22.9 C
Jember
Wednesday, 29 March 2023

Orientasinya Tak Hanya Bisnis, tapi Juga Memberdayakan Sesama Difabel

Bisnis reklame erat kaitannya dengan usaha percetakan. Di Desa Suci, Kecamatan Panti, ada seorang pengusaha difabel yang selama 14 tahun terakhir menggeluti dunia percetakan itu. Dan semangatnya tak hanya berorientasi bisnis, tapi juga memberdayakan teman disabilitas yang lain. Bagaimana kiprahnya?

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Usaha percetakan milik Rokhim sudah berdiri sejak 14 tahun silam, tepatnya mulai 2007. Bisnisnya dimulai mana kala Rokhim memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan menjadi sales di salah satu dealer motor. Dia ingin membuat pekerjaan sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Walaupun Rokhim adalah seorang tuna daksa.

Usaha percetakannya dirintis dengan modal skill desain dan satu set komputer. Alat-alat pendukung percetakannya dia beli dari modal yang disisihkan dari sisa perayaan nikah dari orang tuanya. “Saya dikasih modal untuk menikah. Saya sisihkan setengahnya untuk buka galeri biru (usaha percetakan, Red). Itu orang tua saya tidak tahu,” kata Rokhim kepada Jawa Pos Radar Jember, kemarin (27/6).

Saat mengetahui Rokhim berbelanja alat-alat untuk usaha, orang tuanya kaget. Sebab, dari awal dia tidak menceritakan rencananya itu kepada sang ortu. Rupanya, keputusan Rokhim mendapat dukungan dari keluarganya. “Orang tua saya kaget. Tapi, setelah tahu justru mendukung,” kata ayah dua anak itu.

Mobile_AP_Rectangle 2

Di awal usaha percetakannya dibuka, banyak tetangga yang meragukan kemampuan Rokhim. Bahkan kala itu, Rokhim sempat mengalami kesulitan menjaring konsumen. Tak pantang menyerah, dia kemudian mencoba memasarkan jasanya di luar desa, bahkan sampai luar kota. Salah satunya di Bondowoso. “Banyak orang luar kota yang pakai jasa saya,” kata laki-laki yang tinggal di Desa Suci, Kecamatan Panti ini.

Melihat pesatnya pesanan dari luar kawasan tempat usahanya, lambat laun tetangganya mulai mengakui eksistensi dan kapasitasnya dalam bisnis percetakan. Mulai saat itu, Rokhim banyak mendapatkan pesanan penjilidan, bahkan sejumlah lembaga pendidikan di daerahnya juga memesan banner kepadanya.

Kesulitan lain di masa awal merintis, dia masih mengandalkan percetakan di tempat lain. Dengan begitu, Rokhim pada saat awal mula membuka usaha hanya mengandalkan jasa mendesain saja. Sebab, Rokhim saat itu masih belum memiliki alat yang lengkap. Sementara itu, untuk pemasangan banner, dia biasa bekerja sama dengan rekannya.

Kini, usaha Rokhim sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dia mampu mempekerjakan lima orang. Dua di antaranya adalah difabel, sedangkan tiga lainnya adalah pekerja nondifabel yang tugasnya memasang banner reklame dan untuk mobilitas. Lalu, untuk di galeri yang menekuni usaha mebel, dia mempekerjakan empat orang yang seluruhnya adalah difabel.

Bagi Rokhim, semua orang memiliki kesempatan dan peluang sukses sejajar. Baik yang difabel maupun nondifabel. Ikhtiar usahanya adalah memberikan dukungan dan memacu penyandang disabilitas untuk berkarya dan tidak bergantung dalam memenuhi kebutuhan ekonomi.

Rokhim menganggap, semua karyawannya adalah partner kerja. Artinya, dia berharap, kelak para karyawannya dapat membuat usaha mandiri. “Kami semua sama. Partner kerja. Semua serba transparan. Saya berharap, nanti mereka bisa membuka lapangan pekerjaan sendiri. Bukan justru bergantung,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Dian Cahyani
Fotografer : Dian Cahyani
Redaktur : Mahrus Sholih

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Usaha percetakan milik Rokhim sudah berdiri sejak 14 tahun silam, tepatnya mulai 2007. Bisnisnya dimulai mana kala Rokhim memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan menjadi sales di salah satu dealer motor. Dia ingin membuat pekerjaan sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Walaupun Rokhim adalah seorang tuna daksa.

Usaha percetakannya dirintis dengan modal skill desain dan satu set komputer. Alat-alat pendukung percetakannya dia beli dari modal yang disisihkan dari sisa perayaan nikah dari orang tuanya. “Saya dikasih modal untuk menikah. Saya sisihkan setengahnya untuk buka galeri biru (usaha percetakan, Red). Itu orang tua saya tidak tahu,” kata Rokhim kepada Jawa Pos Radar Jember, kemarin (27/6).

Saat mengetahui Rokhim berbelanja alat-alat untuk usaha, orang tuanya kaget. Sebab, dari awal dia tidak menceritakan rencananya itu kepada sang ortu. Rupanya, keputusan Rokhim mendapat dukungan dari keluarganya. “Orang tua saya kaget. Tapi, setelah tahu justru mendukung,” kata ayah dua anak itu.

Di awal usaha percetakannya dibuka, banyak tetangga yang meragukan kemampuan Rokhim. Bahkan kala itu, Rokhim sempat mengalami kesulitan menjaring konsumen. Tak pantang menyerah, dia kemudian mencoba memasarkan jasanya di luar desa, bahkan sampai luar kota. Salah satunya di Bondowoso. “Banyak orang luar kota yang pakai jasa saya,” kata laki-laki yang tinggal di Desa Suci, Kecamatan Panti ini.

