22.9 C
Jember
Wednesday, 29 March 2023

Belasan Tahun Jabat Kasek, Kini Nyambi Jadi Penyiar Radio

Bagi pendidik setingkat SMP, siapa yang tak mengenal Syaiful Bahri, Kepala SMP Negeri 07 Jember. Setelah menjadi kepala sekolah selama 12 tahun, kini misinya semakin melebar. Dia juga merambah dunia penyiaran untuk mengedukasi masyarakat lewat udara. Bagaimana kiprahnya?

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Suara khasnya begitu menggema ketika berbicara di salah satu stasiun radio di Jember. Ya, dia adalah Syaiful Bahri. Kepala SMP Negeri 07 Jember yang sekaligus Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Jember. Sejak lima tahun belakangan ini, dirinya sering diundang dalam talk show di beberapa radio. Ia memandu dialog yang tetap bertema pendidikan.

Sebenarnya, aktivitas Syaiful di bidang pendidikan cukup padat. Selain menyandang status kepala sekolah dan ketua MKKS, dia juga aktif di beberapa organisasi keguruan. Seperti Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan Ikatan Guru Indonesia (IGI). Namun, di tengah kesibukannya itu, Syaiful menyempatkan diri untuk mengisi acara di salah satu stasiun radio swasta di Jember. Ia mulai siaran sejak pukul 01.30 dini hari hingga 03.30 menjelang Subuh.

Kegiatan ini sudah berjalan selama lima tahun belakangan setiap bulan Ramadan. “Segmen saya sebenarnya tentang hal lucu-lucu. Namun, tetap saya selipkan informasi soal pendidikan terkini. Ya, sesuai dengan kapasitas saya,” katanya kepada Jawa Pos Radar Jember.

Mobile_AP_Rectangle 2

Bagi Syaiful, siaran merupakan sebuah hobi. Semua ini bermula beberapa tahun yang lalu. Ketika dia diundang oleh stasiun radio untuk berdiskusi dan dialog tentang pendidikan. Dari sana, ia merasakan banyak dampak. Penjelasannya banyak didengar oleh kalangan dan lapisan masyarakat. Bahkan, ada kelompok khusus yang intens mendengar penjabarannya. Yaitu kelompok ibu-ibu penjahit. “Mereka juga intens melakukan sambungan telepon,” kata laki-laki yang tinggal di Kelurahan Wirolegi, Kecamatan Sumbersari, itu.

Menurut Syaiful, siaran tidak hanya untuk menyalurkan hobi. Namun, juga berbagi informasi. Dari siaran itu juga ia bisa berkomunikasi dengan berbagai elemen masyarakat. “Selama ini, kami komunikasinya tanpa bertemu. Jadi, tidak menyangka ternyata yang biasa berdialog itu tunanetra. Tahu-tahunya ketika jumpa fans,” ungkapnya.

Hal yang paling berkesan, Syaiful mengaku, adalah ketika ia dapat bertemu secara langsung dengan masyarakat yang biasa berinteraksi lewat udara. Biasanya, pendengarnya datang ke studio radio untuk sekadar bersilaturahmi. “Biasanya ada yang datang kalau sudah selesai siaran. Oh ternyata ini yang menjadi teman ngobrol. Asyik juga,” tuturnya.

Kendati memiliki banyak aktivitas, namun keluarganya cukup mengerti dan memaklumi. Sebab, Syaiful juga meluangkan waktu khusus untuk keluarganya. “Semua anak-anak saya dan keluarga memaklumi. Pernah ada tuntutan untuk quality time dari anak saya yang terakhir. Namun, itu tidak menjadi masalah,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Dian Cahyani
Fotografer : Jumai
Redaktur : Mahrus Sholih

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Suara khasnya begitu menggema ketika berbicara di salah satu stasiun radio di Jember. Ya, dia adalah Syaiful Bahri. Kepala SMP Negeri 07 Jember yang sekaligus Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Jember. Sejak lima tahun belakangan ini, dirinya sering diundang dalam talk show di beberapa radio. Ia memandu dialog yang tetap bertema pendidikan.

Sebenarnya, aktivitas Syaiful di bidang pendidikan cukup padat. Selain menyandang status kepala sekolah dan ketua MKKS, dia juga aktif di beberapa organisasi keguruan. Seperti Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan Ikatan Guru Indonesia (IGI). Namun, di tengah kesibukannya itu, Syaiful menyempatkan diri untuk mengisi acara di salah satu stasiun radio swasta di Jember. Ia mulai siaran sejak pukul 01.30 dini hari hingga 03.30 menjelang Subuh.

Kegiatan ini sudah berjalan selama lima tahun belakangan setiap bulan Ramadan. “Segmen saya sebenarnya tentang hal lucu-lucu. Namun, tetap saya selipkan informasi soal pendidikan terkini. Ya, sesuai dengan kapasitas saya,” katanya kepada Jawa Pos Radar Jember.

Bagi Syaiful, siaran merupakan sebuah hobi. Semua ini bermula beberapa tahun yang lalu. Ketika dia diundang oleh stasiun radio untuk berdiskusi dan dialog tentang pendidikan. Dari sana, ia merasakan banyak dampak. Penjelasannya banyak didengar oleh kalangan dan lapisan masyarakat. Bahkan, ada kelompok khusus yang intens mendengar penjabarannya. Yaitu kelompok ibu-ibu penjahit. “Mereka juga intens melakukan sambungan telepon,” kata laki-laki yang tinggal di Kelurahan Wirolegi, Kecamatan Sumbersari, itu.

Menurut Syaiful, siaran tidak hanya untuk menyalurkan hobi. Namun, juga berbagi informasi. Dari siaran itu juga ia bisa berkomunikasi dengan berbagai elemen masyarakat. “Selama ini, kami komunikasinya tanpa bertemu. Jadi, tidak menyangka ternyata yang biasa berdialog itu tunanetra. Tahu-tahunya ketika jumpa fans,” ungkapnya.

Hal yang paling berkesan, Syaiful mengaku, adalah ketika ia dapat bertemu secara langsung dengan masyarakat yang biasa berinteraksi lewat udara. Biasanya, pendengarnya datang ke studio radio untuk sekadar bersilaturahmi. “Biasanya ada yang datang kalau sudah selesai siaran. Oh ternyata ini yang menjadi teman ngobrol. Asyik juga,” tuturnya.

Kendati memiliki banyak aktivitas, namun keluarganya cukup mengerti dan memaklumi. Sebab, Syaiful juga meluangkan waktu khusus untuk keluarganya. “Semua anak-anak saya dan keluarga memaklumi. Pernah ada tuntutan untuk quality time dari anak saya yang terakhir. Namun, itu tidak menjadi masalah,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Dian Cahyani
Fotografer : Jumai
Redaktur : Mahrus Sholih

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Suara khasnya begitu menggema ketika berbicara di salah satu stasiun radio di Jember. Ya, dia adalah Syaiful Bahri. Kepala SMP Negeri 07 Jember yang sekaligus Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Jember. Sejak lima tahun belakangan ini, dirinya sering diundang dalam talk show di beberapa radio. Ia memandu dialog yang tetap bertema pendidikan.

Sebenarnya, aktivitas Syaiful di bidang pendidikan cukup padat. Selain menyandang status kepala sekolah dan ketua MKKS, dia juga aktif di beberapa organisasi keguruan. Seperti Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan Ikatan Guru Indonesia (IGI). Namun, di tengah kesibukannya itu, Syaiful menyempatkan diri untuk mengisi acara di salah satu stasiun radio swasta di Jember. Ia mulai siaran sejak pukul 01.30 dini hari hingga 03.30 menjelang Subuh.

Kegiatan ini sudah berjalan selama lima tahun belakangan setiap bulan Ramadan. “Segmen saya sebenarnya tentang hal lucu-lucu. Namun, tetap saya selipkan informasi soal pendidikan terkini. Ya, sesuai dengan kapasitas saya,” katanya kepada Jawa Pos Radar Jember.

Bagi Syaiful, siaran merupakan sebuah hobi. Semua ini bermula beberapa tahun yang lalu. Ketika dia diundang oleh stasiun radio untuk berdiskusi dan dialog tentang pendidikan. Dari sana, ia merasakan banyak dampak. Penjelasannya banyak didengar oleh kalangan dan lapisan masyarakat. Bahkan, ada kelompok khusus yang intens mendengar penjabarannya. Yaitu kelompok ibu-ibu penjahit. “Mereka juga intens melakukan sambungan telepon,” kata laki-laki yang tinggal di Kelurahan Wirolegi, Kecamatan Sumbersari, itu.

Menurut Syaiful, siaran tidak hanya untuk menyalurkan hobi. Namun, juga berbagi informasi. Dari siaran itu juga ia bisa berkomunikasi dengan berbagai elemen masyarakat. “Selama ini, kami komunikasinya tanpa bertemu. Jadi, tidak menyangka ternyata yang biasa berdialog itu tunanetra. Tahu-tahunya ketika jumpa fans,” ungkapnya.

Hal yang paling berkesan, Syaiful mengaku, adalah ketika ia dapat bertemu secara langsung dengan masyarakat yang biasa berinteraksi lewat udara. Biasanya, pendengarnya datang ke studio radio untuk sekadar bersilaturahmi. “Biasanya ada yang datang kalau sudah selesai siaran. Oh ternyata ini yang menjadi teman ngobrol. Asyik juga,” tuturnya.

Kendati memiliki banyak aktivitas, namun keluarganya cukup mengerti dan memaklumi. Sebab, Syaiful juga meluangkan waktu khusus untuk keluarganya. “Semua anak-anak saya dan keluarga memaklumi. Pernah ada tuntutan untuk quality time dari anak saya yang terakhir. Namun, itu tidak menjadi masalah,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Dian Cahyani
Fotografer : Jumai
Redaktur : Mahrus Sholih

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca