32 C
Jember
Wednesday, 31 May 2023

Lama Tak Bersua, Banyak yang Pangling dengan Siswa

Lebih setahun guru tak bersua secara langsung dengan siswa. Tepatnya sejak pemerintah menerapkan pembelajaran daring. Nah, saat Pemkab Jember menyelenggarakan simulasi ujian tatap muka, kemarin, ada rasa canggung bercampur haru ketika guru dan siswa bertemu. Bagaimana interaksi mereka saat kali pertama berjumpa?

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Seragam sekolah itu kini berfungsi lagi, setelah sebelumnya hanya tersimpan di rak lemari paling bawah. Pagi itu, siswa yang datang terlihat cukup rapi. Baju masuk dan memakai dasi. Ya, kemarin siswa di SMP Negeri 07 Jember tersebut tengah mengikuti ujian simulasi tatap muka. Mereka seperti memendam rindu belajar di kelas. Juga rindu teman-teman dan para guru di sekolah.

Satu per satu peserta didik tampak berbaris rapi sebelum memasuki kelas di sekolah yang berada di Kelurahan Slawu, Kecamatan Patrang, ini. Wajah-wajah mereka masih tampak canggung. Maklum, lama benar mereka tak bertegur sapa di lingkungan sekolah. “Kalau sudah cuci tangan, langsung bergantian masuk, ya,” tutur salah seorang guru yang bertugas berkeliling untuk memantau para siswa yang sedang mencuci tangan. Mereka pun masuk ke dalam kelas secara bergantian.

Gerak-gerik para siswa itu masih sangat kaku. Tak jarang, kerap ditemukan murid yang menguap dan sesekali mengusap mata mereka yang berair. Beberapa saat kemudian, ketua kelas memimpin doa bersama. “Siap-siap anak-anak, kita melakukan simulasi ujian. Silakan ambil pensil dan segera isi data diri masing-masing di kertas ujian,” tutur Fifi Thoyibah, salah seorang guru, kepada para siswa.

Mobile_AP_Rectangle 2

Suasana kelas langsung hening. Para murid itu mulai fokus membaca soal dan mencoba mengerjakan soal matematika tersebut. Meski sempat canggung di awal, tapi lama-lama wajah mereka tampak berseri-seri. Mereka seperti menaruh harapan bahwa kegiatan di sekolah itu tak hanya simulasi, melainkan menjadi rutinitas untuk selanjutnya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes).

Tak hanya para siswa, para guru juga punya harapan serupa. Fifi Thoyibah, misalnya. Perempuan 40 tahun itu mengungkapkan, dirinya juga merindukan para siswa. Apalagi selama pembelajaran daring berlangsung, banyak kendala yang dialami siswa maupun guru. “Mulai dari tak memiliki paketan, terkendala sinyal, hingga ada yang tidak mengumpulkan tugas,” ungkap warga Perumahan Taman Gading, Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Sumbersari, itu.

Belum lagi, dia menuturkan, banyak perubahan perilaku yang dialami oleh para siswa. Salah satunya adalah akhlak. Karena itu, Fifi menegaskan, pembelajaran tatap muka patut dilaksanakan kembali. Segera. Sehingga para guru bisa mendidik siswa secara langsung.

Di sela-sela pembicaraan, Fifi menceritakan hal unik yang banyak dialami guru lain. Yakni, tidak dikenali oleh siswanya. Maklum, sudah lebih setahun kegiatan belajar di sekolah diliburkan. “Kalau siswa kelas dua dan tiga masih mending, karena sebelumnya sudah mengenal gurunya,” katanya. Nah, kalau yang kelas satu? Jelas, tidak mengenal langsung para guru. Hal itu dirasanya cukup janggal.

Belum lagi, kata dia, pembelajaran daring juga membuat guru susah mengenal karakter masing-masing siswa. Apalagi kalau jumlah siswa yang diurus banyak. “Kalau langsung ketemu kan enak. Jadi, bisa berinteraksi dan bisa mengenal satu per satu anak,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Isnein Purnomo
Fotografer : Isnein Purnomo
Redaktur : Mahrus Sholih

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Seragam sekolah itu kini berfungsi lagi, setelah sebelumnya hanya tersimpan di rak lemari paling bawah. Pagi itu, siswa yang datang terlihat cukup rapi. Baju masuk dan memakai dasi. Ya, kemarin siswa di SMP Negeri 07 Jember tersebut tengah mengikuti ujian simulasi tatap muka. Mereka seperti memendam rindu belajar di kelas. Juga rindu teman-teman dan para guru di sekolah.

Satu per satu peserta didik tampak berbaris rapi sebelum memasuki kelas di sekolah yang berada di Kelurahan Slawu, Kecamatan Patrang, ini. Wajah-wajah mereka masih tampak canggung. Maklum, lama benar mereka tak bertegur sapa di lingkungan sekolah. “Kalau sudah cuci tangan, langsung bergantian masuk, ya,” tutur salah seorang guru yang bertugas berkeliling untuk memantau para siswa yang sedang mencuci tangan. Mereka pun masuk ke dalam kelas secara bergantian.

Gerak-gerik para siswa itu masih sangat kaku. Tak jarang, kerap ditemukan murid yang menguap dan sesekali mengusap mata mereka yang berair. Beberapa saat kemudian, ketua kelas memimpin doa bersama. “Siap-siap anak-anak, kita melakukan simulasi ujian. Silakan ambil pensil dan segera isi data diri masing-masing di kertas ujian,” tutur Fifi Thoyibah, salah seorang guru, kepada para siswa.

Suasana kelas langsung hening. Para murid itu mulai fokus membaca soal dan mencoba mengerjakan soal matematika tersebut. Meski sempat canggung di awal, tapi lama-lama wajah mereka tampak berseri-seri. Mereka seperti menaruh harapan bahwa kegiatan di sekolah itu tak hanya simulasi, melainkan menjadi rutinitas untuk selanjutnya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes).

Tak hanya para siswa, para guru juga punya harapan serupa. Fifi Thoyibah, misalnya. Perempuan 40 tahun itu mengungkapkan, dirinya juga merindukan para siswa. Apalagi selama pembelajaran daring berlangsung, banyak kendala yang dialami siswa maupun guru. “Mulai dari tak memiliki paketan, terkendala sinyal, hingga ada yang tidak mengumpulkan tugas,” ungkap warga Perumahan Taman Gading, Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Sumbersari, itu.

Belum lagi, dia menuturkan, banyak perubahan perilaku yang dialami oleh para siswa. Salah satunya adalah akhlak. Karena itu, Fifi menegaskan, pembelajaran tatap muka patut dilaksanakan kembali. Segera. Sehingga para guru bisa mendidik siswa secara langsung.

Di sela-sela pembicaraan, Fifi menceritakan hal unik yang banyak dialami guru lain. Yakni, tidak dikenali oleh siswanya. Maklum, sudah lebih setahun kegiatan belajar di sekolah diliburkan. “Kalau siswa kelas dua dan tiga masih mending, karena sebelumnya sudah mengenal gurunya,” katanya. Nah, kalau yang kelas satu? Jelas, tidak mengenal langsung para guru. Hal itu dirasanya cukup janggal.

Belum lagi, kata dia, pembelajaran daring juga membuat guru susah mengenal karakter masing-masing siswa. Apalagi kalau jumlah siswa yang diurus banyak. “Kalau langsung ketemu kan enak. Jadi, bisa berinteraksi dan bisa mengenal satu per satu anak,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Isnein Purnomo
Fotografer : Isnein Purnomo
Redaktur : Mahrus Sholih

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Seragam sekolah itu kini berfungsi lagi, setelah sebelumnya hanya tersimpan di rak lemari paling bawah. Pagi itu, siswa yang datang terlihat cukup rapi. Baju masuk dan memakai dasi. Ya, kemarin siswa di SMP Negeri 07 Jember tersebut tengah mengikuti ujian simulasi tatap muka. Mereka seperti memendam rindu belajar di kelas. Juga rindu teman-teman dan para guru di sekolah.

Satu per satu peserta didik tampak berbaris rapi sebelum memasuki kelas di sekolah yang berada di Kelurahan Slawu, Kecamatan Patrang, ini. Wajah-wajah mereka masih tampak canggung. Maklum, lama benar mereka tak bertegur sapa di lingkungan sekolah. “Kalau sudah cuci tangan, langsung bergantian masuk, ya,” tutur salah seorang guru yang bertugas berkeliling untuk memantau para siswa yang sedang mencuci tangan. Mereka pun masuk ke dalam kelas secara bergantian.

Gerak-gerik para siswa itu masih sangat kaku. Tak jarang, kerap ditemukan murid yang menguap dan sesekali mengusap mata mereka yang berair. Beberapa saat kemudian, ketua kelas memimpin doa bersama. “Siap-siap anak-anak, kita melakukan simulasi ujian. Silakan ambil pensil dan segera isi data diri masing-masing di kertas ujian,” tutur Fifi Thoyibah, salah seorang guru, kepada para siswa.

Suasana kelas langsung hening. Para murid itu mulai fokus membaca soal dan mencoba mengerjakan soal matematika tersebut. Meski sempat canggung di awal, tapi lama-lama wajah mereka tampak berseri-seri. Mereka seperti menaruh harapan bahwa kegiatan di sekolah itu tak hanya simulasi, melainkan menjadi rutinitas untuk selanjutnya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes).

Tak hanya para siswa, para guru juga punya harapan serupa. Fifi Thoyibah, misalnya. Perempuan 40 tahun itu mengungkapkan, dirinya juga merindukan para siswa. Apalagi selama pembelajaran daring berlangsung, banyak kendala yang dialami siswa maupun guru. “Mulai dari tak memiliki paketan, terkendala sinyal, hingga ada yang tidak mengumpulkan tugas,” ungkap warga Perumahan Taman Gading, Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Sumbersari, itu.

Belum lagi, dia menuturkan, banyak perubahan perilaku yang dialami oleh para siswa. Salah satunya adalah akhlak. Karena itu, Fifi menegaskan, pembelajaran tatap muka patut dilaksanakan kembali. Segera. Sehingga para guru bisa mendidik siswa secara langsung.

Di sela-sela pembicaraan, Fifi menceritakan hal unik yang banyak dialami guru lain. Yakni, tidak dikenali oleh siswanya. Maklum, sudah lebih setahun kegiatan belajar di sekolah diliburkan. “Kalau siswa kelas dua dan tiga masih mending, karena sebelumnya sudah mengenal gurunya,” katanya. Nah, kalau yang kelas satu? Jelas, tidak mengenal langsung para guru. Hal itu dirasanya cukup janggal.

Belum lagi, kata dia, pembelajaran daring juga membuat guru susah mengenal karakter masing-masing siswa. Apalagi kalau jumlah siswa yang diurus banyak. “Kalau langsung ketemu kan enak. Jadi, bisa berinteraksi dan bisa mengenal satu per satu anak,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Isnein Purnomo
Fotografer : Isnein Purnomo
Redaktur : Mahrus Sholih

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca