JEMBER, RADARJEMBER.ID – Dari tampilan bangunan di Perumahan Graha Citra Mas blok B-12, Kelurahan Tegalbesar, Kecamatan Kaliwates, orang langsung bisa menebak bila sang pemilik rumah memiliki darah seni. Rumah yang didominasi cat warna kuning keemasan itu tampilannya cukup nyentrik. Sebab, di lantai dua rumah terpasang sebuah dokar, sarana transportasi tempo dulu.
“Saya belinya di Kecamatan Kalisat. Sebenarnya dokar ini cuma sebagai tetenger untuk memudahkan orang menemukan rumahku. Karena di sini hanya ada satu rumah yang terdapat hiasan dokar,” kelakar Hartono, membuka percakapan ketika Jawa Pos Radar Jember mengunjungi rumahnya, belum lama ini.
Rupanya, darah seni ayah tiga anak ini tak hanya diwujudkan dalam dekorasi rumahnya, tapi juga disalurkan melalui hobinya. Ya, Hartono adalah seorang kolektor benda antik dan kuno. Bahkan, dia memiliki ruangan khusus berukuran 4×5 meter yang berisikan barang antik. Mulai dari radio buatan tahun 1830 hingga buku tentang konstruksi bangunan berbahasa Belanda terbitan tahun 1911.
“Radio koleksiku masih bisa didengarkan dan pernah ditawar orang, termasuk buku kuno ini. Berkali-kali ditawar orang, tapi aku berat bila benda-benda bersejarah ini berpindah tangan,” imbuh lelaki kelahiran Jember, 17 Agustus 1976, itu.
Ruangan sempit itu tampak dipenuhi barang-barang lawas. Oleh pria yang lahir di Desa Suco, Kecamatan Mumbulsari, ini ruangan itu difungsikan untuk menaruh 18 radio jadul dengan beragam ukuran, dan beberapa buku berbahasa Belanda.
Tak hanya itu, di ruangan yang sama, suami Anik Nur Rahmawati tersebut juga memiliki koleksi barang antik lain. Seperti sepeda, mesin telepon, samurai, senapan, jam beker, jam dinding, mesin jahit, serta berbagai patung. Dibantu sang istri, dia setiap hari tidak pernah lupa membersihkan isi ruangan tersebut agar tidak berdebu. “Untung istriku memiliki kecintaan pula terhadap benda-benda kuno ini. Jadi, untuk membersihkan ruangan ini tidak terlampau berat,” ungkapnya.
Meski hobinya ini sudah ada sejak usia sekolah, tapi kegemaran mengumpulkan benda bersejarah itu semakin getol dilakukan Hartono ketika ia menetap di Kediri, awal 2000 lalu. Apalagi di kota itu, dulu pernah berdiri kerajaan sehingga dirinya tidak susah memperoleh benda-benda peninggalan yang bersejarah. Hartono pun mulai berburu benda antik untuk memenuhi keinginannya sebagai kolektor. Mulai mendatangi langsung pemilik barang kuno, hingga melibatkan teman dan saudara untuk mendapatkan benda tersebut. “Butuh dana tidak sedikit untuk bisa mendapatkan puluhan barang antik. Bagiku, itu sudah risiko seorang kolektor,” terangnya.
Ketika sudah berada di ruangan mirip museum itu, Hartono mengaku betah. Dia sampai menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk merawat benda-benda tersebut. Bahkan, dirinya sampai menganggap benda-benda tersebut sebagai istri kedua.