Mobile_AP_Rectangle 1
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Hujan masih kerap terjadi di Kabupaten Jember. Hal itu membuat tanaman padi petani tidak tumbuh normal. Padi menjadi gabuk atau kempis tak berisi sewaktu dipanen. Sebagian petani pun merugi.
Baca Juga :Â Dugaan Korupsi Dana Covid-19 Rp 107 M, Polisi Periksa Sejumlah Pejabat
Sukhara, salah satu petani di Antirogo, menjadi salah satu petani yang panen padinya tidak maksimal. Salah satu penyebabnya hujan yang masih sering turun di masa panen. Membuat sebagian tanaman padi rusak.
Mobile_AP_Rectangle 2
Dikatakan, tanaman padi miliknya banyak yang roboh karena sering dihantam hujan serta angin kencang. Tak hanya itu, air hujan juga kerap menggenangi sawah. “Buahnya sudah kempes dan tidak bisa dipanen,” tambahnya. Kondisi seperti ini diakui sangat merugikan dan modal tidak kembali.
Padi yang terpaksa dipanen itu pun tetap mengundang perhatian buruh tani untuk mengais sisa-sisa padi. Hal ini dilakukan agar tetap ada padi yang diambil meski banyak yang tidak berisi.
Sementara itu, Sukhara mengaku, lahan yang digarapnya tersebut lahan sewaan. Selain biaya sewa, tentu biaya tenam juga harus dikeluarkan. Dia pun berharap modal bisa kembali. “Kalau ada petani lain panen, saya juga menjadi buruh,” jelasnya.
Jurnalis : mg4
Fotografer : mg4
Redaktur : Nur Hariri
- Advertisement -
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Hujan masih kerap terjadi di Kabupaten Jember. Hal itu membuat tanaman padi petani tidak tumbuh normal. Padi menjadi gabuk atau kempis tak berisi sewaktu dipanen. Sebagian petani pun merugi.
Baca Juga :Â Dugaan Korupsi Dana Covid-19 Rp 107 M, Polisi Periksa Sejumlah Pejabat
Sukhara, salah satu petani di Antirogo, menjadi salah satu petani yang panen padinya tidak maksimal. Salah satu penyebabnya hujan yang masih sering turun di masa panen. Membuat sebagian tanaman padi rusak.
Dikatakan, tanaman padi miliknya banyak yang roboh karena sering dihantam hujan serta angin kencang. Tak hanya itu, air hujan juga kerap menggenangi sawah. “Buahnya sudah kempes dan tidak bisa dipanen,” tambahnya. Kondisi seperti ini diakui sangat merugikan dan modal tidak kembali.
Padi yang terpaksa dipanen itu pun tetap mengundang perhatian buruh tani untuk mengais sisa-sisa padi. Hal ini dilakukan agar tetap ada padi yang diambil meski banyak yang tidak berisi.
Sementara itu, Sukhara mengaku, lahan yang digarapnya tersebut lahan sewaan. Selain biaya sewa, tentu biaya tenam juga harus dikeluarkan. Dia pun berharap modal bisa kembali. “Kalau ada petani lain panen, saya juga menjadi buruh,” jelasnya.
Jurnalis : mg4
Fotografer : mg4
Redaktur : Nur Hariri
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Hujan masih kerap terjadi di Kabupaten Jember. Hal itu membuat tanaman padi petani tidak tumbuh normal. Padi menjadi gabuk atau kempis tak berisi sewaktu dipanen. Sebagian petani pun merugi.
Baca Juga :Â Dugaan Korupsi Dana Covid-19 Rp 107 M, Polisi Periksa Sejumlah Pejabat
Sukhara, salah satu petani di Antirogo, menjadi salah satu petani yang panen padinya tidak maksimal. Salah satu penyebabnya hujan yang masih sering turun di masa panen. Membuat sebagian tanaman padi rusak.
Dikatakan, tanaman padi miliknya banyak yang roboh karena sering dihantam hujan serta angin kencang. Tak hanya itu, air hujan juga kerap menggenangi sawah. “Buahnya sudah kempes dan tidak bisa dipanen,” tambahnya. Kondisi seperti ini diakui sangat merugikan dan modal tidak kembali.
Padi yang terpaksa dipanen itu pun tetap mengundang perhatian buruh tani untuk mengais sisa-sisa padi. Hal ini dilakukan agar tetap ada padi yang diambil meski banyak yang tidak berisi.
Sementara itu, Sukhara mengaku, lahan yang digarapnya tersebut lahan sewaan. Selain biaya sewa, tentu biaya tenam juga harus dikeluarkan. Dia pun berharap modal bisa kembali. “Kalau ada petani lain panen, saya juga menjadi buruh,” jelasnya.
Jurnalis : mg4
Fotografer : mg4
Redaktur : Nur Hariri