Mobile_AP_Rectangle 1
KEMUNINGSARI KIDUL, RADARJEMBER.ID – Petani tembakau tampaknya bisa sedikit lega. Sebab, dalam beberapa pekan belakangan, daun emas mereka sudah mulai bisa dipanen. Kendati panen telah tiba, namun bayang-bayang harga tembakau Jember jatuh belum sepenuhnya hilang dari petani.
“Kalau pabrik dan pengepul lancar menyerap tembakau petani Jember, harganya bisa normal. Tapi, jika sebaliknya, harganya malah rusak,” ujar Rosyidi, petani Desa Kemuningsari Kidul, Kecamatan Jenggawah.

Mobile_AP_Rectangle 2
Para petani mengaku, di banyak tempat, serapan tembakau petani masih belum bisa menemukan kepastian atau jaminan. Kadang, ketika musim panen tiba, harga tembakau jatuh. Namun sebaliknya, jika masih masa perawatan, harga tembakau justru melangit.
“Selama ini, hanya tembakau kasturi yang stabil harganya. Biasanya tebasan itu dibeli sekitar Rp 12 ribu per tanaman,” beber Yakub, warga setempat yang jadi pengepul tembakau di sekitar rumahnya.
Dia menambahkan, selama ini kesulitan yang kerap dihadapi petani Jember adalah tidak ada jaminan harga tembakau mereka setelah masa panen raya. Harganya fluktuatif. Naik turun. Bergantung pada pembelian dari pabrikan.
Terlebih, pabrik tembakau hanya menerima pasokan tembakau melalui pengepul. Karena itu, tidak sedikit petani yang ketika tembakaunya tidak laku, mereka memilih menjualnya sendiri dengan cara merajang dan menjual dalam bentuk ikat atau tampangan.
Reporter : Maulana
Fotografer : Maulana
Editor : Mahrus Sholih
- Advertisement -
KEMUNINGSARI KIDUL, RADARJEMBER.ID – Petani tembakau tampaknya bisa sedikit lega. Sebab, dalam beberapa pekan belakangan, daun emas mereka sudah mulai bisa dipanen. Kendati panen telah tiba, namun bayang-bayang harga tembakau Jember jatuh belum sepenuhnya hilang dari petani.
“Kalau pabrik dan pengepul lancar menyerap tembakau petani Jember, harganya bisa normal. Tapi, jika sebaliknya, harganya malah rusak,” ujar Rosyidi, petani Desa Kemuningsari Kidul, Kecamatan Jenggawah.

Para petani mengaku, di banyak tempat, serapan tembakau petani masih belum bisa menemukan kepastian atau jaminan. Kadang, ketika musim panen tiba, harga tembakau jatuh. Namun sebaliknya, jika masih masa perawatan, harga tembakau justru melangit.
“Selama ini, hanya tembakau kasturi yang stabil harganya. Biasanya tebasan itu dibeli sekitar Rp 12 ribu per tanaman,” beber Yakub, warga setempat yang jadi pengepul tembakau di sekitar rumahnya.
Dia menambahkan, selama ini kesulitan yang kerap dihadapi petani Jember adalah tidak ada jaminan harga tembakau mereka setelah masa panen raya. Harganya fluktuatif. Naik turun. Bergantung pada pembelian dari pabrikan.
Terlebih, pabrik tembakau hanya menerima pasokan tembakau melalui pengepul. Karena itu, tidak sedikit petani yang ketika tembakaunya tidak laku, mereka memilih menjualnya sendiri dengan cara merajang dan menjual dalam bentuk ikat atau tampangan.
Reporter : Maulana
Fotografer : Maulana
Editor : Mahrus Sholih
KEMUNINGSARI KIDUL, RADARJEMBER.ID – Petani tembakau tampaknya bisa sedikit lega. Sebab, dalam beberapa pekan belakangan, daun emas mereka sudah mulai bisa dipanen. Kendati panen telah tiba, namun bayang-bayang harga tembakau Jember jatuh belum sepenuhnya hilang dari petani.
“Kalau pabrik dan pengepul lancar menyerap tembakau petani Jember, harganya bisa normal. Tapi, jika sebaliknya, harganya malah rusak,” ujar Rosyidi, petani Desa Kemuningsari Kidul, Kecamatan Jenggawah.

Para petani mengaku, di banyak tempat, serapan tembakau petani masih belum bisa menemukan kepastian atau jaminan. Kadang, ketika musim panen tiba, harga tembakau jatuh. Namun sebaliknya, jika masih masa perawatan, harga tembakau justru melangit.
“Selama ini, hanya tembakau kasturi yang stabil harganya. Biasanya tebasan itu dibeli sekitar Rp 12 ribu per tanaman,” beber Yakub, warga setempat yang jadi pengepul tembakau di sekitar rumahnya.
Dia menambahkan, selama ini kesulitan yang kerap dihadapi petani Jember adalah tidak ada jaminan harga tembakau mereka setelah masa panen raya. Harganya fluktuatif. Naik turun. Bergantung pada pembelian dari pabrikan.
Terlebih, pabrik tembakau hanya menerima pasokan tembakau melalui pengepul. Karena itu, tidak sedikit petani yang ketika tembakaunya tidak laku, mereka memilih menjualnya sendiri dengan cara merajang dan menjual dalam bentuk ikat atau tampangan.
Reporter : Maulana
Fotografer : Maulana
Editor : Mahrus Sholih