Beasiswa Ma’had Aly Era Gubernur Khofifah

SALAH satu bentuk perguruan tinggi yang diakui dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi selain universitas, institut, dan sekolah tinggi adalah Ma’had Aly. Pertumbuhan Ma’had Aly semakin dinamis terutama setelah adanya Peraturan Menteri Agama Nomor 71 Tahun 2015 tentang Ma’had Aly. Kini, keberadaan Ma’had Aly semakin kuat setelah Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren, dan secara operasional diatur dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 32 Tahun 2020 tentang Ma’had Aly.

Ma’had Aly adalah pendidikan tinggi pesantren jalur formal yang hanya boleh diselenggarakan oleh pesantren dan menyelenggarakan pendidikan akademik dalam bidang penguasaan ilmu agama Islam (tafaqquh fiddin) berbasis kitab kuning. Ma’had Aly bertujuan untuk menciptakan lulusan yang ahli dalam bidang ilmu agama Islam (mutafaqqih fiddin) dan mengembangkan ilmu agama Islam berbasis kitab kuning. Harapannya, agar Ma’had Aly menjadi lembaga pendidikan tinggi pesantren yang menghasilkan lulusan sebagai kader kiai-ulama yang mutafaqqih fiddin wa mutafaqqih fi mashalihil khalqi’, yang menguasai secara mendalam khazanah keislaman yang spesifik dan mampu mentransformasikannya dalam kehidupan masyarakat kontemporer untuk mewujudkan kemaslahatan.

Jika dikaji secara intens, banyak distingsi, kekhasan Ma’had Aly, antara lain: (1) Ma’had Aly hanya dapat diselenggarakan oleh dan di lingkungan pesantren, (2) tahun pelajaran Ma’had Aly mengikuti tahun pelajaran pesantren (tahun Hijriah), (3) basis keilmuan Ma’had Aly adalah kitab kuning yang diajarkan pesantren, (4) takaran kurikulum Ma’had Aly berdasarkan kitab (kitaby), (5) metode pembelajaran Ma’had Aly antara lain adalah sorogan, bahtsul masail, tahfiz Alquran dan hadis serta nadham, (6) paradigma keilmuan Ma’had Aly adalah integrasi antara teori, praktik, dan transformasi sosial (iman, ilmu, amal, dan kemaslahatan), (7) mahasiswa Ma’had Aly berada di asrama pesantren, (8) pengajar utama Ma’had Aly adalah kiai pesantren, dan (9) lulusan Ma’had Aly menjadi kader kiai-ulama.

Eksistensi Ma’had Aly dengan konsep dan distingsi seperti itu, setelah melintasi proses perjuangan cukup panjang, kini setelah Ma’had Aly memiliki payung hukum berupa Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren dan Peraturan Menteri Agama Nomor 32 Tahun 2020 tentang Ma’had Aly, dinamikanya semakin menggembirakan. Rekognisi pemerintah terhadap keberadaan Ma’had Aly melalui instrumen regulasi tersebut sudah barang pasti memberikan jaminan terhadap keberlanjutan dan pengembangan Ma’had Aly, baik segi fasilitasi maupun inovasi Ma’had Aly dalam membangun keunggulan di masa depan, dalam skala nasional maupun lokal.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur sejak era Gubernur Khofifah sangat pro-aktif mendukung pengembangan SDM Ma’had Aly. Fasilitasi itu diberikan secara kompetitif, karena Ma’had Aly dalam pandangan Gubernur Perempuan Pertama Jawa Timur tersebut dinilai bukan saja harus comparable dengan pendidikan tinggi lainnya, tetapi harus menawarkan nilai lebih, sehingga keberadaannya diperhitungkan dalam mencetak generasi baru pencerah masyarakat, khususnya di Jawa Timur. Kebijakan Gubernur Khofifah memberikan sentuhan yang seimbang antara pengembangan pendidikan umum dan pendidikan keagamaan, suatu kebijakan non-diskriminatif yang patut di apresiasi.

Tulisan ini memotret program beasiswa Ma’had Aly di Jawa Timur, kerja sama Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan Pondok Pesantren Penyelenggara Ma’had Aly. Sejak tahun akademik 2019/2020 Pemerintah Provinsi Jawa Timur menjalin kerja sama dengan sebelas Ma’had Aly di Jawa Timur, karena memang hanya ada 11 Ma’had Aly di Jawa Timur yang telah memperoleh izin operasional dari Menteri Agama, antara lain: (1) Ma’had Aly Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo, Fiqh wa ushuluhu; (2) Ma’had Aly Hasyim Asy;ary Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Hadits wa ulumuhu; (3) Ma’had Aly Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi, Tasawuf watrariqatuhu; (4) Ma’had Aly Pondok Pesantren Nurul Qarnain Jember, Fiqh wa ushuluhu; (5) Ma’had Aly Pondok Pesantren Nurul Qadim Probolinggo, Tafsir wa ulumuhu; (6) Ma’had Aly Pondok Pesantren Al-Fitrah Surabaya, Tasawuf wa trariqatuhu; (7) Ma’had Aly Pondok Pesantren Al-Hasaniyah Tuban, Fiqh wa ushuluhu; (8) Ma’had Aly Al-Zamakhsyari Pondok Pesantren Ar-Rifai Malang, Fiqh wa ushuluhu; (8) Ma’had Aly Pondok Pesantren Termas Pacitan, Fiqh wa ushuluhu; (10) Ma’had Aly Nurul Jadid Probolinggo, Fiqh wa ushuluhu; dan (11) Ma’had Aly Lirboyo Kediri, Fiqh wa ushuluhu.

Pada Tahun Akademik 2021/2022, kerja sama terus berlanjut dan dikembangkan. Selain sebelas Ma’had Aly yang telah menjalin kerja sama sejak tahun 2019 tersebut juga ada tambahan lima Ma’had Aly baru, sehingga ada 16 Ma’had Aly yang kesemuanya telah mendapatkan izin operasional dan sekaligus telah mendapatkan penilaian setara akreditasi melalui Keputusan Menteri Agama. Keenam belas Ma’had Aly tersebut adalah: (1) Ma’had Aly Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo, Fiqh wa ushuluhu; (2) Ma;had ‘Aly Hasyim Asy;ary Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Hadits wa ulumuhu; (3) Ma’had Aly Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi, Tasawuf watrariqatuhu; (4) Ma’had Aly Pondok Pesantren Nurul Qarnain Jember, Fiqh wa ushuluhu; (5) Ma’had Aly Pondok Pesantren Nurul Qadim Probolinggo, Tafsir wa ulumuhu; (6) Ma’had Aly Pondok Pesantren Al-Fitrah Surabaya, Tasawuf wa trariqatuhu; (7) Ma’had Aly Pondok Pesantren Al-Hasaniyah Tuban, Fiqh wa ushuluhu; (8) Ma’had Aly Al-Zamakhsyari Pondok Pesantren Ar-Rifai Malang, Fiqh wa ushuluhu; (8) Ma’had Aly Pondok Pesantren Termas Pacitan, Fiqh wa ushuluhu; (10) Ma’had Aly Nurul Jadid Probolinggo, Fiqh wa ushuluhu; dan (11) Ma’had Aly Lirboyo Kediri, Fiqh wa ushuluhu. (12) Ma’had Aly Pondok Pesantren Zainul Hasan Probolinggo; (13) Ma’had Aly Pondokm Pesantren An-Nur II Al-Murtadha Malang, (14) Ma’had Aly Pondok Pesantren Al-Falah Ploso Kediri, (15) Ma’had Aly Ali Al-Ibrahimy Manyarejo Manyar Gresik, dan (16) Ma’had Aly Pondok Pesantren Nurul Kholil Bangkalan.

Berbeda dengan sistem seleksi pada perguruan tinggi lain. Seleksi penerimaan mahasantri Ma’had Aly sangat selektif sebagai ikhtiar Ma’had Aly untuk mendapatkan calon mahasantri terbaik, karena memang Ma’had Aly memiliki tradisi perkuliahan yang berbeda. Pengantar perkuliahan di Ma’had Aly berbahasa Arab, maka diperlukan mahasantri yang memiliki kemampuan berbahasa arab, lisan maupun tulis. Selain itu, karena referensi perkuliahan berbasis kitab kuning, maka kemampuan membaca, menerjemahkan dan wawasan kitab kuning menjadi tuntutan utama mahasantri Ma’had Aly, dan itu adalah dasar utama mahasantri Ma’had Aly yang dipersiapkan menjadi Kader Kiai-Ulama.

Jawa Timur adalah provinsi yang memiliki paling banyak Ma’had Aly, ada 17 Ma’had Aly dari sekitar 70-an Ma’had Aly di seluruh Indonesia. Program beasiswa Ma’had Aly bisa didapat oleh warga ber-KTP Jawa Timur secara kompetitif bagi lulusan Pendidikan Diniyah Formal ‘Ulya, lulusan Satuan Pendidikan Mu’adalah ‘Ulya, Madrasah Aliyah dan satuan Pendidikan lain yang sederajat di Jawa Timur. Dari enam belas Ma’had Aly yang tersebar di Jawa Timur tersebut setiap Ma’had Aly memperoleh kuota yang sama, yakni 25 mahasantri. Program beasiswa Ma’had Aly ini dirintis sejak tahun 2019 di era Kepemimpinan Gubernur Khofifah.

 

*Prof. Dr. H. Abd. Halim Soebahar, MA adalah Wakil Ketua Umum MUI Provinsi Jawa Timur, Direktur Pascasarjana UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember dan Pengasuh Pondok Pesantren Shofa Marwa Jember.