Konsep sanad, sangat dikenal dalam studi Islam, khususnya dalam studi hadis. Sanad adalah rangkaian tokoh-tokoh tepercaya yang menjadi sandaran dan memiliki persambungan sampai kepada Rasulullah Saw. Bagi kaum santri sanad menjadi faktor penting bukan saja dalam belajar, tetapi juga dalam ibadah dan perjuangan, karena tokoh-tokoh yang tercantum dalam sanad tersebut menjadi sangat menginspirasi pemikiran dan amaliyah keagamaan kaum santri serta menjiwai semangat kepahlawanan mereka.

Selama ini, sangat sedikit sejarawan yang menuliskan sejarah perjuangan para kiai dan kaum santri dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan serta menjaga eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tidak banyak bukti sejarah yang mencatat keterlibatan para kiai dan kaum santri. Kisah perjuangan para kiai dan kaum santri hanya tersebar secara lisan dari generasi ke generasi. Di sisi lain, sejarah konvensional lebih sering menulis kisah-kisah heroik yang bertumpu pada kepahlawanan seorang raja, panglima perang, tentara profesional, atau lainnya. Perjuangan yang melibatkan rakyat banyak hanya ditulis di sela-sela kisah kebesaran satu dua tokoh, sementara para kiai dan kaum santri tidak terbiasa menulis, bahkan enggan menulis perjuangannya sendiri, karena bagi mereka berjuang adalah panggilan tugas karena didorong keimanan dan cinta tanah air sebagai bagian dalam memperjuangkan dan menjaga eksistensi NKRI.

Jadi, komitmen kebangsaan para kiai dan kaum santri sangat kuat karena mereka memiliki sanad yang jelas dan kuat. Bukan hanya sanad dalam keturunan, tetapi sanad atau ketersambungan dalam keilmuan, ibadah dan yang telah terbukti dalam sejarah adalah sanad kepahlawanan dalam membela bangsa dan negara. Karena itu, untuk melemahkan semangat kepahlawanan kaum santri sangat mudah, cukup dengan cara memutus mata rantai sanad tersebut.

Dalam sejarah, penjajah pernah berusaha bagaimana melemahkan sanad kepahlawanan kaum santri, salah satu caranya dengan memutus sanad-sanad tersebut. Demikian juga fenomena terkini yang selalu mencoba melemahkan NU dengan memutus mata rantai sanad kepahlawanan dengan beragam cara, seperti: mengadu domba antar kiai, melakukan ujaran kebencian terhadap kiai, melemahkan eksistensi pesantren dan sebagainya. Karena sanad keilmuan dan sanad kepahlawanan kaum santri memiliki rangkaian yang jelas dan kuat, dan basis utamanya adalah pesantren.

Dalam tulisan tentang Sanad Kitab Shahih Bukhari KH Hasyim Asy’ari dan Sanad Kitab Shahih Muslim KH Hasyim Asy’ari berhasil mengungkap urutan sanad tersebut dari kitab “Kifayatul Mustafid lima ‘ala minal Asanid” karya Syekh Mahfudh Termas, salah seorang guru Kiai Hasyim Asy’ari. Berikut urutan sanad yang dimaksud Sanad Kitab Shahih Bukhari dari KH. Moh. Hasyim Asy’ari melalui jalur Syekh Mahfudh Termas sampai kepada penulis hadis, yakni Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari yang terdiri dari jalur pertama dan jalur kedua. Jalur pertama: (1) KH. Moh. Hasyim Asy’ari, (2) dari Syaikh Mahfudh  Termas, (3) dari Syaikh Muhammad Abu Bakar Syatha Al-Makki, (4) Dari Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, (5) Dari Syaikh Utsman bin Hasan Ad-Dimyathi, (6) Dari Syaikh Muhammad bin Ali As-Syinwani, (7) Dari Syaikh Isa bin Ahmad Al-Barawi, (8) Dari Syaikh Muhammad Ad-Dafri, (9) Dari Syaikh Salim bin Abdillah Al-Bashri, (10) Dari ayahnya: Abdillah bin Salim Al-Bashri, (11) Dari Syaikh Muhammad bin Alaudin Al-Babili, (12) Dari Syaikh Salim bin Muhammad As-Sanhuri, (13) Dari Najm Muhammad bin Ahmad Al-Ghaytho, (14) Dari Syaikh Al-Islam Zakariya bin Muhammad Al-Anshari, (15) Dari Al-Hafidh Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqalani, (16) Dari Ibrahim bin Ahmad At-Tanukhi, (17) Dari Abil Abbas Ahmad bin Thalib Al-Hajar, (18) Dari Husain bin Mubarak Az-Zabidi Al-Hambali, (19) Dari Abil Waqt Abdil Awwal bin Isa As-Sijzi, (20) Dari Abil Hasan Abdul Rahman bin Mudzaffar bin Dawud Ad-Dawudi (21) Dari Abi Muhammad Abdullah bin Ahmad As-Srakhsi, (22) Dari Abi Abdillah Muhammad bin Yusuf bin Mathar Al-Firabri, (23) Dari Penyusunnya (orang yang menghimpun hadis), yakni Al-Imam Al-Hafidh Al-Hujjah Abi Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim Al-Bukhari.

Jalur kedua: (1) KH. Moh. Hasyim Asy’ari, (2) Dari Syaikh Mahfudh Termas, (3) Dari Sayyid Husain Al-Habsyi, (4) Dari Ayahnya Muhammad Husain Al-Habsyi, (5) Dari Umar bin Abdul Karim Al-Attar, (6) Dari Sayyid Ali bin Abdil Bar Al-Wina’I, (7) Dari Abdil Qadir bin Ahmad bin Muhammad Al-Andalusi, (8) Dari Muhammad bin Abdillah Al-Idirsi, (9) Dari Al-Quthb Muhammad bin Alauddin An-Nahruwali, (10) Dari ayahnya, (11) Dari Abil Futuh Ahmad bin Abdillah At-Thawusi, (12) Dari Baba Yusuf Al-Hirawi, (13) Dari Muhammad bin Syadzikhat Al-Farghani, (14) Dai Abi Luqman Yahya bin Ammar Al-Khuttalani, (15) Dari Muhammad bin Yusuf Al-Farbary, (16) Dari Imam Muhammad bin Ismail Al-Bukhari.

Sanad Kitab Shahih Muslim ini dari KH Hasyim Asy’ari sampai pada penulis kitab: (1) KH. Moh. Hasyim Asy’ari, (2) Dari Syaikh Mahfudh Termas, (3) Dari Syaikh Muhammad Abu Bakar Syatha Al-Makki, (4) Dari Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, (5) Dari Syaikh Utsman bin Hasan Ad-Dimyathi, (6) Dari Syaikh Muhammad bin Ali As-Syinwani, (7) Dari Syaikh Isa bin Ahmad Al-Barawi, (8) Dari Syaikh Ahmad bin Abdil Fattah Al-Malawi, (9) Dari Syaikh Ibrahim bin Hasan Al-Kurdi, (10) Dari Syaikh Ahmad Muhammad Al-Qasyasyi, (11) Dari Syaikh As-Syams Muhammad bin Ahmad Ar-Ramli, (12) Dari Syaikh Zain Zakariya Muhammad Al-Anshari, (13) Dari Syaikh Abdirrahim bin Al-Furath, (14) Dari Syaikh Mahmud bin Khalafiyah Ad-Dimasyqi, (15) Dari Al-Hafidh Abdil Mu’min bin Khalaf Ad-Dimyati, (16) Dari Syaikh ABil Hasan Al-Muayyad bin Muhammad at-Thusi, (17) Dari Syaikh Abi Abdillah Muhammad bin Fadhil Al-Farawi, (18) Dari Syaikh Abdil Ghafir bin Muhammad Al-Farisi,  (19) Dari Syaikh Abi Ahmad Muhammad Al-Juludi, (20) Dari Syaikh Ibrahim bin Muhammad bin Sufyan An-Naisaburi, (21) Dari Imam Al-Hafidh Abil Husain Muslim bin Hajjaj bin Muslim Al-Qusyairi An-Naisaburi (penyusun)

Sanad menjadi faktor penting dalam sejarah kepahlawanan kaum santri. Khazanah sanad kaum santri bukan hanya sanad dalam hadis, tetapi kaum santri juga memiliki sanad dalam akidah, syariah, dan tasawuf. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang utuh dan diwujudkan dalam kehidupan keseharian kaum santri.

Jam’iyah NU telah melahirkan banyak tokoh, banyak pahlawan, yang berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Meski para pejuang dan pahlawan dari NU sangat banyak, namun hanya beberapa nama yang kemudian ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Sebagai bagian dari kaum santri, saya sangat bangga sederet nama para kiai ditetapkan sebagai pahlawan nasional, seperti: (1) KH. Moh. Hasyim Asy’ari, (2) KH. Abdul Wahid Hasyim, (3) KH. Zainal Arifin, (4) KH. As’ad Syamsul Arifin, (5) KH. Zainal Musthofa, (6) Dr. KH. Idham Cholid, (7) KH. Abdul Wahab Hasbullah, (8) Brigadir KH. Syam’un, (9) KH. Masykur, dan sederet nama lainnya.

Bagi kami kaum santri, menjadi NU tidak cukup hanya belajar tentang ke-NU-an. Menjadi NU harus mempelajari dan mewarisi semangat kepahlawanan para pendiri dan pejuang NU dalam proses kebangsaan dan  keindonesiaan. Banyaknya pahlawan nasional dari NU ini sekaligus menegaskan bahwa NU sebagai jam’iyah bukan pemain figuran dalam proses kebangsaan dan keindonesiaan, tetapi NU adalah pemeran utama. Inilah “Sanad Kepahlawanan Kaum Santri” di Indonesia.

*Penulis adalah Pengasuh Pesantren Shofa Marwa, Ketua Umum MUI dan Guru Besar/Direktur Pascasarjana IAIN Jember