22.9 C
Jember
Wednesday, 29 March 2023

Pergaulan dan Ekonomi Jadi Alibi

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Warga Jember yang ditangkap polisi karena kasus narkoba cukup banyak dalam lima bulan terakhir. Data yang ada, sebanyak 167 orang diamankan dalam perkara madat tersebut. Sebagian di antaranya adalah warga beridentitas Kota Suwar-Suwir. Para pengecer narkoba itu memiliki banyak alasan. Ada yang sekadar mengambil kesempatan dalam kesempitan, hingga ada yang sengaja mendatangkan barang haram tersebut.

Sepak terjang para penjual, nekat atau tidak, sejatinya dipengaruhi oleh pergaulan. Bisa teman dekat maupun sahabat yang baru dikenal. “Rata-rata penjual sampai pengecer di Jember dipengaruhi pergaulan. Jadi, ada faktor teman,” kata Anasrul, Wakil Ketua Bidang Kerja Sama Antarlembaga DPD Kongres Advokad Indonesia (KAI) Jawa Timur.

Anasrul menyebut, faktor teman pada mulanya hanya ikut-ikutan menjadi seorang pemakai. Tetapi, mereka pun mencoba untuk menjualnya kepada orang lain atau teman dekatnya. Proses ini yang kemudian dikenal dengan istilah tukar kepala. Di mana, nama mereka berubah dari panggilan biasanya. Hal itu untuk memuluskan agar transaksi berlangsung lancar.

Mobile_AP_Rectangle 2

Di sisi lain, faktor kebanyakan warga Jember menjadi penjual atau pengecer disebabkan oleh urusan ekonomi. Dari yang awalnya sekadar pemakai, melihat ada bisnis segar di balik barang haram tersebut. “Bagi pemakai, kemudian ikut menjual, ada juga yang karena merasa bisa mencari keuntungan di situ. Faktor ekonomi masih cukup banyak di Jember,” ulasnya.

Pasokan barang itu pun ada yang datang langsung dari luar Jember. Tetapi, bagi pengecer kecil, mereka beli di Jember, memakai dan menjualnya di Jember juga. “Sejumlah klien yang kami dampingi, kebanyakan dari mereka transaksi di Jember saja,” jelas Anasrul.

Guna mencegah agar peredaran narkoba di Jember tidak terus meningkat, menurutnya, penindakan terhadap para pengecer, penjual, maupun pemasok harus terus dimaksimalkan. “Tindakan tegas aparat penegak hukum menjadi jawaban untuk menekan peredaran narkoba. Kemudian, pemerintah terus menyosialisasikan bahaya narkoba,” jelasnya.

Hal yang tidak kalah penting, menurut Anasrul, adalah mencegah masuknya narkoba di Kabupaten Jember. “Semakin banyak barang yang masuk, maka peredaran di lokal Jember akan terus terjadi. Upaya mencegah masuknya narkoba ke Jember akan menekan peredaran dan keterlibatan warga Jember,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Nur Hariri
Fotografer : Dokumentasi Radar Jember
Redaktur : Mahrus Sholih

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Warga Jember yang ditangkap polisi karena kasus narkoba cukup banyak dalam lima bulan terakhir. Data yang ada, sebanyak 167 orang diamankan dalam perkara madat tersebut. Sebagian di antaranya adalah warga beridentitas Kota Suwar-Suwir. Para pengecer narkoba itu memiliki banyak alasan. Ada yang sekadar mengambil kesempatan dalam kesempitan, hingga ada yang sengaja mendatangkan barang haram tersebut.

Sepak terjang para penjual, nekat atau tidak, sejatinya dipengaruhi oleh pergaulan. Bisa teman dekat maupun sahabat yang baru dikenal. “Rata-rata penjual sampai pengecer di Jember dipengaruhi pergaulan. Jadi, ada faktor teman,” kata Anasrul, Wakil Ketua Bidang Kerja Sama Antarlembaga DPD Kongres Advokad Indonesia (KAI) Jawa Timur.

Anasrul menyebut, faktor teman pada mulanya hanya ikut-ikutan menjadi seorang pemakai. Tetapi, mereka pun mencoba untuk menjualnya kepada orang lain atau teman dekatnya. Proses ini yang kemudian dikenal dengan istilah tukar kepala. Di mana, nama mereka berubah dari panggilan biasanya. Hal itu untuk memuluskan agar transaksi berlangsung lancar.

Di sisi lain, faktor kebanyakan warga Jember menjadi penjual atau pengecer disebabkan oleh urusan ekonomi. Dari yang awalnya sekadar pemakai, melihat ada bisnis segar di balik barang haram tersebut. “Bagi pemakai, kemudian ikut menjual, ada juga yang karena merasa bisa mencari keuntungan di situ. Faktor ekonomi masih cukup banyak di Jember,” ulasnya.

Pasokan barang itu pun ada yang datang langsung dari luar Jember. Tetapi, bagi pengecer kecil, mereka beli di Jember, memakai dan menjualnya di Jember juga. “Sejumlah klien yang kami dampingi, kebanyakan dari mereka transaksi di Jember saja,” jelas Anasrul.

Guna mencegah agar peredaran narkoba di Jember tidak terus meningkat, menurutnya, penindakan terhadap para pengecer, penjual, maupun pemasok harus terus dimaksimalkan. “Tindakan tegas aparat penegak hukum menjadi jawaban untuk menekan peredaran narkoba. Kemudian, pemerintah terus menyosialisasikan bahaya narkoba,” jelasnya.

Hal yang tidak kalah penting, menurut Anasrul, adalah mencegah masuknya narkoba di Kabupaten Jember. “Semakin banyak barang yang masuk, maka peredaran di lokal Jember akan terus terjadi. Upaya mencegah masuknya narkoba ke Jember akan menekan peredaran dan keterlibatan warga Jember,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Nur Hariri
Fotografer : Dokumentasi Radar Jember
Redaktur : Mahrus Sholih

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Warga Jember yang ditangkap polisi karena kasus narkoba cukup banyak dalam lima bulan terakhir. Data yang ada, sebanyak 167 orang diamankan dalam perkara madat tersebut. Sebagian di antaranya adalah warga beridentitas Kota Suwar-Suwir. Para pengecer narkoba itu memiliki banyak alasan. Ada yang sekadar mengambil kesempatan dalam kesempitan, hingga ada yang sengaja mendatangkan barang haram tersebut.

Sepak terjang para penjual, nekat atau tidak, sejatinya dipengaruhi oleh pergaulan. Bisa teman dekat maupun sahabat yang baru dikenal. “Rata-rata penjual sampai pengecer di Jember dipengaruhi pergaulan. Jadi, ada faktor teman,” kata Anasrul, Wakil Ketua Bidang Kerja Sama Antarlembaga DPD Kongres Advokad Indonesia (KAI) Jawa Timur.

Anasrul menyebut, faktor teman pada mulanya hanya ikut-ikutan menjadi seorang pemakai. Tetapi, mereka pun mencoba untuk menjualnya kepada orang lain atau teman dekatnya. Proses ini yang kemudian dikenal dengan istilah tukar kepala. Di mana, nama mereka berubah dari panggilan biasanya. Hal itu untuk memuluskan agar transaksi berlangsung lancar.

Di sisi lain, faktor kebanyakan warga Jember menjadi penjual atau pengecer disebabkan oleh urusan ekonomi. Dari yang awalnya sekadar pemakai, melihat ada bisnis segar di balik barang haram tersebut. “Bagi pemakai, kemudian ikut menjual, ada juga yang karena merasa bisa mencari keuntungan di situ. Faktor ekonomi masih cukup banyak di Jember,” ulasnya.

Pasokan barang itu pun ada yang datang langsung dari luar Jember. Tetapi, bagi pengecer kecil, mereka beli di Jember, memakai dan menjualnya di Jember juga. “Sejumlah klien yang kami dampingi, kebanyakan dari mereka transaksi di Jember saja,” jelas Anasrul.

Guna mencegah agar peredaran narkoba di Jember tidak terus meningkat, menurutnya, penindakan terhadap para pengecer, penjual, maupun pemasok harus terus dimaksimalkan. “Tindakan tegas aparat penegak hukum menjadi jawaban untuk menekan peredaran narkoba. Kemudian, pemerintah terus menyosialisasikan bahaya narkoba,” jelasnya.

Hal yang tidak kalah penting, menurut Anasrul, adalah mencegah masuknya narkoba di Kabupaten Jember. “Semakin banyak barang yang masuk, maka peredaran di lokal Jember akan terus terjadi. Upaya mencegah masuknya narkoba ke Jember akan menekan peredaran dan keterlibatan warga Jember,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Nur Hariri
Fotografer : Dokumentasi Radar Jember
Redaktur : Mahrus Sholih

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca