JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pasukan hama wereng di Jember semakin membuat petani gusar. Bagaimana tidak, pekan kemarin petani di Desa Kertonegoro, Jenggawah, membakar padinya akibat terserang wereng. Menurut akademisi pertanian, membakar padi karena wereng memang efektif, tapi wereng bisa dihindari dengan pengamatan setiap hari.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jember Jumantoro mengatakan, pada pertengahan Maret kemarin, memang ada penyemprotan masal dan serentak di kawasan pertanian Desa Kertonegoro, Jenggawah. Dasyatnya serangan hama wereng, nyatanya tidak bisa terhindarkan lagi. Sehingga, petani memilih membakar lahan mereka. “Jadi petani membakar padi karena wereng itu agar tidak menyebar ke sawah lainnya. Dan itu cara paling efektif,” jelasnya.
Dia mengakui, wereng termasuk hama yang paling ditakuti petani bila pengendaliannya tidak bisa diatasi. Sebab, bisa membuat petani gagal panen. “Padinya rusak, sampai mati,” tuturnya.
Jumantoro mengatakan, untuk wereng juga menyebar di beberapa daerah. Mulai Jenggawah, Balung, Rambipuji, hingga Ajung. Penyebaran wereng sangat cepat. Bila tak kunjung tertangani, maka bisa gagal panen atau puso. Dia menuturkan, wereng memang bukan hama baru bagi petani. Namun, pengetahuan petani untuk mendeteksi dini serangan wereng perlu ditambah lagi. Menurut Jumantoro, pada sekitar 2000-2001 lalu, serangan wereng pernah sampai fatal hingga mengakibatkan puso di daerah Rambipuji.
Faktor alam, Jumantoro menyebut, juga jadi penyebab wereng. Namun sebetulnya, serangan wereng bisa dicegah dengan memaksimalkan fungsi pengamat hama atau Pengamat Hama Penyakit (PHP). Hanya saja, menurut dia, peran PHP kurang optimal karena wadahnya Balai Penyuluh Pertanian (BPP) yang ada di setiap kecamatan tidak ada lagi. “BPP dibubarkan di setiap kecamatan,” jelasnya.
Dekan Fakultas Pertanian Prof Soetriono menjelaskan, wereng adalah hama dari golongan insekta yang sangat merugikan petani. Wereng menyerang pada semua tahapan pertumbuhan padi dengan cara menghisap cairan tanaman. Serangan itu bisa membuat padi berubah warna, dari hijau, ke oranye, hingga coklat dan mati.
Dia mengakui, cara paling efektif membunuh wereng adalah dengan cara membakar. Namun, dampaknya ke petani juga luar biasa. “Artinya petani rugi, tidak dapat hasil pertanian,” katanya.
Sehingga, kata Soetriono, cara mengatasi wereng adalah pencegahan dini, yaitu dengan pengamatan secara rutin. Soetriono juga yakin petani punya pemahaman dalam mendeteksi wereng sejak dini dan tidak selalu menggantungkan ke petugas pertanian. Bila ditemukan ciri-ciri wereng mulai menyerang, langkah pertama alangkah baiknya memotong batang yang terserang wereng tersebut.
Lanjutnya, pengamatan rutin tersebut dilakukan pada batang padi. “Setidaknya seminggu sekali pengamatan rutin pada batang padi,” paparnya. Bila, sudah ada gejala terkena wereng, pada dasarnya werengnya sudah banyak. “Jadi kalau disemprot itu fokusnya penyemprotan pada batang. Sedangkan dibakar untuk menekan populasi wereng pada periode tanam berikutnya,” pungkasnya.
Jurnalis : Dwi Siswanto
Fotografer : Dwi Siswanto
Redaktur : Mahrus Sholih