JEMBER, RADARJEMBER.ID – Muhammad Ali Gufron masih termenung. Raut wajahnya gelisah. Ia juga susah tersenyum. Dirinya belum bisa menerima sepenuhnya kematian sang ibu yang tenggelam di perairan Tanjung Balau, Johor, Malaysia, akibat pemberangkatan pekerja migran Indonesia (PMI) ilegal. Jika teringat tentang ibunya, matanya memerah. Berkaca-kaca seolah akan menangis.
Pamannya, Rudi Angga Prayitno, mengatakan, remaja yang duduk di bangku SMP kelas 2 itu kondisi emosionalnya sudah lebih baik ketimbang sepekan lalu. “Sekarang sudah lebih baik. Lebih bisa menerima. Kalau awal itu, ya, merenung terus. Mikir kematian ibunya setragis ini,” kata Rudi, kemarin (24/12).
Muhammad Ali Gufron adalah anak kedua FH, PMI yang menjadi korban. Kondisinya tak jauh berbeda dengan kakak serta ayahnya. Namun, saat ini mereka sudah mulai bisa menerima kematian FH. “Suami, ibu, dan anaknya sudah mulai bisa menerima,” tutur Rudi.
Sejak adanya kabar kematian FH, keluarga meminta agar kepulangan jenazah FH disegerakan. Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) pun mengupayakan supaya jenazah itu segera dipulangkan ke rumah duka, setelah menjalani serangkaian pemeriksaan medis.
Selama di Malaysia, jenazah FH juga diurus oleh keluarganya, Solehati, yang juga menjadi PMI di negeri jiran tersebut. Keluarga FH di Jember berupaya untuk mengontak Solehati yang tak lain adalah sepupu FH agar turut mengurus jenazah hingga dipulangkan ke Rambipuji.
Sampai kemarin sore (24/12), jenazah itu masih ada di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kepulauan Riau. Lalu, pada pukul 15.00 jenazah akan diterbangkan dari Batam menuju Bandara Juanda, Surabaya. Rencananya, jenazah akan dimakamkan setibanya di rumah duka. “Dan kebetulan untuk pendampingan pihak keluarga di Johor, Malaysia, ada kakak saya yang mendampingi pemandian jenazah di rumah sakit,” imbuhnya.
Rudi menegaskan, setelah ini pihak keluarga akan mengusut cukong atau penyalur PMI ilegal yang ada di Jember. Keluarga pun telah mengantongi beberapa nama yang diduga terlibat dalam penyaluran PMI ilegal. “Namun, buktinya belum kuat. Kami bekerja sama dengan BP2MI dan Disnaker (Dinas Tenaga Kerja, Red) untuk itu,” jelasnya.
Kepala BP2MI Muhammad Iqbal mengatakan, jenazah FH menjadi jenazah yang paling cepat dipulangkan dibanding dengan jenazah lainnya. Sebab, masih ada jenazah dan korban lain yang tertahan di Malaysia. “Masih banyak korban yang belum teridentifikasi karena berkas-berkasnya kurang. FH ini termasuk yang cepat dan yang pertama dipulangkan karena data-datanya lengkap,” ujarnya.
Diperkirakan, jenazah FH bakal tiba tengah malam nanti. Sebab, pada pukul 19.00 jenazah menuju rumah duka. Soal siapa yang menjadi tersangka, hingga saat ini BP2MI masih belum mengantongi nama-nama yang terlibat. Sebab, temuan lainnya, ada PMI nonprosedural dari Ledokombo di Singapura yang diduga masih ada relasi dengan cukong yang memberangkatkan FH.
Jurnalis : Dian Cahyani
Fotografer : Istimewa
Redaktur : Mahrus Sholih