22.4 C
Jember
Wednesday, 31 May 2023

Sebelum Meninggal, Remaja ini Cium Tangan Ibu

Remaja 18 Tahun Ditemukan Gantung Diri

Mobile_AP_Rectangle 1

KLUNGKUNG, RADARJEMBER.ID – Arniyati tidak curiga ketika anaknya, Muhammad Akbar Setyawan, mendadak mencium tangannya. Perempuan 44 tahun tersebut menganggap apa yang dilakukan oleh putranya tersebut sebagai bentuk permintaan maaf. Sebab, malam sebelumnya, pemuda 18 tahun ini mengamuk hingga memecahkan meja kaca di rumahnya. Sampai-sampai lengan kiri remaja itu mengalami luka sayatan.

Dalam pertemuan itu, keduanya juga sempat mengobrol. Sumber Jawa Pos Radar Jember di lokasi, Dusun Gendir, Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi, menyebutkan, dialog antara anak dan ibu itu menyinggung soal peristiwa malam sebelumnya saat sang anak memecahkan meja kaca. Sang ibu menanyakan alasan putranya itu mengamuk, kemudian menasihati agar tidak melakukan perbuatan itu lagi.

Namun, nasihat itu justru memantik emosi korban. Dia tidak melawan ibunya, tapi tiba-tiba berlari keluar rumah sambil membawa tambang. Satuki, ayah sambung korban, yang melihat gelagat anaknya itu, langsung membuntuti dari belakang. Dia merasa ada yang aneh dengan sikap putranya tersebut.

Mobile_AP_Rectangle 2

Ternyata, Satuki kalah cepat. Korban sudah naik ke atas pohon dengan memanjat batu besar di sebelahnya. Saat di lokasi, Satuki melihat korban tergantung. “Saya merasa berdosa karena tidak bisa menyelamatkan anak saya. Seumpama saya bisa mengejar, mungkin tidak terjadi seperti ini,” kata Satuki di depan petugas Polsek Sukorambi dan Tim Inafis Polres Jember, kemarin.

Berdasarkan identitas, korban tercatat sebagai warga Jalan Brigjen Katamso III/4, Desa Mangunharjo, Kecamatan Mayangan. Di Jember, dia tinggal bersama neneknya di Dusun Gendir, Desa Klungkung. Meski begitu, belum diketahui sejak usia berapa korban tinggal bersama neneknya tersebut.

Menurut Satuki, awalnya sikap sang anak baik-baik saja. Perangai putranya itu berubah menjadi pemarah setelah bergabung dengan kelompok kesenian jaranan. Entah apa yang menjadi penyebab. Setelah ikut kelompok jaranan, sang anak menjadi lebih pendiam dan kadang-kadang mengamuk tanpa alasan jelas.

Hal ini juga disampaikan oleh beberapa teman korban yang dulunya sama-sama menjadi anggota grup jaranan. “Saya melihat kondisi korban yang sempat mengamuk dan merusak meja kaca di rumahnya,” kata Aprilia, teman korban asal Kecamatan Panti.

Korban menjadi anggota grup jaranan sekitar setahun lalu. Namun bertahan hanya sebentar, sekitar tujuh bulan. “Saya baru tahu korban nekat gantung diri setelah dihubungi teman yang juga tetangga korban,” kata perempuan bertubuh kurus tersebut sembari menangis.

Sementara itu, Kapolsek Sukorambi AKP Sigit Budiono yang datang ke tempat kejadian perkara (TKP) enggan memberi keterangan. Saat Jawa Pos Radar Jember mewawancarai, dia mengaku tak bisa menyampaikan karena belum laporan ke pimpinan. “Saya juga belum mendapat datanya,” pungkas Sigit.

Reporter : Juma’i

Fotografer : Juma’i

Editor : Mahrus Sholih

 

- Advertisement -

KLUNGKUNG, RADARJEMBER.ID – Arniyati tidak curiga ketika anaknya, Muhammad Akbar Setyawan, mendadak mencium tangannya. Perempuan 44 tahun tersebut menganggap apa yang dilakukan oleh putranya tersebut sebagai bentuk permintaan maaf. Sebab, malam sebelumnya, pemuda 18 tahun ini mengamuk hingga memecahkan meja kaca di rumahnya. Sampai-sampai lengan kiri remaja itu mengalami luka sayatan.

Dalam pertemuan itu, keduanya juga sempat mengobrol. Sumber Jawa Pos Radar Jember di lokasi, Dusun Gendir, Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi, menyebutkan, dialog antara anak dan ibu itu menyinggung soal peristiwa malam sebelumnya saat sang anak memecahkan meja kaca. Sang ibu menanyakan alasan putranya itu mengamuk, kemudian menasihati agar tidak melakukan perbuatan itu lagi.

Namun, nasihat itu justru memantik emosi korban. Dia tidak melawan ibunya, tapi tiba-tiba berlari keluar rumah sambil membawa tambang. Satuki, ayah sambung korban, yang melihat gelagat anaknya itu, langsung membuntuti dari belakang. Dia merasa ada yang aneh dengan sikap putranya tersebut.

Ternyata, Satuki kalah cepat. Korban sudah naik ke atas pohon dengan memanjat batu besar di sebelahnya. Saat di lokasi, Satuki melihat korban tergantung. “Saya merasa berdosa karena tidak bisa menyelamatkan anak saya. Seumpama saya bisa mengejar, mungkin tidak terjadi seperti ini,” kata Satuki di depan petugas Polsek Sukorambi dan Tim Inafis Polres Jember, kemarin.

Berdasarkan identitas, korban tercatat sebagai warga Jalan Brigjen Katamso III/4, Desa Mangunharjo, Kecamatan Mayangan. Di Jember, dia tinggal bersama neneknya di Dusun Gendir, Desa Klungkung. Meski begitu, belum diketahui sejak usia berapa korban tinggal bersama neneknya tersebut.

Menurut Satuki, awalnya sikap sang anak baik-baik saja. Perangai putranya itu berubah menjadi pemarah setelah bergabung dengan kelompok kesenian jaranan. Entah apa yang menjadi penyebab. Setelah ikut kelompok jaranan, sang anak menjadi lebih pendiam dan kadang-kadang mengamuk tanpa alasan jelas.

Hal ini juga disampaikan oleh beberapa teman korban yang dulunya sama-sama menjadi anggota grup jaranan. “Saya melihat kondisi korban yang sempat mengamuk dan merusak meja kaca di rumahnya,” kata Aprilia, teman korban asal Kecamatan Panti.

Korban menjadi anggota grup jaranan sekitar setahun lalu. Namun bertahan hanya sebentar, sekitar tujuh bulan. “Saya baru tahu korban nekat gantung diri setelah dihubungi teman yang juga tetangga korban,” kata perempuan bertubuh kurus tersebut sembari menangis.

Sementara itu, Kapolsek Sukorambi AKP Sigit Budiono yang datang ke tempat kejadian perkara (TKP) enggan memberi keterangan. Saat Jawa Pos Radar Jember mewawancarai, dia mengaku tak bisa menyampaikan karena belum laporan ke pimpinan. “Saya juga belum mendapat datanya,” pungkas Sigit.

Reporter : Juma’i

Fotografer : Juma’i

Editor : Mahrus Sholih

 

KLUNGKUNG, RADARJEMBER.ID – Arniyati tidak curiga ketika anaknya, Muhammad Akbar Setyawan, mendadak mencium tangannya. Perempuan 44 tahun tersebut menganggap apa yang dilakukan oleh putranya tersebut sebagai bentuk permintaan maaf. Sebab, malam sebelumnya, pemuda 18 tahun ini mengamuk hingga memecahkan meja kaca di rumahnya. Sampai-sampai lengan kiri remaja itu mengalami luka sayatan.

Dalam pertemuan itu, keduanya juga sempat mengobrol. Sumber Jawa Pos Radar Jember di lokasi, Dusun Gendir, Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi, menyebutkan, dialog antara anak dan ibu itu menyinggung soal peristiwa malam sebelumnya saat sang anak memecahkan meja kaca. Sang ibu menanyakan alasan putranya itu mengamuk, kemudian menasihati agar tidak melakukan perbuatan itu lagi.

Namun, nasihat itu justru memantik emosi korban. Dia tidak melawan ibunya, tapi tiba-tiba berlari keluar rumah sambil membawa tambang. Satuki, ayah sambung korban, yang melihat gelagat anaknya itu, langsung membuntuti dari belakang. Dia merasa ada yang aneh dengan sikap putranya tersebut.

Ternyata, Satuki kalah cepat. Korban sudah naik ke atas pohon dengan memanjat batu besar di sebelahnya. Saat di lokasi, Satuki melihat korban tergantung. “Saya merasa berdosa karena tidak bisa menyelamatkan anak saya. Seumpama saya bisa mengejar, mungkin tidak terjadi seperti ini,” kata Satuki di depan petugas Polsek Sukorambi dan Tim Inafis Polres Jember, kemarin.

Berdasarkan identitas, korban tercatat sebagai warga Jalan Brigjen Katamso III/4, Desa Mangunharjo, Kecamatan Mayangan. Di Jember, dia tinggal bersama neneknya di Dusun Gendir, Desa Klungkung. Meski begitu, belum diketahui sejak usia berapa korban tinggal bersama neneknya tersebut.

Menurut Satuki, awalnya sikap sang anak baik-baik saja. Perangai putranya itu berubah menjadi pemarah setelah bergabung dengan kelompok kesenian jaranan. Entah apa yang menjadi penyebab. Setelah ikut kelompok jaranan, sang anak menjadi lebih pendiam dan kadang-kadang mengamuk tanpa alasan jelas.

Hal ini juga disampaikan oleh beberapa teman korban yang dulunya sama-sama menjadi anggota grup jaranan. “Saya melihat kondisi korban yang sempat mengamuk dan merusak meja kaca di rumahnya,” kata Aprilia, teman korban asal Kecamatan Panti.

Korban menjadi anggota grup jaranan sekitar setahun lalu. Namun bertahan hanya sebentar, sekitar tujuh bulan. “Saya baru tahu korban nekat gantung diri setelah dihubungi teman yang juga tetangga korban,” kata perempuan bertubuh kurus tersebut sembari menangis.

Sementara itu, Kapolsek Sukorambi AKP Sigit Budiono yang datang ke tempat kejadian perkara (TKP) enggan memberi keterangan. Saat Jawa Pos Radar Jember mewawancarai, dia mengaku tak bisa menyampaikan karena belum laporan ke pimpinan. “Saya juga belum mendapat datanya,” pungkas Sigit.

Reporter : Juma’i

Fotografer : Juma’i

Editor : Mahrus Sholih

 

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca