JEMBER, RADARJEMBER.ID – Meski masa panen raya padi masih sekitar sebulan lagi, beberapa petani di Jember sudah mulai panen. Namun, harga jual gabah jauh dari kata layak. Jika mengacu pada harga pokok penjualan (HPP), seharusnya gabah petani dihargai Rp 4.200. Sayang, saat ini hanya mencapai Rp 3.700 per kilogram.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jember Jumantoro menilai, anjloknya harga jual gabah petani disebabkan adanya permainan pasar. Sebab, di lapangan, dia melihat kualitas padi dalam kondisi bagus. Sebab, tidak sampai terdampak cuaca buruk. “Kalau cuaca buruk, tidak setiap hari. Hujan juga tidak setiap hari. Makanya, saya lihat gabah masih bagus,” katanya.
Seharusnya, lanjutnya, harga gabah petani mencapai Rp 4.500 per kilogram. Itu adalah standar harga minimal. Nilai itu dianggapnya sepadan jika dibandingkan dengan harga beras yang kini mencapai dua kali lipat daripada harga gabah. “Jadi, saat cuaca ekstrem seperti ini, petani berharap harga padi lebih menguntungkan,” ungkapnya.
BACA JUGA : Waspada Cuaca Ekstrem, Terutama di Kawasan Perbukitan
Jumantoro mendesak agar pemerintah turun tangan mengatasi persoalan anjloknya harga gabah tersebut. Sebab, kata dia, jika harga padi turun, di tingkat petani harga tebasan juga turun. “Padahal, biaya produksi justru naik. Sebab, petani harus menambahi pupuk anorganik. Jadi seharusnya, harga gabah di tahun 2021 ini lebih mahal,” katanya.
Untuk mengantisipasi harga yang tidak berpihak kepada petani, Jumantoro menuturkan, Bulog harus turun ke lapangan. Selain menelusuri kenapa harga gabah turun, juga memberi edukasi kepada petani agar dapat menghasilkan padi yang berkualitas. “Jalan satu-satunya adalah mengedukasi petani dan penggilingan yang bermitra dengan Bulog. Harapannya, memiliki gabah dengan harga jual yang menguntungkan,” ucapnya.
Terpisah, Pardi, salah seorang pengepul padi mengaku, sampai saat ini dirinya membeli gabah petani dengan harga maksimal Rp 4.000 per kilogram. Sebab, ada penurunan produktivitas akibat cuaca ekstrem. Kata dia, beberapa sawah banyak yang padinya roboh lantaran terkena terjangan angin kencang.
Pardi mengungkapkan, perubahan harga gabah tidak hanya diukur dari hasil produksi saja. Namun, juga stok di perusahaan penggilingan. Jika gabah super cukup sedikit yang masuk ke penggilingan, harga gabah pun cenderung naik. “Sebab, para pemilik selep lebih mencari gabah dengan kualitas super,” tandasnya.
Jurnalis : Dian Cahyani
Fotografer : Dwi Siswanto
Redaktur : Mahrus Sholih