MULAI JARANG DITEMUI: Salah satu hamparan tanaman bakau yang masih tumbuh di sekitar teluk kecil kawasan Desa Mojomulyo, Kecamatan Puger.

MOJOMULYO, RADARJEMBER.ID – Selain berfungsi sebagai tameng alami dari gempuran ombak besar dan tsunami, hutan bakau juga memiliki fungsi lain sebagai habitat alami satwa liar. Namun, pada sejumlah titik di wilayah pantai selatan Jember hanya beberapa kawasan pesisir yang masih terdapat tanaman mangrove itu.

Pantauan Jawa Pos Radar Jember di lokasi, kawasan hutan bakau yang masih ada hanya di Dusun Kalimalang, Desa Mojomulyo, Kecamatan Puger. Sementara pesisir lainnya, hanya beberapa yang ada mangrove. Baik jenis cemara maupun pandan. Sebagian besar gundul. Tak ada tanaman sama sekali. Malah yang banyak aktivitas tambak modern. Dari pesisir pantai Desa Puger Kulon hingga ke barat pesisir Pantai Paseban di Kecamatan Kencong.

Sebenarnya, wisata hutan bakau sempat digalang pada medio 2015 dan 2016 lalu oleh warga setempat. Saat itu, ada sekitar belasan ribu bibit bakau yang ditanam. “Jika melihat Perda RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah, Red) Jember, kawasan pesisir ini seharusnya menjadi perlindungan,” beber Muhammad Nur Wahid, Ketua Dewan Eksekutif Lembaga Pendidikan Rakyat untuk Kedaulatan Sumber-Sumber Agraria (LPR KuaSA), salah satu lembaga yang fokus terhadap kelestarian lingkungan.

Menurutnya, perhatian terhadap kawasan dan ekosistem pesisir selama ini dinilainya sangat lemah. Bahkan terkesan tumpang tindih. “Hal itu dibuktikan dengan maraknya aktivitas tambak di sekitar pesisir. Bahkan wisata pelepasan tukik yang sebelumnya rutin tiap tahun, sekarang juga sudah tidak ada,” sambungnya.

Kawasan pesisir itu juga mendapat perhatian dari warga setempat. Mereka sebenarnya juga menyayangkan banyaknya aktivitas tambak yang dinilai merusak sempadan. Termasuk lenyapnya spesies langka seperti tukik dan penyu, serta tumbuhan di pesisir. “Nelayan setempat berusaha menjaga pesisir dengan mereka mulai menanam mangrove. Tapi, justru banyak gundukan pasir yang ditambang, dan limbah-limbah tambak yang dibuang ke pantai,” tambah Yadi, nelayan setempat.

Jika menilik sejarah, pesisir selatan Jember pernah dilanda ombak besar dan tsunami pada sekitar 1921 silam. Peristiwa itu sekaligus membuat kawasan itu menjadi kawasan rawan bencana tsunami. Namun, sepertinya upaya mitigasi semacam reboisasi sejauh ini belum terwacanakan. Justru yang banyak adalah alih konsesi lahan pesisir. Baik untuk tambak maupun tambang. (mau/c2/rus)

Reporter : Maulana

Fotografer : Maulana

Editor : Mahrus Sholih