27.2 C
Jember
Saturday, 1 April 2023

Tampil Cantik Meski Jadi Petani

Mobile_AP_Rectangle 1

SUKOHARJO, RADARJEMBER.ID – Sektor pertanian dulu sama sekali tidak diminati oleh generasi milenial, salah satu keengganan tersebut karena setiap hari harus turun ke swah. Tidak heran bila tubuh petani dipenuhi lumpur, terlihat kotor. Selain itu kemiskinan melekat erat kepada diri petani, hal tersebut menjadi alasan pula generasi muda tidak tertarik turun ke sawah.

BACA JUGA : HUT Ke-40, ACC Tanam Mangrove di Ekowisata Telok Berdiri Kalbar

Adalah Anita Safitri, 26, seorang petani milenial di Kadilangu, Baki, Kabupaten Sukoharjo.Perempuan cantik tersebut mengakui, tidak sedikit anak muda memiliki stigma kurang baik terhadap petani.Padahal menurut Anita, petani itu memiliki masa depan jika digeluti serius penuh kesungguhan.

Mobile_AP_Rectangle 2

“Petani milenial kini tidak harus terjun langsung ke sawah, berbagai kegiatan bisa dilakukan untuk mengoptimalkan usaha pertanian, seperti bidang pemasaran produk pertanian dan kesempatan tersebut masih terbuka luas.Mindset anak muda itu kalau bertani harus turun ke sawah, itu salah karena pandangan seperti harus dibuang jauh,”kata Anita.

Anita mengatakan tergerak menjadi petani milenial karena dorongan dari diri sendiri, bahkan edua orang tua dia bukanlah petani. Saat ini Anita mempekerjakan empat orang untuk menggarap sawah, ia jarang sendiri sekali ikut terjun menanam, bahkan ia kini sebagai manajer dan itu dirasa bukan hal ringan.

“Pesan untuk anak sekarang ini tidak usah mereka malu menjadi petani, kalau kita sebagai petani milenial hasil panenan juga bisa untuk healing kalau kata anak muda sekarang. Lagian kalau takut hitam dan takut kotor kan hasil dari panenan bisa buat mempercantik diri seperti aku ini.”imbuh Anita.(*)

Editor:Winardyasto
Foto:Dukumen Anita Safitri
Sumber Berita:Solo Pos

- Advertisement -

SUKOHARJO, RADARJEMBER.ID – Sektor pertanian dulu sama sekali tidak diminati oleh generasi milenial, salah satu keengganan tersebut karena setiap hari harus turun ke swah. Tidak heran bila tubuh petani dipenuhi lumpur, terlihat kotor. Selain itu kemiskinan melekat erat kepada diri petani, hal tersebut menjadi alasan pula generasi muda tidak tertarik turun ke sawah.

BACA JUGA : HUT Ke-40, ACC Tanam Mangrove di Ekowisata Telok Berdiri Kalbar

Adalah Anita Safitri, 26, seorang petani milenial di Kadilangu, Baki, Kabupaten Sukoharjo.Perempuan cantik tersebut mengakui, tidak sedikit anak muda memiliki stigma kurang baik terhadap petani.Padahal menurut Anita, petani itu memiliki masa depan jika digeluti serius penuh kesungguhan.

“Petani milenial kini tidak harus terjun langsung ke sawah, berbagai kegiatan bisa dilakukan untuk mengoptimalkan usaha pertanian, seperti bidang pemasaran produk pertanian dan kesempatan tersebut masih terbuka luas.Mindset anak muda itu kalau bertani harus turun ke sawah, itu salah karena pandangan seperti harus dibuang jauh,”kata Anita.

Anita mengatakan tergerak menjadi petani milenial karena dorongan dari diri sendiri, bahkan edua orang tua dia bukanlah petani. Saat ini Anita mempekerjakan empat orang untuk menggarap sawah, ia jarang sendiri sekali ikut terjun menanam, bahkan ia kini sebagai manajer dan itu dirasa bukan hal ringan.

“Pesan untuk anak sekarang ini tidak usah mereka malu menjadi petani, kalau kita sebagai petani milenial hasil panenan juga bisa untuk healing kalau kata anak muda sekarang. Lagian kalau takut hitam dan takut kotor kan hasil dari panenan bisa buat mempercantik diri seperti aku ini.”imbuh Anita.(*)

Editor:Winardyasto
Foto:Dukumen Anita Safitri
Sumber Berita:Solo Pos

SUKOHARJO, RADARJEMBER.ID – Sektor pertanian dulu sama sekali tidak diminati oleh generasi milenial, salah satu keengganan tersebut karena setiap hari harus turun ke swah. Tidak heran bila tubuh petani dipenuhi lumpur, terlihat kotor. Selain itu kemiskinan melekat erat kepada diri petani, hal tersebut menjadi alasan pula generasi muda tidak tertarik turun ke sawah.

BACA JUGA : HUT Ke-40, ACC Tanam Mangrove di Ekowisata Telok Berdiri Kalbar

Adalah Anita Safitri, 26, seorang petani milenial di Kadilangu, Baki, Kabupaten Sukoharjo.Perempuan cantik tersebut mengakui, tidak sedikit anak muda memiliki stigma kurang baik terhadap petani.Padahal menurut Anita, petani itu memiliki masa depan jika digeluti serius penuh kesungguhan.

“Petani milenial kini tidak harus terjun langsung ke sawah, berbagai kegiatan bisa dilakukan untuk mengoptimalkan usaha pertanian, seperti bidang pemasaran produk pertanian dan kesempatan tersebut masih terbuka luas.Mindset anak muda itu kalau bertani harus turun ke sawah, itu salah karena pandangan seperti harus dibuang jauh,”kata Anita.

Anita mengatakan tergerak menjadi petani milenial karena dorongan dari diri sendiri, bahkan edua orang tua dia bukanlah petani. Saat ini Anita mempekerjakan empat orang untuk menggarap sawah, ia jarang sendiri sekali ikut terjun menanam, bahkan ia kini sebagai manajer dan itu dirasa bukan hal ringan.

“Pesan untuk anak sekarang ini tidak usah mereka malu menjadi petani, kalau kita sebagai petani milenial hasil panenan juga bisa untuk healing kalau kata anak muda sekarang. Lagian kalau takut hitam dan takut kotor kan hasil dari panenan bisa buat mempercantik diri seperti aku ini.”imbuh Anita.(*)

Editor:Winardyasto
Foto:Dukumen Anita Safitri
Sumber Berita:Solo Pos

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca