21.2 C
Jember
Wednesday, 31 May 2023

Sempat Digulung Ombak, Selamatkan Tiga Teman karena Bisa Berenang

Cerita Feri, Korban Selamat Ritual Maut Pantai Payangan

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER.RADARJEMBER.ID- Petaka yang terjadi di Pantai Payangan kemarin, ada korban yang berjibaku menyelamatkan dirinya dan membantu korban lainnya. Berkat aksi heroiknya itu, tiga orang terselamatkan dengan bantuan tangan, dan satu orang dengan bantuan kakinya.

Kaos hitam pendek berlambangkan Garuda itu terlihat mulai mengering. Dengan lengan kiri masih tertancap jarum infus, Feri terlihat beberapa kali mual-mual, sambil memegangi bagian perutnya karena menahan sakit. Dia mengaku saat digulung ombak, tubuhnya terpental-pental karena dihantam pasir dan karang di sekitar Gunung Samboja, Pantai Payangan.

Wajahnya muram dan lemas terlihat jelas pada raut pemuda bernama lengkap M Feri Luhur Febrianto, warga Jalan Ahmad yani Gg Veteran, Kelurahan Kepatihan, Kaliwates ini. Dia menjadi salah satu korban selamat saat mengikuti ritual yang menewaskan 11 orang dini hari kemarin. “Beruntung, saya bisa selamat,” aku pemuda 20 tahun ini saat ditemui Jawa Pos Radar Jember, kemarin.

Mobile_AP_Rectangle 2

Suasana ruang IGD Puskesmas Ambulu saat itu masih diselimuti duka. Feri juga dirawat di sana. Dia juga tidak henti-hentinya memandangi korban lainnya yang saat itu juga mendapat perawatan. Dia terlihat seperti tidak habis pikir, meratapi petaka yang baru saja dialaminya.

Feri menceritakan, bagaimana kejadian itu bisa menimpa dirinya dan teman-temannya. Ketika dia berada di bibir pantai, semua orang tidak menyadari bahwa saat itu akan ada ombak besar. Termasuk Feri. “Karena semua fokus menenangkan diri, termasuk saya,” akunya.

Namun beberapa saat setelah itu, dia dan teman-temannya seketika dihantam ombak besar, Feri mengaku masih sempat mengelak, melawan arus ombak. Namun kuatnya arus ombak itu membuat perlawanannya buyar, Feri pun ikut digulung ombak. “Saya dilemparkan ombak, sampai menghantam pasir dan batu-batu karang,” kata Feri, sambil menunjukkan luka di bagian hidung dan lengannya yang lecet-lecet.

Beruntungnya Feri mengaku bisa berenang. Saat dia mencoba melawan arus dengan berenang itu, tanpa sengaja anggota lainnya yang juga digulung ombak, berada di satu arus dengan Feri. Sehingga dia dan ketiga orang lainnya disapu ombak, terpelanting kesana-kemari secara bersamaan. “Saya tarik tiga orang anggota itu, tiga sekaligus bisa saya pegangi hingga berhasil ke tepi pantai,” aku Feri. “Saat hendak ke tepian pantai, ada satu orang yang juga memegang kaki saya, jadi dia juga selamat,” katanya, melanjutkan.

Feri mengaku tidak mengetahui persis siapa tiga orang yang diselamatkannya itu. Namun untuk korban yang memegangi kaki Feri, dia meyakini itu adalah Bintang. “Dia memegang kaki saya yang luka kena batu karang,” sambung Feri meyakinkan sambil menunjukkan bekas luka lecet di kakinya.

Di sela-sela ceritanya itu, Feri memanggil anggota keluarganya yang saat itu berada di luar ruangan IGD Puskesmas. Dia meminta makanan karena mengaku perutnya sakit atau sekedar mengganjal rasa laparnya. Saudaranya yang mendengar permintaan Feri, memberikan makanan. Dengan posisi sambil berbaring, Feri memasukkan makanan itu, meskipun hanya berupa seiris roti saja.

Dia melanjutkan, Feri mengaku memang sengaja mengikuti ritual itu. Tujuannya sepintas terlihat sederhana. “Saya ingin menenangkan diri saja, sebelumnya, tubuh saya ini gemuk tetapi setelah ikut ritual, tubuh saya jadi kurus. Saya memang niat untuk menguruskan badan,” aku Feri. (*)

 

Reporter: Jumai-Maulana

Fotografer: Jumai

Editor: Mahrus Sholih

 

- Advertisement -

JEMBER.RADARJEMBER.ID- Petaka yang terjadi di Pantai Payangan kemarin, ada korban yang berjibaku menyelamatkan dirinya dan membantu korban lainnya. Berkat aksi heroiknya itu, tiga orang terselamatkan dengan bantuan tangan, dan satu orang dengan bantuan kakinya.

Kaos hitam pendek berlambangkan Garuda itu terlihat mulai mengering. Dengan lengan kiri masih tertancap jarum infus, Feri terlihat beberapa kali mual-mual, sambil memegangi bagian perutnya karena menahan sakit. Dia mengaku saat digulung ombak, tubuhnya terpental-pental karena dihantam pasir dan karang di sekitar Gunung Samboja, Pantai Payangan.

Wajahnya muram dan lemas terlihat jelas pada raut pemuda bernama lengkap M Feri Luhur Febrianto, warga Jalan Ahmad yani Gg Veteran, Kelurahan Kepatihan, Kaliwates ini. Dia menjadi salah satu korban selamat saat mengikuti ritual yang menewaskan 11 orang dini hari kemarin. “Beruntung, saya bisa selamat,” aku pemuda 20 tahun ini saat ditemui Jawa Pos Radar Jember, kemarin.

Suasana ruang IGD Puskesmas Ambulu saat itu masih diselimuti duka. Feri juga dirawat di sana. Dia juga tidak henti-hentinya memandangi korban lainnya yang saat itu juga mendapat perawatan. Dia terlihat seperti tidak habis pikir, meratapi petaka yang baru saja dialaminya.

Feri menceritakan, bagaimana kejadian itu bisa menimpa dirinya dan teman-temannya. Ketika dia berada di bibir pantai, semua orang tidak menyadari bahwa saat itu akan ada ombak besar. Termasuk Feri. “Karena semua fokus menenangkan diri, termasuk saya,” akunya.

Namun beberapa saat setelah itu, dia dan teman-temannya seketika dihantam ombak besar, Feri mengaku masih sempat mengelak, melawan arus ombak. Namun kuatnya arus ombak itu membuat perlawanannya buyar, Feri pun ikut digulung ombak. “Saya dilemparkan ombak, sampai menghantam pasir dan batu-batu karang,” kata Feri, sambil menunjukkan luka di bagian hidung dan lengannya yang lecet-lecet.

Beruntungnya Feri mengaku bisa berenang. Saat dia mencoba melawan arus dengan berenang itu, tanpa sengaja anggota lainnya yang juga digulung ombak, berada di satu arus dengan Feri. Sehingga dia dan ketiga orang lainnya disapu ombak, terpelanting kesana-kemari secara bersamaan. “Saya tarik tiga orang anggota itu, tiga sekaligus bisa saya pegangi hingga berhasil ke tepi pantai,” aku Feri. “Saat hendak ke tepian pantai, ada satu orang yang juga memegang kaki saya, jadi dia juga selamat,” katanya, melanjutkan.

Feri mengaku tidak mengetahui persis siapa tiga orang yang diselamatkannya itu. Namun untuk korban yang memegangi kaki Feri, dia meyakini itu adalah Bintang. “Dia memegang kaki saya yang luka kena batu karang,” sambung Feri meyakinkan sambil menunjukkan bekas luka lecet di kakinya.

Di sela-sela ceritanya itu, Feri memanggil anggota keluarganya yang saat itu berada di luar ruangan IGD Puskesmas. Dia meminta makanan karena mengaku perutnya sakit atau sekedar mengganjal rasa laparnya. Saudaranya yang mendengar permintaan Feri, memberikan makanan. Dengan posisi sambil berbaring, Feri memasukkan makanan itu, meskipun hanya berupa seiris roti saja.

Dia melanjutkan, Feri mengaku memang sengaja mengikuti ritual itu. Tujuannya sepintas terlihat sederhana. “Saya ingin menenangkan diri saja, sebelumnya, tubuh saya ini gemuk tetapi setelah ikut ritual, tubuh saya jadi kurus. Saya memang niat untuk menguruskan badan,” aku Feri. (*)

 

Reporter: Jumai-Maulana

Fotografer: Jumai

Editor: Mahrus Sholih

 

JEMBER.RADARJEMBER.ID- Petaka yang terjadi di Pantai Payangan kemarin, ada korban yang berjibaku menyelamatkan dirinya dan membantu korban lainnya. Berkat aksi heroiknya itu, tiga orang terselamatkan dengan bantuan tangan, dan satu orang dengan bantuan kakinya.

Kaos hitam pendek berlambangkan Garuda itu terlihat mulai mengering. Dengan lengan kiri masih tertancap jarum infus, Feri terlihat beberapa kali mual-mual, sambil memegangi bagian perutnya karena menahan sakit. Dia mengaku saat digulung ombak, tubuhnya terpental-pental karena dihantam pasir dan karang di sekitar Gunung Samboja, Pantai Payangan.

Wajahnya muram dan lemas terlihat jelas pada raut pemuda bernama lengkap M Feri Luhur Febrianto, warga Jalan Ahmad yani Gg Veteran, Kelurahan Kepatihan, Kaliwates ini. Dia menjadi salah satu korban selamat saat mengikuti ritual yang menewaskan 11 orang dini hari kemarin. “Beruntung, saya bisa selamat,” aku pemuda 20 tahun ini saat ditemui Jawa Pos Radar Jember, kemarin.

Suasana ruang IGD Puskesmas Ambulu saat itu masih diselimuti duka. Feri juga dirawat di sana. Dia juga tidak henti-hentinya memandangi korban lainnya yang saat itu juga mendapat perawatan. Dia terlihat seperti tidak habis pikir, meratapi petaka yang baru saja dialaminya.

Feri menceritakan, bagaimana kejadian itu bisa menimpa dirinya dan teman-temannya. Ketika dia berada di bibir pantai, semua orang tidak menyadari bahwa saat itu akan ada ombak besar. Termasuk Feri. “Karena semua fokus menenangkan diri, termasuk saya,” akunya.

Namun beberapa saat setelah itu, dia dan teman-temannya seketika dihantam ombak besar, Feri mengaku masih sempat mengelak, melawan arus ombak. Namun kuatnya arus ombak itu membuat perlawanannya buyar, Feri pun ikut digulung ombak. “Saya dilemparkan ombak, sampai menghantam pasir dan batu-batu karang,” kata Feri, sambil menunjukkan luka di bagian hidung dan lengannya yang lecet-lecet.

Beruntungnya Feri mengaku bisa berenang. Saat dia mencoba melawan arus dengan berenang itu, tanpa sengaja anggota lainnya yang juga digulung ombak, berada di satu arus dengan Feri. Sehingga dia dan ketiga orang lainnya disapu ombak, terpelanting kesana-kemari secara bersamaan. “Saya tarik tiga orang anggota itu, tiga sekaligus bisa saya pegangi hingga berhasil ke tepi pantai,” aku Feri. “Saat hendak ke tepian pantai, ada satu orang yang juga memegang kaki saya, jadi dia juga selamat,” katanya, melanjutkan.

Feri mengaku tidak mengetahui persis siapa tiga orang yang diselamatkannya itu. Namun untuk korban yang memegangi kaki Feri, dia meyakini itu adalah Bintang. “Dia memegang kaki saya yang luka kena batu karang,” sambung Feri meyakinkan sambil menunjukkan bekas luka lecet di kakinya.

Di sela-sela ceritanya itu, Feri memanggil anggota keluarganya yang saat itu berada di luar ruangan IGD Puskesmas. Dia meminta makanan karena mengaku perutnya sakit atau sekedar mengganjal rasa laparnya. Saudaranya yang mendengar permintaan Feri, memberikan makanan. Dengan posisi sambil berbaring, Feri memasukkan makanan itu, meskipun hanya berupa seiris roti saja.

Dia melanjutkan, Feri mengaku memang sengaja mengikuti ritual itu. Tujuannya sepintas terlihat sederhana. “Saya ingin menenangkan diri saja, sebelumnya, tubuh saya ini gemuk tetapi setelah ikut ritual, tubuh saya jadi kurus. Saya memang niat untuk menguruskan badan,” aku Feri. (*)

 

Reporter: Jumai-Maulana

Fotografer: Jumai

Editor: Mahrus Sholih

 

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca