23.5 C
Jember
Saturday, 25 March 2023

Waktu Senggang Berjualan, Bikin Miniatur Kendaraan

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Menunggu adalah hal yang membosankan. Pengalaman seperti itu dirasakan oleh banyak warga. Termasuk Anang Pujiarto, sang penjual kerupuk yang mangkal di depan Pasar Sabtuan, Kelurahan Tegalbesar, Kecamatan Kaliwates. Tapi, itu dialaminya telah lama. Sekitar empat tahun lalu. Sekarang, rasa bosan itu seakan hilang berkat kesibukannya yang semakin bertambah.

Anang memang seorang penjual kerupuk yang digoreng sendiri bersama istri tercintanya di rumah. Bertahun-tahun lamanya dia berjualan kerupuk hingga memiliki tiga anak. Pria 42 tahun itu pun hingga kini tetap bertahan menjadi penjual makanan renyah itu. “Rumah saya di Perumahan Taman Gading. Setiap hari saya jual kerupuk di pasar,” ucapnya.

Di tengah kesibukannya berjualan kerupuk, empat tahun lalu, putra Anang meminta mobil-mobilan. Permintaan itu lantaran anaknya melihat temannya memiliki mobil mainan. Karena harganya cukup mahal, Anang pun menyampaikan akan membuatkan mobil-mobilan sendiri. “Tahun 2017 saat anak saya minta, akhirnya saya buat pakai kardus. Karena saya jualan kerupuk, saya bikin sambil menunggu pembeli,” katanya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Tekad untuk memenuhi keinginan si buah hati, kontan dilihat banyak orang. Ternyata, begitu mobil-mobilan itu setengah jadi, ada seorang konsumen yang tiba-tiba memesan miniatur kendaraan tersebut. “Akhirnya pada hari itu saya langsung putuskan buat dua miniatur kendaraan,” ulasnya.

Setelah dua kendaraan milik anaknya dan pesanan orang diselesaikan, Anang pun berpikir ada hikmah di balik membuat mobil-mobilan untuk anaknya. Tanpa berpikir panjang, dia terus memproduksi miniatur kendaraan tersebut. Bahkan pilihannya semakin banyak. Ada miniatur motor, mobil-mobilan, rumah-rumahan, masjid, serta miniatur yang lain. “Pokoknya semua miniatur. Alhamdulillah, ini sudah empat tahun berjalan,” ungkapnya.

Dalam karyanya, Anang yang awalnya hanya iseng membuatkan si buah hati, kini sudah cukup mahir dan dikenal. Karyanya lebih pada miniatur kendaraan sepeda motor dan mobil-mobilan yang dapat dikoleksi. Alhasil, pembelinya bukan saja kalangan anak-anak, namun banyak juga orang dewasa. “Jadi, orang-orang dewasa yang membeli banyak untuk koleksi. Anak-anak pun tetap banyak yang suka,” ujarnya.

Sambil menunggu pembeli kerupuk, Anang menyebut, miniatur kendaraan yang dia bikin terus berkembang. Kini, kerangka detail pada bagian-bagian kendaraan dibikin semirip mungkin. Tak heran jika pembuatan miniatur kendaraan membutuhkan waktu antara dua sampai delapan hari. “Bikin miniatur sepeda motor Ninja, saya butuh waktu delapan hari, karena cukup detail dan bagus untuk koleksi,” tuturnya.

Mengenai harga dari karya tangan Anang, tergolong merakyat. Sebab, semua jenis miniatur kendaraan maupun rumah-rumahan dibuat menggunakan bahan bekas. Yaitu kardus, potongan bambu, serta barang bekas lain. “Kardusnya dari wadah bekas pedagang buah di samping saya jualan kerupuk. Jadi, bahan yang baru hanya cat dan lem,” urainya.

Berkat kesibukannya itulah, rasa jenuh menunggu pembeli kerupuk kini telah sirna. Saat tidak ada pembeli, dirinya sibuk membuat miniatur kendaraan. Saat ada pembeli kerupuk, dia pun menyempatkan diri untuk menawarkan mainan sepeda motor, juga mobil-mobilan. “Di rumah juga menjadi inspirasi bagi anak-anak muda bahwa barang bekas pun masih punya nilai ekonomis,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Nur Hariri
Fotografer : Dwi Siswanto
Redaktur : Mahrus Sholih

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Menunggu adalah hal yang membosankan. Pengalaman seperti itu dirasakan oleh banyak warga. Termasuk Anang Pujiarto, sang penjual kerupuk yang mangkal di depan Pasar Sabtuan, Kelurahan Tegalbesar, Kecamatan Kaliwates. Tapi, itu dialaminya telah lama. Sekitar empat tahun lalu. Sekarang, rasa bosan itu seakan hilang berkat kesibukannya yang semakin bertambah.

Anang memang seorang penjual kerupuk yang digoreng sendiri bersama istri tercintanya di rumah. Bertahun-tahun lamanya dia berjualan kerupuk hingga memiliki tiga anak. Pria 42 tahun itu pun hingga kini tetap bertahan menjadi penjual makanan renyah itu. “Rumah saya di Perumahan Taman Gading. Setiap hari saya jual kerupuk di pasar,” ucapnya.

Di tengah kesibukannya berjualan kerupuk, empat tahun lalu, putra Anang meminta mobil-mobilan. Permintaan itu lantaran anaknya melihat temannya memiliki mobil mainan. Karena harganya cukup mahal, Anang pun menyampaikan akan membuatkan mobil-mobilan sendiri. “Tahun 2017 saat anak saya minta, akhirnya saya buat pakai kardus. Karena saya jualan kerupuk, saya bikin sambil menunggu pembeli,” katanya.

Tekad untuk memenuhi keinginan si buah hati, kontan dilihat banyak orang. Ternyata, begitu mobil-mobilan itu setengah jadi, ada seorang konsumen yang tiba-tiba memesan miniatur kendaraan tersebut. “Akhirnya pada hari itu saya langsung putuskan buat dua miniatur kendaraan,” ulasnya.

Setelah dua kendaraan milik anaknya dan pesanan orang diselesaikan, Anang pun berpikir ada hikmah di balik membuat mobil-mobilan untuk anaknya. Tanpa berpikir panjang, dia terus memproduksi miniatur kendaraan tersebut. Bahkan pilihannya semakin banyak. Ada miniatur motor, mobil-mobilan, rumah-rumahan, masjid, serta miniatur yang lain. “Pokoknya semua miniatur. Alhamdulillah, ini sudah empat tahun berjalan,” ungkapnya.

Dalam karyanya, Anang yang awalnya hanya iseng membuatkan si buah hati, kini sudah cukup mahir dan dikenal. Karyanya lebih pada miniatur kendaraan sepeda motor dan mobil-mobilan yang dapat dikoleksi. Alhasil, pembelinya bukan saja kalangan anak-anak, namun banyak juga orang dewasa. “Jadi, orang-orang dewasa yang membeli banyak untuk koleksi. Anak-anak pun tetap banyak yang suka,” ujarnya.

Sambil menunggu pembeli kerupuk, Anang menyebut, miniatur kendaraan yang dia bikin terus berkembang. Kini, kerangka detail pada bagian-bagian kendaraan dibikin semirip mungkin. Tak heran jika pembuatan miniatur kendaraan membutuhkan waktu antara dua sampai delapan hari. “Bikin miniatur sepeda motor Ninja, saya butuh waktu delapan hari, karena cukup detail dan bagus untuk koleksi,” tuturnya.

Mengenai harga dari karya tangan Anang, tergolong merakyat. Sebab, semua jenis miniatur kendaraan maupun rumah-rumahan dibuat menggunakan bahan bekas. Yaitu kardus, potongan bambu, serta barang bekas lain. “Kardusnya dari wadah bekas pedagang buah di samping saya jualan kerupuk. Jadi, bahan yang baru hanya cat dan lem,” urainya.

Berkat kesibukannya itulah, rasa jenuh menunggu pembeli kerupuk kini telah sirna. Saat tidak ada pembeli, dirinya sibuk membuat miniatur kendaraan. Saat ada pembeli kerupuk, dia pun menyempatkan diri untuk menawarkan mainan sepeda motor, juga mobil-mobilan. “Di rumah juga menjadi inspirasi bagi anak-anak muda bahwa barang bekas pun masih punya nilai ekonomis,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Nur Hariri
Fotografer : Dwi Siswanto
Redaktur : Mahrus Sholih

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Menunggu adalah hal yang membosankan. Pengalaman seperti itu dirasakan oleh banyak warga. Termasuk Anang Pujiarto, sang penjual kerupuk yang mangkal di depan Pasar Sabtuan, Kelurahan Tegalbesar, Kecamatan Kaliwates. Tapi, itu dialaminya telah lama. Sekitar empat tahun lalu. Sekarang, rasa bosan itu seakan hilang berkat kesibukannya yang semakin bertambah.

Anang memang seorang penjual kerupuk yang digoreng sendiri bersama istri tercintanya di rumah. Bertahun-tahun lamanya dia berjualan kerupuk hingga memiliki tiga anak. Pria 42 tahun itu pun hingga kini tetap bertahan menjadi penjual makanan renyah itu. “Rumah saya di Perumahan Taman Gading. Setiap hari saya jual kerupuk di pasar,” ucapnya.

Di tengah kesibukannya berjualan kerupuk, empat tahun lalu, putra Anang meminta mobil-mobilan. Permintaan itu lantaran anaknya melihat temannya memiliki mobil mainan. Karena harganya cukup mahal, Anang pun menyampaikan akan membuatkan mobil-mobilan sendiri. “Tahun 2017 saat anak saya minta, akhirnya saya buat pakai kardus. Karena saya jualan kerupuk, saya bikin sambil menunggu pembeli,” katanya.

Tekad untuk memenuhi keinginan si buah hati, kontan dilihat banyak orang. Ternyata, begitu mobil-mobilan itu setengah jadi, ada seorang konsumen yang tiba-tiba memesan miniatur kendaraan tersebut. “Akhirnya pada hari itu saya langsung putuskan buat dua miniatur kendaraan,” ulasnya.

Setelah dua kendaraan milik anaknya dan pesanan orang diselesaikan, Anang pun berpikir ada hikmah di balik membuat mobil-mobilan untuk anaknya. Tanpa berpikir panjang, dia terus memproduksi miniatur kendaraan tersebut. Bahkan pilihannya semakin banyak. Ada miniatur motor, mobil-mobilan, rumah-rumahan, masjid, serta miniatur yang lain. “Pokoknya semua miniatur. Alhamdulillah, ini sudah empat tahun berjalan,” ungkapnya.

Dalam karyanya, Anang yang awalnya hanya iseng membuatkan si buah hati, kini sudah cukup mahir dan dikenal. Karyanya lebih pada miniatur kendaraan sepeda motor dan mobil-mobilan yang dapat dikoleksi. Alhasil, pembelinya bukan saja kalangan anak-anak, namun banyak juga orang dewasa. “Jadi, orang-orang dewasa yang membeli banyak untuk koleksi. Anak-anak pun tetap banyak yang suka,” ujarnya.

Sambil menunggu pembeli kerupuk, Anang menyebut, miniatur kendaraan yang dia bikin terus berkembang. Kini, kerangka detail pada bagian-bagian kendaraan dibikin semirip mungkin. Tak heran jika pembuatan miniatur kendaraan membutuhkan waktu antara dua sampai delapan hari. “Bikin miniatur sepeda motor Ninja, saya butuh waktu delapan hari, karena cukup detail dan bagus untuk koleksi,” tuturnya.

Mengenai harga dari karya tangan Anang, tergolong merakyat. Sebab, semua jenis miniatur kendaraan maupun rumah-rumahan dibuat menggunakan bahan bekas. Yaitu kardus, potongan bambu, serta barang bekas lain. “Kardusnya dari wadah bekas pedagang buah di samping saya jualan kerupuk. Jadi, bahan yang baru hanya cat dan lem,” urainya.

Berkat kesibukannya itulah, rasa jenuh menunggu pembeli kerupuk kini telah sirna. Saat tidak ada pembeli, dirinya sibuk membuat miniatur kendaraan. Saat ada pembeli kerupuk, dia pun menyempatkan diri untuk menawarkan mainan sepeda motor, juga mobil-mobilan. “Di rumah juga menjadi inspirasi bagi anak-anak muda bahwa barang bekas pun masih punya nilai ekonomis,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Nur Hariri
Fotografer : Dwi Siswanto
Redaktur : Mahrus Sholih

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca