Mobile_AP_Rectangle 1
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Sikap toleransi warga di sekitar Klenteng Pay Lien San, Desa Glagahwero, Kecamatan Panti, tak perlu diragukan. Sikap mereka layak ditiru oleh semua umat beragama. Dalam peringatan Tahun Baru Imlek kemarin (1/2), sejumlah umat Islam bergabung bersama Polri dan TNI guna memastikan kelancaran ibadah warga Jember tersebut.
Menurut Suryo, tokoh agama setempat, penjagaan keamanan Imlek di Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Pay Lien San sudah menjadi kebiasaan masyarakat setempat. Bahkan, mereka menganggap perayaan Imlek sudah seperti hari raya juga bagi mereka. Apalagi, kelenteng tersebut dulunya memang dibangun bersama masyarakat suku Jawa yang tinggal di wilayah tersebut.
Suryo menyebut, pendiri TITD itu juga merupakan sosok yang ramah dan menganggap tetangganya sebagai saudara sendiri. “Nenek moyang kita sama-sama orang Jawa, dan kita mau tidak mau harus ikut menjaga tanpa disuruh,” ungkapnya saat ditemui awak media, Selasa (1/2).
Mobile_AP_Rectangle 2
Baginya, semua umat Konghucu juga menjadi saudara bagi masyarakat yang tinggal di sekitar TITD. “Kita ini masih saudara semua. Cuma, kan beda agama, dan itu sudah hal biasa,” tuturnya.
- Advertisement -
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Sikap toleransi warga di sekitar Klenteng Pay Lien San, Desa Glagahwero, Kecamatan Panti, tak perlu diragukan. Sikap mereka layak ditiru oleh semua umat beragama. Dalam peringatan Tahun Baru Imlek kemarin (1/2), sejumlah umat Islam bergabung bersama Polri dan TNI guna memastikan kelancaran ibadah warga Jember tersebut.
Menurut Suryo, tokoh agama setempat, penjagaan keamanan Imlek di Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Pay Lien San sudah menjadi kebiasaan masyarakat setempat. Bahkan, mereka menganggap perayaan Imlek sudah seperti hari raya juga bagi mereka. Apalagi, kelenteng tersebut dulunya memang dibangun bersama masyarakat suku Jawa yang tinggal di wilayah tersebut.
Suryo menyebut, pendiri TITD itu juga merupakan sosok yang ramah dan menganggap tetangganya sebagai saudara sendiri. “Nenek moyang kita sama-sama orang Jawa, dan kita mau tidak mau harus ikut menjaga tanpa disuruh,” ungkapnya saat ditemui awak media, Selasa (1/2).
Baginya, semua umat Konghucu juga menjadi saudara bagi masyarakat yang tinggal di sekitar TITD. “Kita ini masih saudara semua. Cuma, kan beda agama, dan itu sudah hal biasa,” tuturnya.
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Sikap toleransi warga di sekitar Klenteng Pay Lien San, Desa Glagahwero, Kecamatan Panti, tak perlu diragukan. Sikap mereka layak ditiru oleh semua umat beragama. Dalam peringatan Tahun Baru Imlek kemarin (1/2), sejumlah umat Islam bergabung bersama Polri dan TNI guna memastikan kelancaran ibadah warga Jember tersebut.
Menurut Suryo, tokoh agama setempat, penjagaan keamanan Imlek di Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Pay Lien San sudah menjadi kebiasaan masyarakat setempat. Bahkan, mereka menganggap perayaan Imlek sudah seperti hari raya juga bagi mereka. Apalagi, kelenteng tersebut dulunya memang dibangun bersama masyarakat suku Jawa yang tinggal di wilayah tersebut.
Suryo menyebut, pendiri TITD itu juga merupakan sosok yang ramah dan menganggap tetangganya sebagai saudara sendiri. “Nenek moyang kita sama-sama orang Jawa, dan kita mau tidak mau harus ikut menjaga tanpa disuruh,” ungkapnya saat ditemui awak media, Selasa (1/2).
Baginya, semua umat Konghucu juga menjadi saudara bagi masyarakat yang tinggal di sekitar TITD. “Kita ini masih saudara semua. Cuma, kan beda agama, dan itu sudah hal biasa,” tuturnya.