Melihat pesatnya pesanan dari luar kawasan tempat usahanya, lambat laun tetangganya mulai mengakui eksistensi dan kapasitasnya dalam bisnis percetakan. Mulai saat itu, Rokhim banyak mendapatkan pesanan penjilidan, bahkan sejumlah lembaga pendidikan di daerahnya juga memesan banner kepadanya.

Kesulitan lain di masa awal merintis, dia masih mengandalkan percetakan di tempat lain. Dengan begitu, Rokhim pada saat awal mula membuka usaha hanya mengandalkan jasa mendesain saja. Sebab, Rokhim saat itu masih belum memiliki alat yang lengkap. Sementara itu, untuk pemasangan banner, dia biasa bekerja sama dengan rekannya.

Kini, usaha Rokhim sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dia mampu mempekerjakan lima orang. Dua di antaranya adalah difabel, sedangkan tiga lainnya adalah pekerja nondifabel yang tugasnya memasang banner reklame dan untuk mobilitas. Lalu, untuk di galeri yang menekuni usaha mebel, dia mempekerjakan empat orang yang seluruhnya adalah difabel.

Bagi Rokhim, semua orang memiliki kesempatan dan peluang sukses sejajar. Baik yang difabel maupun nondifabel. Ikhtiar usahanya adalah memberikan dukungan dan memacu penyandang disabilitas untuk berkarya dan tidak bergantung dalam memenuhi kebutuhan ekonomi.

Rokhim menganggap, semua karyawannya adalah partner kerja. Artinya, dia berharap, kelak para karyawannya dapat membuat usaha mandiri. “Kami semua sama. Partner kerja. Semua serba transparan. Saya berharap, nanti mereka bisa membuka lapangan pekerjaan sendiri. Bukan justru bergantung,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Dian Cahyani
Fotografer : Dian Cahyani
Redaktur : Mahrus Sholih

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Usaha percetakan milik Rokhim sudah berdiri sejak 14 tahun silam, tepatnya mulai 2007. Bisnisnya dimulai mana kala Rokhim memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan menjadi sales di salah satu dealer motor. Dia ingin membuat pekerjaan sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Walaupun Rokhim adalah seorang tuna daksa.

Usaha percetakannya dirintis dengan modal skill desain dan satu set komputer. Alat-alat pendukung percetakannya dia beli dari modal yang disisihkan dari sisa perayaan nikah dari orang tuanya. “Saya dikasih modal untuk menikah. Saya sisihkan setengahnya untuk buka galeri biru (usaha percetakan, Red). Itu orang tua saya tidak tahu,” kata Rokhim kepada Jawa Pos Radar Jember, kemarin (27/6).

Saat mengetahui Rokhim berbelanja alat-alat untuk usaha, orang tuanya kaget. Sebab, dari awal dia tidak menceritakan rencananya itu kepada sang ortu. Rupanya, keputusan Rokhim mendapat dukungan dari keluarganya. “Orang tua saya kaget. Tapi, setelah tahu justru mendukung,” kata ayah dua anak itu.

Di awal usaha percetakannya dibuka, banyak tetangga yang meragukan kemampuan Rokhim. Bahkan kala itu, Rokhim sempat mengalami kesulitan menjaring konsumen. Tak pantang menyerah, dia kemudian mencoba memasarkan jasanya di luar desa, bahkan sampai luar kota. Salah satunya di Bondowoso. “Banyak orang luar kota yang pakai jasa saya,” kata laki-laki yang tinggal di Desa Suci, Kecamatan Panti ini.

Melihat pesatnya pesanan dari luar kawasan tempat usahanya, lambat laun tetangganya mulai mengakui eksistensi dan kapasitasnya dalam bisnis percetakan. Mulai saat itu, Rokhim banyak mendapatkan pesanan penjilidan, bahkan sejumlah lembaga pendidikan di daerahnya juga memesan banner kepadanya.

Kesulitan lain di masa awal merintis, dia masih mengandalkan percetakan di tempat lain. Dengan begitu, Rokhim pada saat awal mula membuka usaha hanya mengandalkan jasa mendesain saja. Sebab, Rokhim saat itu masih belum memiliki alat yang lengkap. Sementara itu, untuk pemasangan banner, dia biasa bekerja sama dengan rekannya.

Kini, usaha Rokhim sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dia mampu mempekerjakan lima orang. Dua di antaranya adalah difabel, sedangkan tiga lainnya adalah pekerja nondifabel yang tugasnya memasang banner reklame dan untuk mobilitas. Lalu, untuk di galeri yang menekuni usaha mebel, dia mempekerjakan empat orang yang seluruhnya adalah difabel.

Bagi Rokhim, semua orang memiliki kesempatan dan peluang sukses sejajar. Baik yang difabel maupun nondifabel. Ikhtiar usahanya adalah memberikan dukungan dan memacu penyandang disabilitas untuk berkarya dan tidak bergantung dalam memenuhi kebutuhan ekonomi.

Rokhim menganggap, semua karyawannya adalah partner kerja. Artinya, dia berharap, kelak para karyawannya dapat membuat usaha mandiri. “Kami semua sama. Partner kerja. Semua serba transparan. Saya berharap, nanti mereka bisa membuka lapangan pekerjaan sendiri. Bukan justru bergantung,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Dian Cahyani
Fotografer : Dian Cahyani
Redaktur : Mahrus Sholih

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca