30.2 C
Jember
Sunday, 4 June 2023

Petani Cengkih Panen Untung Harga Naik Dua Kali Lipat

Mobile_AP_Rectangle 1

MADIUN, RADARJEMBER.ID – Petani cengkih semringah. Sebab, pada musim panen kali ini harganya naik hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya. ‘’Tahun lalu cengkih basah Rp 18 ribu  per kilogram. Sekarang mencapai Rp 40 ribu,’’ kata Yateno, salah seorang petani cengkih di Kare, Senin (1/8).

BACA JUGA : Grand Puri Bunga Nirwana Perumahan Subsidi Jember Kampus Terlaris

Menurut dia, kenaikan harga karena stok minim sementara permintaan tinggi. Minim stok ditengarai dampak dari serangan virus tiga tahun terakhir. Sehingga, banyak petani cengkih gagal panen. ‘’Gejala serangan virus itu daun menguning kemudian rontok. Disusul batang kering kemudian mati,’’ ujarnya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Yateno prihatin dengan musibah yang menimpa para petani cengkih yang gagal panen. Hanya, mereka tidak bisa berbuat banyak. Laporan ke dinas terkait telah disampaikan. Namun, belum ada solusi karena belum tersedia obatnya. ‘’Banyak yang beralih ke durian dan alpukat,’’ ungkapnya.

Para petani hanya bisa berupaya mencegah. Salah satunya, mengurangi penggunaan pupuk kimia. Selama ini ia rutin menggunakan pupuk kompos dan membiarkan daun yang gugur sebagai tambahan unsur hara tanamannya. ‘’Antisipasi saja, karena belum jelas penyakitnya. Kalau ada yang kena juga langsung ditebang, agar tidak menular ke tanaman lain,’’ terangnya.

Kebun cengkih seluas 6.000 meter persegi milik Yateno mampu menghasilkan 20-30 kilogram sekali panen. Panen dilakukan dua-tiga kali per minggu tergantung ketersediaan pekerja. ‘’Semoga (harga) lekas stabil. Tidak tinggi sekali, juga tidak jatuh. Agar semua petani cengkih bisa terus bertahan,’’ harapnya. (*)

 

Editor:Winardyasto HariKirono

Foto:Dian Rahayu/Training Jawa Pos Radar Madiun

Sumber Berita:jawapos.com

 

- Advertisement -

MADIUN, RADARJEMBER.ID – Petani cengkih semringah. Sebab, pada musim panen kali ini harganya naik hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya. ‘’Tahun lalu cengkih basah Rp 18 ribu  per kilogram. Sekarang mencapai Rp 40 ribu,’’ kata Yateno, salah seorang petani cengkih di Kare, Senin (1/8).

BACA JUGA : Grand Puri Bunga Nirwana Perumahan Subsidi Jember Kampus Terlaris

Menurut dia, kenaikan harga karena stok minim sementara permintaan tinggi. Minim stok ditengarai dampak dari serangan virus tiga tahun terakhir. Sehingga, banyak petani cengkih gagal panen. ‘’Gejala serangan virus itu daun menguning kemudian rontok. Disusul batang kering kemudian mati,’’ ujarnya.

Yateno prihatin dengan musibah yang menimpa para petani cengkih yang gagal panen. Hanya, mereka tidak bisa berbuat banyak. Laporan ke dinas terkait telah disampaikan. Namun, belum ada solusi karena belum tersedia obatnya. ‘’Banyak yang beralih ke durian dan alpukat,’’ ungkapnya.

Para petani hanya bisa berupaya mencegah. Salah satunya, mengurangi penggunaan pupuk kimia. Selama ini ia rutin menggunakan pupuk kompos dan membiarkan daun yang gugur sebagai tambahan unsur hara tanamannya. ‘’Antisipasi saja, karena belum jelas penyakitnya. Kalau ada yang kena juga langsung ditebang, agar tidak menular ke tanaman lain,’’ terangnya.

Kebun cengkih seluas 6.000 meter persegi milik Yateno mampu menghasilkan 20-30 kilogram sekali panen. Panen dilakukan dua-tiga kali per minggu tergantung ketersediaan pekerja. ‘’Semoga (harga) lekas stabil. Tidak tinggi sekali, juga tidak jatuh. Agar semua petani cengkih bisa terus bertahan,’’ harapnya. (*)

 

Editor:Winardyasto HariKirono

Foto:Dian Rahayu/Training Jawa Pos Radar Madiun

Sumber Berita:jawapos.com

 

MADIUN, RADARJEMBER.ID – Petani cengkih semringah. Sebab, pada musim panen kali ini harganya naik hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya. ‘’Tahun lalu cengkih basah Rp 18 ribu  per kilogram. Sekarang mencapai Rp 40 ribu,’’ kata Yateno, salah seorang petani cengkih di Kare, Senin (1/8).

BACA JUGA : Grand Puri Bunga Nirwana Perumahan Subsidi Jember Kampus Terlaris

Menurut dia, kenaikan harga karena stok minim sementara permintaan tinggi. Minim stok ditengarai dampak dari serangan virus tiga tahun terakhir. Sehingga, banyak petani cengkih gagal panen. ‘’Gejala serangan virus itu daun menguning kemudian rontok. Disusul batang kering kemudian mati,’’ ujarnya.

Yateno prihatin dengan musibah yang menimpa para petani cengkih yang gagal panen. Hanya, mereka tidak bisa berbuat banyak. Laporan ke dinas terkait telah disampaikan. Namun, belum ada solusi karena belum tersedia obatnya. ‘’Banyak yang beralih ke durian dan alpukat,’’ ungkapnya.

Para petani hanya bisa berupaya mencegah. Salah satunya, mengurangi penggunaan pupuk kimia. Selama ini ia rutin menggunakan pupuk kompos dan membiarkan daun yang gugur sebagai tambahan unsur hara tanamannya. ‘’Antisipasi saja, karena belum jelas penyakitnya. Kalau ada yang kena juga langsung ditebang, agar tidak menular ke tanaman lain,’’ terangnya.

Kebun cengkih seluas 6.000 meter persegi milik Yateno mampu menghasilkan 20-30 kilogram sekali panen. Panen dilakukan dua-tiga kali per minggu tergantung ketersediaan pekerja. ‘’Semoga (harga) lekas stabil. Tidak tinggi sekali, juga tidak jatuh. Agar semua petani cengkih bisa terus bertahan,’’ harapnya. (*)

 

Editor:Winardyasto HariKirono

Foto:Dian Rahayu/Training Jawa Pos Radar Madiun

Sumber Berita:jawapos.com

 

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca