpilih menjadi Ketua Dewan Pengurus Cabang (DPC) PKB Jember. Konsistensinya berada di PKB sangat pantas dengan jabatan yang sekarang. Cak Ayub terpilih bersama M Itqon Syauqi, Sekretaris PKB, yang juga Ketua DPRD Jember.

Pencapaian Cak Ayub di usia 44 tahun ini bukan perjalanan yang instan. Setidaknya, ada pengabdian panjang yang telah dia tempuh. Separuh hidupnya berjuang bersama PKB. Yaitu 22 tahun berada di PKB sejak berdirinya tahun 1998 silam. Manis, asin, pahit, dan pedasnya berada di PKB Jember tentu sudah dilalui Cak Ayub.

“Saya masuk PKB sejak PKB berdiri tahun 98. Pada saat itu, saya masih KKN. Tidak langsung dapat posisi,” kata Ayub, mengingat masa mudanya yang waktu itu Ketua PKB Jember adalah almarhum orang tuanya sendiri, H Muchshon Sujono.

Sejak itulah, Ayub mulai belajar serius tentang dunia politik. Apalagi, sebelum berpartai, Ayub juga telah masuk menjadi anggota Ansor. Barulah pada musyawarah cabang (muscab) pertama, nama Ayub masuk kepengurusan menjadi wakil bendahara di PKB Jember.

Pria empat anak ini juga mengetahui betul jaya-jayanya PKB pada tahun 2004. Dia juga menjadi saksi jatuhnya pencapaian PKB yang pernah gemilang dan munculnya partai pecahan PKB. Ayub tak bergeming meski partainya sempat dihantam prahara hebat. Dia belajar dari keteguhan orang tuanya dan tetap bertahan di PKB.

Militansi suami Arini Addina Yasmin itu pun sudah tak perlu diragukan. Baik di partai maupun di organisasi kemasyarakatan. Karir di PKB, dua kali menjabat sekretaris, sekali menjabat wakil ketua. Sementara di DPRD, juga menjabat dua kali. Pertama sebagai ketua komisi plus ketua fraksi, kemudian jabatan keduanya sebagai Wakil Ketua DPRD Jember.

Tahun 2019, Cak Ayub memutuskan tidak maju karena berbagai pertimbangan. Pertama, karena sang ibu tidak mengizinkan, kedua saat itu dirinya menjadi sekretaris dan bertugas hampir seperti ketua. Itu karena ketua PKB saat itu, mendiang Miftahul Ulum alias Cak Ulum, sakit lama sebelum meninggal. Kemudian, sempat digantikan Bupati Lumajang Thoriqul Haq, dan kemudian Syaiful Bahri Anshori. “Jadi, di Jember, saya harus konsentrasi mengurus konsolidasi karena ketua tidak di Jember,” papar pria yang dua kali menjabat sebagai Ketua Ansor Jember ini.

Cak Ayub menyebut, apabila pada April 2019 lalu dirinya ikut maju dalam pemilihan legislatif, maka konsolidasi partai bisa lemah. Untuk itu, tekadnya memenangkan Pemilu Legislatif 2019 menjadi bulat. “Kalau saya ikut nyalon pileg, saya akan mikir pemenangan saya. Buktinya, PKB menang, ini mengulangi tahun 2004 dan 2009 saat jaya-jayanya,” bebernya, yang juga menyebut PKB ke depan harus lebih meningkat lagi demi pengabdian kepada masyarakat Jember.

Duet Cak Ayub dengan M Itqon Syauqi, menurutnya, memberi nilai plus untuk PKB Jember ke depan. Apalagi, Bendahara PKB juga dijabat Ahmad Syaihu yang merepresentasikan nahdliyin di Jember selatan. “Komposisi kepengurusan kami nanti akan sangat lengkap. Bukan hanya representatif wilayah, tetapi juga para tokoh. Tokoh yang dulu di PKB, tokoh yang dulu di luar PKB, dan pondok-pondok pesantren besar juga bergabung. Komposisi anak-anak muda juga banyak kami libatkan,” paparnya kepada Jawa Pos Radar Jember, kemarin (8/3).

Kekuatan PKB ini diyakini akan maksimal, mengingat Ketua Dewan Syuro dipegang KH Badrus Shodik dan sekretarisnya KH Sholeh Ahmad. Kekuatan barisan nahdliyin, baik NU Jember maupun NU Kencong, akan dirangkul demi PKB Jember yang lebih hebat. “Pada pileg tahun 2024 mendatang, kami targetkan memperoleh 12 kursi di DPRD Jember. Ini target yang sangat logis dengan asumsi satu dapil dua kursi. Karena saat ini, satu dapil sudah ada yang dua kursi,” pungkas Ayub.

 

 

 

Jurnalis : Nur Hariri, Dwi Siswanto
Fotografer : Dwi Siswanto
Redaktur : Mahrus Sholih

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Istilah kutu loncat dalam dunia politik masih terjadi sampai sekarang. Istilah ini jauh dari kepribadian M Ayub Junaidi, politisi yang baru terpilih menjadi Ketua Dewan Pengurus Cabang (DPC) PKB Jember. Konsistensinya berada di PKB sangat pantas dengan jabatan yang sekarang. Cak Ayub terpilih bersama M Itqon Syauqi, Sekretaris PKB, yang juga Ketua DPRD Jember.

Pencapaian Cak Ayub di usia 44 tahun ini bukan perjalanan yang instan. Setidaknya, ada pengabdian panjang yang telah dia tempuh. Separuh hidupnya berjuang bersama PKB. Yaitu 22 tahun berada di PKB sejak berdirinya tahun 1998 silam. Manis, asin, pahit, dan pedasnya berada di PKB Jember tentu sudah dilalui Cak Ayub.

“Saya masuk PKB sejak PKB berdiri tahun 98. Pada saat itu, saya masih KKN. Tidak langsung dapat posisi,” kata Ayub, mengingat masa mudanya yang waktu itu Ketua PKB Jember adalah almarhum orang tuanya sendiri, H Muchshon Sujono.

Sejak itulah, Ayub mulai belajar serius tentang dunia politik. Apalagi, sebelum berpartai, Ayub juga telah masuk menjadi anggota Ansor. Barulah pada musyawarah cabang (muscab) pertama, nama Ayub masuk kepengurusan menjadi wakil bendahara di PKB Jember.

Pria empat anak ini juga mengetahui betul jaya-jayanya PKB pada tahun 2004. Dia juga menjadi saksi jatuhnya pencapaian PKB yang pernah gemilang dan munculnya partai pecahan PKB. Ayub tak bergeming meski partainya sempat dihantam prahara hebat. Dia belajar dari keteguhan orang tuanya dan tetap bertahan di PKB.

Militansi suami Arini Addina Yasmin itu pun sudah tak perlu diragukan. Baik di partai maupun di organisasi kemasyarakatan. Karir di PKB, dua kali menjabat sekretaris, sekali menjabat wakil ketua. Sementara di DPRD, juga menjabat dua kali. Pertama sebagai ketua komisi plus ketua fraksi, kemudian jabatan keduanya sebagai Wakil Ketua DPRD Jember.

Tahun 2019, Cak Ayub memutuskan tidak maju karena berbagai pertimbangan. Pertama, karena sang ibu tidak mengizinkan, kedua saat itu dirinya menjadi sekretaris dan bertugas hampir seperti ketua. Itu karena ketua PKB saat itu, mendiang Miftahul Ulum alias Cak Ulum, sakit lama sebelum meninggal. Kemudian, sempat digantikan Bupati Lumajang Thoriqul Haq, dan kemudian Syaiful Bahri Anshori. “Jadi, di Jember, saya harus konsentrasi mengurus konsolidasi karena ketua tidak di Jember,” papar pria yang dua kali menjabat sebagai Ketua Ansor Jember ini.

Cak Ayub menyebut, apabila pada April 2019 lalu dirinya ikut maju dalam pemilihan legislatif, maka konsolidasi partai bisa lemah. Untuk itu, tekadnya memenangkan Pemilu Legislatif 2019 menjadi bulat. “Kalau saya ikut nyalon pileg, saya akan mikir pemenangan saya. Buktinya, PKB menang, ini mengulangi tahun 2004 dan 2009 saat jaya-jayanya,” bebernya, yang juga menyebut PKB ke depan harus lebih meningkat lagi demi pengabdian kepada masyarakat Jember.

Duet Cak Ayub dengan M Itqon Syauqi, menurutnya, memberi nilai plus untuk PKB Jember ke depan. Apalagi, Bendahara PKB juga dijabat Ahmad Syaihu yang merepresentasikan nahdliyin di Jember selatan. “Komposisi kepengurusan kami nanti akan sangat lengkap. Bukan hanya representatif wilayah, tetapi juga para tokoh. Tokoh yang dulu di PKB, tokoh yang dulu di luar PKB, dan pondok-pondok pesantren besar juga bergabung. Komposisi anak-anak muda juga banyak kami libatkan,” paparnya kepada Jawa Pos Radar Jember, kemarin (8/3).

Kekuatan PKB ini diyakini akan maksimal, mengingat Ketua Dewan Syuro dipegang KH Badrus Shodik dan sekretarisnya KH Sholeh Ahmad. Kekuatan barisan nahdliyin, baik NU Jember maupun NU Kencong, akan dirangkul demi PKB Jember yang lebih hebat. “Pada pileg tahun 2024 mendatang, kami targetkan memperoleh 12 kursi di DPRD Jember. Ini target yang sangat logis dengan asumsi satu dapil dua kursi. Karena saat ini, satu dapil sudah ada yang dua kursi,” pungkas Ayub.

 

 

 

Jurnalis : Nur Hariri, Dwi Siswanto
Fotografer : Dwi Siswanto
Redaktur : Mahrus Sholih

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca