28.7 C
Jember
Tuesday, 21 March 2023

Ternak Hamster di Gudang Kosan, Sebulan Bisa Jual 150 Ekor

Masa kuliah daring ternyata menjadi kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan bisnis. Seperti yang dilakukan Hakam Tanzul, mahasiswa UMJ. Dia beternak hamster, lalu menjualnya. Rupanya, uji coba itu berhasil dan bertahan hingga sekarang.

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Anak kucing atau kitten berwarna putih itu menjadi teman Hakam Tanzul di rumah kos daerah Tidar Pelindu, Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Sumbersari. Tidak hanya satu, dia juga punya kucing berwarna cokelat susu. Hakam memang pencinta kucing. Namun, siapa sangka bisnisnya justru berlawanan jauh. Bahkan hewan yang menjadi lawan kucing.

Ya, bisnisnya adalah beternak hamster dan dijual secara daring. “Hamsternya gak bakalan dimakan sama kucing,” ucapnya. Di gudang kosan berukuran 1,5×3 meter itu, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jember (UMJ) ini beternak fauna serupa tikus tersebut. Puluhan timba bekas es krim yang menempel di dinding menjadi lokasi berbagai jenis hamster ternakannya.

Jenisnya berbagai macam. Mulai dari jenis hamster campbell dengan berbagai corak, termasuk campbell panda juga ada di sana. Begitu pula hamster angora. “Dulu ada hamster fujiama, tapi baru laku,” ungkapnya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Dalam sebulan, setidaknya 150 ekor hamster telah laku terjual. Bahkan, Hakam sampai menutup pesanan karena kewalahan melayani permintaan. “Sekarang close order dulu. Anaknya masih belum besar dan belum siap jual,” jelas mahasiswa asal Banyuwangi itu.

Menurutnya, harga hamster sekarang lagi naik daun. Bila dulu hanya Rp 10 ribu per ekor, kini bisa naik ratusan persen, yaitu Rp 30 ribu. Bahkan, juga ada yang harganya sampai tembus ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Apalagi, kata dia, peternak hamster rumahan seperti dirinya mulai jarang ada di Jember.

Ratusan ekor hamster yang terjual dalam sebulan itu cukup menguntungkan dirinya. Betapa tidak, omzet yang dia dapat sampai jutaan rupiah. Meski tergolong sukses, tapi ternyata Hakam terbilang baru dalam berbisnis hamster. “Sekitar tiga bulan mulai ternak dan jualan hamster,” terangnya.

Hakam mengaku tak menyangka usahanya itu membuahkan hasil. Sebab, awalnya hanya iseng-iseng saja untuk mengusir kejenuhan. Namun, dalam perjalanannya, apa yang dia lakukan itu justru mendatangkan rupiah di tengah kondisi ekonomi sulit akibat Covid-19. “Dulu hanya beli dua. Beli itu untuk mainan kucing saja. Eh ternyata, saat di-posting ke medsos kucing mainan hamster, yang ngerespons banyak. Banyak yang tanya hamster beli di mana? Bukan tanya kucingnya,” ucapnya.

Dengan perawatan yang cukup mudah dan tanpa menghabiskan waktu, sepasang hamster jenis campbell itu ternyata cepat beranak pinak. Beruntunglah ide ternak hamster didukung oleh pemilik kos yang memperbolehkan dia memanfaatkan gudang rumah kos tersebut.

Setelah hamster ternakannya berkembang banyak, Hakam mulai menyasar skema marketing. Lewat dikemas ulang, hamster yang menjadi hewan umum bagi masyarakat menjadi hewan peliharaan yang menawan. “Seperti ikan cupang. Itu kan ikan peliharaan yang lama, bukan ikan baru. Tapi, lewat dikemas ulang, cupang jadi menarik. Sama seperti hamster,” paparnya.

Video hamster diunggah ke medsos dan dibuatkan akun Instagram (IG). Awalnya, dia menguraikan, dalam memasarkan, dirinya menyasar pelajar, khususnya siswa SD. “Jadi, setiap ada postingan IG dari sekolah SD, saya cari siapa yang nge-like, komentar, dan follow IG-nya,” terangnya.

Namun, langkah menyasar anak SD ternyata sedikit peminatnya. Yang beli justru mahasiswa dan orang dewasa yang telah bekerja dan berkeluarga. Menurut dia, tingginya minat ini karena ada kecenderungan sebagian masyarakat jenuh atas kondisi pandemi. Sehingga, bisnis yang membuat rindu masa kecil dan hobi menjadi tren kembali.

Selain itu, kunci suksesnya juga dengan memakai sistem cash on delivery (COD). Beberapa waktu terakhir, sistem pembayaran di tempat memang sedang marak diperbincangkan di dunia maya. Diakui Hakam, sistem COD memang rawan menimbulkan kesalahpahaman. Terutama jika penjual tidak jujur.

Untuk menjaga nama baik produknya, Hakam menjunjung tinggi transparansi. Ia punya cara khusus mencegah kesalahpahaman, yakni dengan menggunakan video call. “Jadi, sebelum disepakati hamster yang dipilih, saya melakukan video call dulu ke pembeli,” tuturnya.

Dengan cara itu, calon pembeli bisa bertransaksi tanpa harus bertatap muka. “Jadi, bisa sama-sama puas ketika hamsternya bisa persis seperti yang dipilih,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Dwi Siswanto
Fotografer : Dwi Siswanto
Redaktur : Mahrus Sholih

 

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Anak kucing atau kitten berwarna putih itu menjadi teman Hakam Tanzul di rumah kos daerah Tidar Pelindu, Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Sumbersari. Tidak hanya satu, dia juga punya kucing berwarna cokelat susu. Hakam memang pencinta kucing. Namun, siapa sangka bisnisnya justru berlawanan jauh. Bahkan hewan yang menjadi lawan kucing.

Ya, bisnisnya adalah beternak hamster dan dijual secara daring. “Hamsternya gak bakalan dimakan sama kucing,” ucapnya. Di gudang kosan berukuran 1,5×3 meter itu, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jember (UMJ) ini beternak fauna serupa tikus tersebut. Puluhan timba bekas es krim yang menempel di dinding menjadi lokasi berbagai jenis hamster ternakannya.

Jenisnya berbagai macam. Mulai dari jenis hamster campbell dengan berbagai corak, termasuk campbell panda juga ada di sana. Begitu pula hamster angora. “Dulu ada hamster fujiama, tapi baru laku,” ungkapnya.

Dalam sebulan, setidaknya 150 ekor hamster telah laku terjual. Bahkan, Hakam sampai menutup pesanan karena kewalahan melayani permintaan. “Sekarang close order dulu. Anaknya masih belum besar dan belum siap jual,” jelas mahasiswa asal Banyuwangi itu.

Menurutnya, harga hamster sekarang lagi naik daun. Bila dulu hanya Rp 10 ribu per ekor, kini bisa naik ratusan persen, yaitu Rp 30 ribu. Bahkan, juga ada yang harganya sampai tembus ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Apalagi, kata dia, peternak hamster rumahan seperti dirinya mulai jarang ada di Jember.

Ratusan ekor hamster yang terjual dalam sebulan itu cukup menguntungkan dirinya. Betapa tidak, omzet yang dia dapat sampai jutaan rupiah. Meski tergolong sukses, tapi ternyata Hakam terbilang baru dalam berbisnis hamster. “Sekitar tiga bulan mulai ternak dan jualan hamster,” terangnya.

Hakam mengaku tak menyangka usahanya itu membuahkan hasil. Sebab, awalnya hanya iseng-iseng saja untuk mengusir kejenuhan. Namun, dalam perjalanannya, apa yang dia lakukan itu justru mendatangkan rupiah di tengah kondisi ekonomi sulit akibat Covid-19. “Dulu hanya beli dua. Beli itu untuk mainan kucing saja. Eh ternyata, saat di-posting ke medsos kucing mainan hamster, yang ngerespons banyak. Banyak yang tanya hamster beli di mana? Bukan tanya kucingnya,” ucapnya.

Dengan perawatan yang cukup mudah dan tanpa menghabiskan waktu, sepasang hamster jenis campbell itu ternyata cepat beranak pinak. Beruntunglah ide ternak hamster didukung oleh pemilik kos yang memperbolehkan dia memanfaatkan gudang rumah kos tersebut.

Setelah hamster ternakannya berkembang banyak, Hakam mulai menyasar skema marketing. Lewat dikemas ulang, hamster yang menjadi hewan umum bagi masyarakat menjadi hewan peliharaan yang menawan. “Seperti ikan cupang. Itu kan ikan peliharaan yang lama, bukan ikan baru. Tapi, lewat dikemas ulang, cupang jadi menarik. Sama seperti hamster,” paparnya.

Video hamster diunggah ke medsos dan dibuatkan akun Instagram (IG). Awalnya, dia menguraikan, dalam memasarkan, dirinya menyasar pelajar, khususnya siswa SD. “Jadi, setiap ada postingan IG dari sekolah SD, saya cari siapa yang nge-like, komentar, dan follow IG-nya,” terangnya.

Namun, langkah menyasar anak SD ternyata sedikit peminatnya. Yang beli justru mahasiswa dan orang dewasa yang telah bekerja dan berkeluarga. Menurut dia, tingginya minat ini karena ada kecenderungan sebagian masyarakat jenuh atas kondisi pandemi. Sehingga, bisnis yang membuat rindu masa kecil dan hobi menjadi tren kembali.

Selain itu, kunci suksesnya juga dengan memakai sistem cash on delivery (COD). Beberapa waktu terakhir, sistem pembayaran di tempat memang sedang marak diperbincangkan di dunia maya. Diakui Hakam, sistem COD memang rawan menimbulkan kesalahpahaman. Terutama jika penjual tidak jujur.

Untuk menjaga nama baik produknya, Hakam menjunjung tinggi transparansi. Ia punya cara khusus mencegah kesalahpahaman, yakni dengan menggunakan video call. “Jadi, sebelum disepakati hamster yang dipilih, saya melakukan video call dulu ke pembeli,” tuturnya.

Dengan cara itu, calon pembeli bisa bertransaksi tanpa harus bertatap muka. “Jadi, bisa sama-sama puas ketika hamsternya bisa persis seperti yang dipilih,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Dwi Siswanto
Fotografer : Dwi Siswanto
Redaktur : Mahrus Sholih

 

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Anak kucing atau kitten berwarna putih itu menjadi teman Hakam Tanzul di rumah kos daerah Tidar Pelindu, Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Sumbersari. Tidak hanya satu, dia juga punya kucing berwarna cokelat susu. Hakam memang pencinta kucing. Namun, siapa sangka bisnisnya justru berlawanan jauh. Bahkan hewan yang menjadi lawan kucing.

Ya, bisnisnya adalah beternak hamster dan dijual secara daring. “Hamsternya gak bakalan dimakan sama kucing,” ucapnya. Di gudang kosan berukuran 1,5×3 meter itu, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jember (UMJ) ini beternak fauna serupa tikus tersebut. Puluhan timba bekas es krim yang menempel di dinding menjadi lokasi berbagai jenis hamster ternakannya.

Jenisnya berbagai macam. Mulai dari jenis hamster campbell dengan berbagai corak, termasuk campbell panda juga ada di sana. Begitu pula hamster angora. “Dulu ada hamster fujiama, tapi baru laku,” ungkapnya.

Dalam sebulan, setidaknya 150 ekor hamster telah laku terjual. Bahkan, Hakam sampai menutup pesanan karena kewalahan melayani permintaan. “Sekarang close order dulu. Anaknya masih belum besar dan belum siap jual,” jelas mahasiswa asal Banyuwangi itu.

Menurutnya, harga hamster sekarang lagi naik daun. Bila dulu hanya Rp 10 ribu per ekor, kini bisa naik ratusan persen, yaitu Rp 30 ribu. Bahkan, juga ada yang harganya sampai tembus ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Apalagi, kata dia, peternak hamster rumahan seperti dirinya mulai jarang ada di Jember.

Ratusan ekor hamster yang terjual dalam sebulan itu cukup menguntungkan dirinya. Betapa tidak, omzet yang dia dapat sampai jutaan rupiah. Meski tergolong sukses, tapi ternyata Hakam terbilang baru dalam berbisnis hamster. “Sekitar tiga bulan mulai ternak dan jualan hamster,” terangnya.

Hakam mengaku tak menyangka usahanya itu membuahkan hasil. Sebab, awalnya hanya iseng-iseng saja untuk mengusir kejenuhan. Namun, dalam perjalanannya, apa yang dia lakukan itu justru mendatangkan rupiah di tengah kondisi ekonomi sulit akibat Covid-19. “Dulu hanya beli dua. Beli itu untuk mainan kucing saja. Eh ternyata, saat di-posting ke medsos kucing mainan hamster, yang ngerespons banyak. Banyak yang tanya hamster beli di mana? Bukan tanya kucingnya,” ucapnya.

Dengan perawatan yang cukup mudah dan tanpa menghabiskan waktu, sepasang hamster jenis campbell itu ternyata cepat beranak pinak. Beruntunglah ide ternak hamster didukung oleh pemilik kos yang memperbolehkan dia memanfaatkan gudang rumah kos tersebut.

Setelah hamster ternakannya berkembang banyak, Hakam mulai menyasar skema marketing. Lewat dikemas ulang, hamster yang menjadi hewan umum bagi masyarakat menjadi hewan peliharaan yang menawan. “Seperti ikan cupang. Itu kan ikan peliharaan yang lama, bukan ikan baru. Tapi, lewat dikemas ulang, cupang jadi menarik. Sama seperti hamster,” paparnya.

Video hamster diunggah ke medsos dan dibuatkan akun Instagram (IG). Awalnya, dia menguraikan, dalam memasarkan, dirinya menyasar pelajar, khususnya siswa SD. “Jadi, setiap ada postingan IG dari sekolah SD, saya cari siapa yang nge-like, komentar, dan follow IG-nya,” terangnya.

Namun, langkah menyasar anak SD ternyata sedikit peminatnya. Yang beli justru mahasiswa dan orang dewasa yang telah bekerja dan berkeluarga. Menurut dia, tingginya minat ini karena ada kecenderungan sebagian masyarakat jenuh atas kondisi pandemi. Sehingga, bisnis yang membuat rindu masa kecil dan hobi menjadi tren kembali.

Selain itu, kunci suksesnya juga dengan memakai sistem cash on delivery (COD). Beberapa waktu terakhir, sistem pembayaran di tempat memang sedang marak diperbincangkan di dunia maya. Diakui Hakam, sistem COD memang rawan menimbulkan kesalahpahaman. Terutama jika penjual tidak jujur.

Untuk menjaga nama baik produknya, Hakam menjunjung tinggi transparansi. Ia punya cara khusus mencegah kesalahpahaman, yakni dengan menggunakan video call. “Jadi, sebelum disepakati hamster yang dipilih, saya melakukan video call dulu ke pembeli,” tuturnya.

Dengan cara itu, calon pembeli bisa bertransaksi tanpa harus bertatap muka. “Jadi, bisa sama-sama puas ketika hamsternya bisa persis seperti yang dipilih,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Dwi Siswanto
Fotografer : Dwi Siswanto
Redaktur : Mahrus Sholih

 

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca