22.5 C
Jember
Saturday, 3 June 2023

Butuh Kesabaran, Jadi Tempat Edukasi Mulai SD hingga Mahasiswa

Siapa yang tidak tahu bambu. Barang murah itu kadang terbuang begitu saja. Nah, di tangan Andrek harganya bisa terangkat setelah dirangkai menjadi kerajinan. Bagaimana dia membuatnya?

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Rumah Andrek siang itu tampak sepi. Pintunya terbuka lebar. Seperti tak ada aktivitas. Namun, setelah beberapa kali dipanggil, pria itu pun menampakkan diri dari balik ruang tengah.

“Saya ada di belakang,” kata Andrek berjalan menuju ke ruang tamu, sambil membawa potongan bambu yang telah dipilah menjadi dua bagian.

Dia menyebut, sejak pagi hingga siang itu dirinya fokus membuat tempat stoples. Itu merupakan pesanan orang untuk persiapan Hari Raya Idul Fitri mendatang. “Ada yang pesan 300 papan stoples. Jadi, saya harus cepat menyelesaikan,” katanya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Beberapa pekan sebelum memasuki Ramadan, menurutnya, memang menjadi momen terbaik bagi perajin bambu. Orderan bisa membuat dirinya dan perajin lain kewalahan. Namun demikian, di masa pandemi ini, orderan tak seramai dulu lagi. “Saya baru dua bulan ini mulai lagi karena sebelumnya sepi,” papar pria anak yang telah bekerja selama 33 tahun di bidang kerajinan bambu itu.

Membuat kerajinan bambu, menurutnya, tidak ada yang sulit. Hanya membutuhkan tingkat ketelitian dan ketekunan yang tinggi. Apalagi, bambu itu dirangkai sesuai keinginan pemesan. Dalam membuat kerajinan bambu, ada banyak jenis yang bisa digarap. Mulai dari hiasan lampu, kotak tisu, rantang, tempat stoples, pengantar lamaran, serta masih banyak lagi.

“Satu jenis kerajinan setidaknya dikerjakan tiga orang. Itu karena setiap bagian dikerjakan orang yang berbeda. Kalau rata-rata, tiga orang dalam sehari mampu menyelesaikan sekitar sepuluh kerajinan,” paparnya.

Pembuatan kerajinan bambu ini pun tak seluruhnya dikerjakan di satu kota. Jika ada pemesanan dengan jumlah besar, maka para perajin bekerja sama untuk membuatnya. “Sampai Banyuwangi juga yang mengerjakan,” tutur Andrek.

Nah, jika menjelang puasa hingga mendekati hari raya sangat sibuk. Namun, Andrek mengaku, setelah memasuki hari-hari biasa aktivitasnya akan kembali normal. Banyak waktu luang untuk dirinya melakukan hal lain dan pekerjaan bisa lebih santai.

Pada hari-hari biasa inilah, Andrek kerap didatangi oleh siswa. Mereka datang untuk belajar sebelum mengikuti lomba-lomba kreativitas. “Ada juga yang hanya studi banding. Kemudian, mahasiswa KKN juga sering belajar ke sini,” beber pria yang di depan rumahnya terdapat sebuah musala itu.

Bagi Andrek, datangnya tamu memang cukup menyita waktu. Akan tetapi, dia merasa senang karena dengan begitu ada banyak orang yang mengenalnya. “Dulu saya membuat dan menjualnya sendiri. Sales sampai ke mana-mana. Alhamdulillah berkat banyak kenal orang, saya sudah tidak keliling lagi,” ucapnya.

Andrek berharap, wabah korona yang melanda Jember dan Indonesia bisa segera berakhir. Sebab, dampak korona diakuinya sangat terasa bagi perajin seperti dirinya. “Semoga cepat selesai dan perekonomian pulih lagi,” pungkasnya.

 

 

 

Jurnalis : Nur Hariri
Fotografer : Nur Hariri
Redaktur : Mahrus Sholih

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Rumah Andrek siang itu tampak sepi. Pintunya terbuka lebar. Seperti tak ada aktivitas. Namun, setelah beberapa kali dipanggil, pria itu pun menampakkan diri dari balik ruang tengah.

“Saya ada di belakang,” kata Andrek berjalan menuju ke ruang tamu, sambil membawa potongan bambu yang telah dipilah menjadi dua bagian.

Dia menyebut, sejak pagi hingga siang itu dirinya fokus membuat tempat stoples. Itu merupakan pesanan orang untuk persiapan Hari Raya Idul Fitri mendatang. “Ada yang pesan 300 papan stoples. Jadi, saya harus cepat menyelesaikan,” katanya.

Beberapa pekan sebelum memasuki Ramadan, menurutnya, memang menjadi momen terbaik bagi perajin bambu. Orderan bisa membuat dirinya dan perajin lain kewalahan. Namun demikian, di masa pandemi ini, orderan tak seramai dulu lagi. “Saya baru dua bulan ini mulai lagi karena sebelumnya sepi,” papar pria anak yang telah bekerja selama 33 tahun di bidang kerajinan bambu itu.

Membuat kerajinan bambu, menurutnya, tidak ada yang sulit. Hanya membutuhkan tingkat ketelitian dan ketekunan yang tinggi. Apalagi, bambu itu dirangkai sesuai keinginan pemesan. Dalam membuat kerajinan bambu, ada banyak jenis yang bisa digarap. Mulai dari hiasan lampu, kotak tisu, rantang, tempat stoples, pengantar lamaran, serta masih banyak lagi.

“Satu jenis kerajinan setidaknya dikerjakan tiga orang. Itu karena setiap bagian dikerjakan orang yang berbeda. Kalau rata-rata, tiga orang dalam sehari mampu menyelesaikan sekitar sepuluh kerajinan,” paparnya.

Pembuatan kerajinan bambu ini pun tak seluruhnya dikerjakan di satu kota. Jika ada pemesanan dengan jumlah besar, maka para perajin bekerja sama untuk membuatnya. “Sampai Banyuwangi juga yang mengerjakan,” tutur Andrek.

Nah, jika menjelang puasa hingga mendekati hari raya sangat sibuk. Namun, Andrek mengaku, setelah memasuki hari-hari biasa aktivitasnya akan kembali normal. Banyak waktu luang untuk dirinya melakukan hal lain dan pekerjaan bisa lebih santai.

Pada hari-hari biasa inilah, Andrek kerap didatangi oleh siswa. Mereka datang untuk belajar sebelum mengikuti lomba-lomba kreativitas. “Ada juga yang hanya studi banding. Kemudian, mahasiswa KKN juga sering belajar ke sini,” beber pria yang di depan rumahnya terdapat sebuah musala itu.

Bagi Andrek, datangnya tamu memang cukup menyita waktu. Akan tetapi, dia merasa senang karena dengan begitu ada banyak orang yang mengenalnya. “Dulu saya membuat dan menjualnya sendiri. Sales sampai ke mana-mana. Alhamdulillah berkat banyak kenal orang, saya sudah tidak keliling lagi,” ucapnya.

Andrek berharap, wabah korona yang melanda Jember dan Indonesia bisa segera berakhir. Sebab, dampak korona diakuinya sangat terasa bagi perajin seperti dirinya. “Semoga cepat selesai dan perekonomian pulih lagi,” pungkasnya.

 

 

 

Jurnalis : Nur Hariri
Fotografer : Nur Hariri
Redaktur : Mahrus Sholih

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Rumah Andrek siang itu tampak sepi. Pintunya terbuka lebar. Seperti tak ada aktivitas. Namun, setelah beberapa kali dipanggil, pria itu pun menampakkan diri dari balik ruang tengah.

“Saya ada di belakang,” kata Andrek berjalan menuju ke ruang tamu, sambil membawa potongan bambu yang telah dipilah menjadi dua bagian.

Dia menyebut, sejak pagi hingga siang itu dirinya fokus membuat tempat stoples. Itu merupakan pesanan orang untuk persiapan Hari Raya Idul Fitri mendatang. “Ada yang pesan 300 papan stoples. Jadi, saya harus cepat menyelesaikan,” katanya.

Beberapa pekan sebelum memasuki Ramadan, menurutnya, memang menjadi momen terbaik bagi perajin bambu. Orderan bisa membuat dirinya dan perajin lain kewalahan. Namun demikian, di masa pandemi ini, orderan tak seramai dulu lagi. “Saya baru dua bulan ini mulai lagi karena sebelumnya sepi,” papar pria anak yang telah bekerja selama 33 tahun di bidang kerajinan bambu itu.

Membuat kerajinan bambu, menurutnya, tidak ada yang sulit. Hanya membutuhkan tingkat ketelitian dan ketekunan yang tinggi. Apalagi, bambu itu dirangkai sesuai keinginan pemesan. Dalam membuat kerajinan bambu, ada banyak jenis yang bisa digarap. Mulai dari hiasan lampu, kotak tisu, rantang, tempat stoples, pengantar lamaran, serta masih banyak lagi.

“Satu jenis kerajinan setidaknya dikerjakan tiga orang. Itu karena setiap bagian dikerjakan orang yang berbeda. Kalau rata-rata, tiga orang dalam sehari mampu menyelesaikan sekitar sepuluh kerajinan,” paparnya.

Pembuatan kerajinan bambu ini pun tak seluruhnya dikerjakan di satu kota. Jika ada pemesanan dengan jumlah besar, maka para perajin bekerja sama untuk membuatnya. “Sampai Banyuwangi juga yang mengerjakan,” tutur Andrek.

Nah, jika menjelang puasa hingga mendekati hari raya sangat sibuk. Namun, Andrek mengaku, setelah memasuki hari-hari biasa aktivitasnya akan kembali normal. Banyak waktu luang untuk dirinya melakukan hal lain dan pekerjaan bisa lebih santai.

Pada hari-hari biasa inilah, Andrek kerap didatangi oleh siswa. Mereka datang untuk belajar sebelum mengikuti lomba-lomba kreativitas. “Ada juga yang hanya studi banding. Kemudian, mahasiswa KKN juga sering belajar ke sini,” beber pria yang di depan rumahnya terdapat sebuah musala itu.

Bagi Andrek, datangnya tamu memang cukup menyita waktu. Akan tetapi, dia merasa senang karena dengan begitu ada banyak orang yang mengenalnya. “Dulu saya membuat dan menjualnya sendiri. Sales sampai ke mana-mana. Alhamdulillah berkat banyak kenal orang, saya sudah tidak keliling lagi,” ucapnya.

Andrek berharap, wabah korona yang melanda Jember dan Indonesia bisa segera berakhir. Sebab, dampak korona diakuinya sangat terasa bagi perajin seperti dirinya. “Semoga cepat selesai dan perekonomian pulih lagi,” pungkasnya.

 

 

 

Jurnalis : Nur Hariri
Fotografer : Nur Hariri
Redaktur : Mahrus Sholih

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca