JEMBER, RADARJEMBER.ID – Jeruk menjadi salah satu buah yang banyak ditanam oleh petani Jember. Sayang, ada hal yang kerap diabaikan dalam perawatan pohon jeruk tersebut. Salah satunya adalah enggan untuk melakukan pemangkasan, padahal cara tersebut menjadi penting untuk menghindari munculnya hama penyakit.
Karena itu, sejumlah mahasiswa Produksi Pertanian (PP) Politeknik Negeri Jember (Polije) melakukan pemotongan ranting, kemarin (27/6). Tidak hanya bagian atas, tapi juga bawah. Praktek pemangkasan tersebut menjadi salah satu penilaian ujian kompetensi mahasiswa.
Kepala Program Studi Produksi Tanaman Hortikultura Refa Firgiyanto mengatakan, faktor yang mendukung tanaman jeruk dari segi budi daya yang paling utama adalah bibit dan pembibitan. “Banyak sekali masyarakat tidak memakai benih bersertifikat,” ucapnya.
Selain bibit yang bisa mempengaruhi produktivitas dan kualitas, yang kerap dilupakan petani jeruk adalah pemeliharaan. “Pemeliharaan itu juga pemupukan dan pemangkasan. Untuk petani di Jember dan sekitarnya, cenderung tidak melakukan pemangkasan,” ucapnya.
Padahal, lanjut dia, karena jeruk keluar atau berbuah dari cabang, petani tidak memangkas karena beranggapan akan mempengaruhi produksi. Bila tidak dipangkas justru memicu serangan hama penyakit sehingga menyebabkan gagal panen.
Pemangkasan dilakukan agar cahaya matahari bisa masuk ke semua sela tanaman jeruk. Dengan demikian, kelembapan bisa terjaga. “Bila tidak dipangkas, kelembapan bisa tinggi. Itu bisa berdampak pada munculnya hama penyakit,” tuturnya.
Adanya pemangkasan tersebut juga membuat proses fotosintesis berjalan dengan lebih baik. Selain itu, pemangkasan tersebut juga berfungsi untuk arsitektur yang tujuan akhirnya untuk mempermudah proses panen.
Tanaman jeruk yang baik, dalam satu hektar bisa menghasilkan 20 ton. “Per hektar itu bisa mencapai 20 ton untuk tanaman jeruk yang telah produktif, sedangkan tanaman jeruk yang baru berbuah mencapai satu sampai dua ton per panen,” imbuhnya.
Dalam uji kompetensi mahasiswa Prodi Produksi Tanaman Hortikultura Polije tersebut, tambah Refa, ada tiga materi yang diujikan. Yakni, terkait dengan identifikasi alat dan bahan seperti pestisida dan pupuk, pemeliharaan salah satunya melalui pemangkasan, serta penanganan panen dan pascapanen. Hal itu dilakukan berikatan dengan sortasi dan grading. Dengan begitu, bisa menentukan kualitas jeruk yang siap didistribusikan ke konsumen.
Manajer Sertifikasi LSP-P1 Polije Denny Wijanarko menyatakan, sertifikasi ujian tersebut akan termasuk dalam Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI) terhadap alumni Polije nantinya. Setelah lulus, mereka bisa memiliki kompetensi di bidangnya masing-masing. “Ini wajib dilakukan sebagai salah satu syarat untuk wisuda di Polije,” pungkasnya.
Jurnalis : Dwi Siswanto
Fotografer : Dwi Siswanto
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti