JEMBER, RADARJEMBER.ID – Gema suara takbir bersahutan pagi itu, Kamis (13/5). Banyak orang terlihat berbondong-bondong menuju ke salah satu masjid di sekitar kampus Universitas Jember (Unej). Salah satunya kalangan pemuda yang tak lain adalah mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi di Jember.
Berpakaian khas daerah, mereka menuju masjid untuk menunaikan salat Idul Fitri. Kendati bukan pakaian baru, sepertinya hal itu tak jadi masalah. Mereka seperti memiliki cara lain dalam memaknai Idul Fitri. “Kami jauh dari keluarga dan kampung halaman. Bisa kumpul silaturahmi seperti ini sudah cukup,” kata Maruwan Wanni, salah satu dari rombongan mahasiswa itu.
Rupanya, para mahasiswa itu berasal dari Himpunan Mahasiswa Pattani di Indonesia (HMPI) Jember. Sejak pandemi 2020 lalu, mahasiswa yang berasal dari wilayah selatan Thailand yang didominasi masyarakat muslim itu sudah dua kali merayakan Lebaran di perantauan. Mereka tidak bisa pulang kampung dan berkumpul bersama keluarganya.
Biasanya, kata Maruwan, mereka balik ke kampung halaman. Ongkos pesawat sekali jalan ke Pattani juga terjangkau, sekitar Rp 1-2 juta. Namun sejak pandemi, mereka sudah tidak mudik. Selain karena alasan pembatasan, juga lantara ongkosnya jauh lebih mahal. Sampai Rp 8 jutaan sekali jalan. “Untuk biaya kuliah, itu sudah berapa semester?” ucapnya, membandingkan.
Para mahasiswa ini pun tidak memiliki banyak pilihan saat Lebaran. Meski kerap terkepung rindu suasana kampung halaman dan keluarga di rumah, tapi mereka seperti tidak ada pilihan lain. Untuk mengobati kangen itu, salah satu yang dilakukan adalah merayakan Lebaran bersama teman-teman seperantauan di Jember. “Mereka teman-teman kami. Sudah seperti saudara sendiri,” imbuhnya.
Usai salat Idul Fitri, mereka tak bergegas pulang. Di sekitar area masjid, para mahasiswa ini berbaur dengan orang-orang lain di masjid itu. Seperti ikut tradisi halalbihalal atau saling maaf-memaafkan.
Tak hanya kepada orang-orang, antarsesama kawan seperantauan, mereka juga melakukan hal serupa. Sekitar 40-an mahasiswa anggota HMPI Jember yang berasal dari berbagai kampus, seperti IAIN Jember, Universitas Muhammadiyah Jember, Unej, Universitas Islam Jember (UIJ), dan beberapa kampus lainnya di Jember. “Setelah halalbihalal itu, kami makan bareng,” terang Maruwan, yang juga Sekretaris HMPI Jember.
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UM Jember itu juga menceritakan bedanya nuansa Lebaran di Pattani dan di Jember. Jika di Thailand, banyak daerah jujukan yang bisa mereka datangi. Namun, kalau di Jember, hanya beberapa saja. Meski begitu, soal tradisi, baik di Pattani maupun Jember, tidak jauh berbeda. Yakni sama-sama ada tradisi berkunjung ke rumah keluarga atau sejenis mudik. “Yang pasti pertama kami datangi adalah kosan dan kontrakan teman-teman kami. Sekitaran Jember,” jelasnya.
Selepas salat Id, mereka tak hanya makan bareng, tapi juga dilanjut dengan kongkow bareng teman seperjuangan. Ketua HMPI Jember Anwar Yusoh menambahkan, selain kegiatan makan bareng, para anggotanya itu juga mengadakan panggung budaya, tepat H+1 Lebaran, di salah satu kontrakan di kawasan Perumahan Gunung Batu, Sumbersari.
Di sana, kata Anwar, para mahasiswa Thailand ini menggelar orasi, membaca puisi, bernyanyi bersama, dan tukar hadiah dengan maksud untuk merekatkan solidaritas di antara mereka. Panggung itu terasa seperti tempat mereka menuangkan segala kerinduannya tentang keluarga dan kampung halaman. “Jika dibandingkan sebelum pandemi, tentu lebih meriah. Namun Lebaran kali ini, kami masih bisa merayakannya dengan khidmat,” ucap mahasiswa Fakultas Ekonomi Unej ini.
Selain itu, tak banyak agenda yang mereka jadwalkan. Namun, beberapa ajaran dan tradisi yang juga berkembang di Jember, juga mereka jalankan hingga hari ini. Baginya, ajaran seperti itu juga berjalan di Pattani. Salah satunya seperti berpuasa hingga hari ketujuh Lebaran, atau tepat saat Lebaran Ketupat. “Kami juga berziarah ke makam tokoh dan ulama-ulama di Jember. Salah satunya Makam KH Muhammad Shiddiq, Kaliwates,” terang Anwar.
Baginya, ziarah makam itu menjadi salah satu tradisi yang cukup kuat di daerah Pattani saat Lebaran. Sehingga, meski Lebaran dan jauh dari keluarga, mereka tetap bisa merayakan Idul Fitri dengan nuansa seperti di kampung halaman. Yakni dengan mendatangi tempat tinggal kawan seperjuangan dan menziarahi makam para ulama.
Kini, para pejuang toga asal negeri seberang ini masih menjalankan berbagai rutinitasnya. Kuliah. Mereka juga kerap menggelar pertemuan rutin antaranggota. Harapannya sama, Lebaran bagi mereka akan tetap menjadi momen yang paling ditunggu. “Semoga teman-teman sukses semua, dan pandemi segera berlalu,” pungkasnya.
Jurnalis : Maulana
Fotografer : Istimewa
Redaktur : Mahrus Sholih