31.1 C
Jember
Wednesday, 29 March 2023

Manajemen Mutu Budaya Pendidikan Era Pandemi

Mobile_AP_Rectangle 1

Penerapan manajemen mutu budaya pendidikan selama masa Pandemi Covid-19 menjadi kajian menarik para mahasiswa program studi Magister Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana UIN KH. Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember untuk bahan kajian riset. Setidaknya, tantangan yang dihadapi para manajer, seperti kepala sekolah  dalam menerapkan mutu budaya pendidikan di madrasah menemukan tantangan tersendiri. Dan, untuk kepentingan riset para calon magister Manajemen Pendidikan Islam, akan semakin menemukan relevansinya jika dikaitkan dengan tantangan Pascapandemi Covid-19

Salah satu riset yang menarik perhatian adalah tesis berjudul “Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Menerapkan Budaya Mutu Pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Pamekasan”. Tesis ini memotret fenomena tinggi rendahnya mutu madrasah yang umumnya ditentukan oleh kreativitas dan inovasi kepala madrasah. Suatu madrasah dinillai bermutu tinggi dapat dilihat dari budaya mutunya, baik yang tampak maupun tidak tampak.

Tanggungjawab besar yang melekat pada pemimpin dan manajer, maka kepala madrasah dituntut mampu menerapkan budaya mutu madrasah yang menjadi kesadaran dan kebiasaan kolektif seluruh warga madrasah. Apalagi, selama tahun 2020 hingga tahun 2021 ini, bangsa Indonesia menghadapi Pandemi Covid-19 yang membutuhkan “kecermatan” pemimpin dalam mengelola budaya mutu pendidikan di madrasahnya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Fenomena menarik soal kemampuan seorang manajer dalam “menjaga mutu” itu terlihat pada praktik empiris kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Pamekasan yang kemudian menjadi alasan riset itu menarik. Kepala madrasah dipandang mampu menerapkan budaya mutu dengan baik sehingga prestasi guru dan peserta didiknya meningkat secara signifikan, sekaligus mengantarkanya menjadi salah satu madrasah model di Jawa Timur.

Sebagai kajian magister Manajemen Pendidikan Islam yang mengembangkan dialektika teoritis dan empiris, penelitian itu menganalisis karakteristik budaya mutu pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Pamekasan, menganalisis strategi kepala madrasah dalam menerapkan budaya mutu pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Pamekasan, dan menganalisis hambatan dan solusi dalam penerapan budaya mutu pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Pamekasan.

Melalui pendekatan kualitatif deksriptif dengan studi kasus,  hasil riset ini menemukan fenomena yang menarik untuk dikembangkan dalam kajian/ riset di masa-masa mendatang. Pertama, karakteristik budaya mutu pendidikan yang dapat diidentifikasi di MTs Negeri 3 Pamekasan adalah  budaya akhlakul karimah, budaya edukasi, budaya ekologi, dan budaya literasi. Keempat karakteristik ini bisa menjadi inspirasi bagi kepala sekolah untuk diterapkan dengan pengembangan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi, tanpa mengurangi kualitasnya. Bahkan, ketika fenomena Pandemi Covid-19 itu berlangsung, karakteristik itu dikembangkan dalam bentuk yang lain, seperti “budaya” memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan/ menggunakan handsanitizer.

Kedua, strategi kepala madrasah dalam menerapkan budaya mutu pendidikan di MTs Negeri 3 Pamekasan juga bisa dipetakan antara sebelum Pandemi Covid-19  maupun setelah pandemi. Tantangan para kepala madrasah ini menuntut “kecerdasan” tersendiri dalam merespon situasi dan kondisi yang berkembang. Sebab, situasi sebelum dan sesudah pandemi problematikanya jelas tidak sama, sehingga menuntut evaluasi yang komprehensif terhadap keputusan menerapkan budaya mutu yang diharapkan.

Secara umum, saat pandemi belum berlangsung, strategi kepala sekolah dalam mengimplementasikan budaya mutu pendidikan dapat dilakukan dengan melaksanakan sosialisasi kepada semua stakeholders madrasah, melakukan pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) dan peningkatan kualitas SDM, pemenuhan terhadap sarana dan prasarana madrasah, dan  pemberian reward dan punishment.

Berbeda halnya ketika penerapan saat suasana pandemi. Strategi kepala dikembangkan sesuai konteks yang dihadapi, tanpa mengurangi substansi strategi sebelum pandemi. Diantara pengembangan strategi yang diterapkan saat pandemi adalah  pembelajaran dengan pola daring (pembelajaran dengan menggunakan media online), pembelajaran di luar daring/ luring (koloman), uji coba pembelajaran tatap muka, melakukan sosialisasi dan edukasi terkait virus Covid-19.

Ketiga, dalam menerapkan karakteristik budaya mutu tersebut, kepala madrasah dihadapkan dengan berbagai hambatan yang beragam, baik sebelum Covid dan pascapandemi.  Hambatan yang seringkali menjadi kendala adalah masih menurunnya  motivasi guru, profesionalisme guru yang belum optimal, kurangnya biaya dalam penguatan fasilitas, jaringan internet yang acapkali melemah selama pembelajaran daring, ketersediaan sarana dan perangkat daring yang masih terbatas/ kurang memadai, dan ketidak mampuan peserta didik dan guru untuk membeli paket internet. Penting dicatat pula, adaptasi terhadap teknologi digital menjadi hambatan bagi kepala madrasah dalam melaksanakan keseluruhan program sekolah.

Keempat, beragam hambatan yang berhasil diidentifikasi oleh kepala madrasah menjadi “bahan” yang positif untuk diolah menjadi berbagai alternative solusi. Berdasarkan riset tersebut, solusi yang diambil oleh kepala madrasah dalam penerapan budaya mutu pendidikan di MTs Negeri 3 Pamekasan, diantaranya adalah dengan terus memberikan motivasi guru dalam berbagai forum dan program sekolah, pengembangan SDM melalui pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan profesionalisme, melakukan terobosan melalui madrasah entrepreneur, madrasah menyalurkan bantuan pulsa/paket internet, kegiatan luring dengan mempertimbangkan situasi-kondisi, dan melakukan pembelajaran tatap muka dengan tetap memperhatikan protokol yang ketat.

Menatap  Budaya Mutu di Era Digital

Tantangan kepala madrasah di era digital harus direspon dengan berbagai strategi yang efektif. Bencana non-alam Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang luas bagi wajah pendidikan di masa-masa mendatang. Manajemen strategi kolaborasi seorang manajer kepala manajer menjadi penting dalam menerapkan berbagai perangkat digital dalam pembelajaran, tetapi tetap dapat mewujudkan karakteristik budaya mutu akhlaqul karimah, budaya literasi, budaya edukasi, dan  budaya ekologi untuk meningkatkan kualitas mutu sekolah.

Demikian juga, ketika dihadapkan dengan pembelajaran tatap muka (PTM), bukan berarti “budaya” yang terkonstruksi saat pandeminya, misalnya 3 M (Menjaga jarak, Memakai masker, Mencuci tangan), menjadi hilang. Justru seorang manajer tetap pada strategi waspada karena corona masih ada. Dalam konteks ini, manajer tetap menjadi teladan dalam semangat belajar di tengah pandemi, tetapi dengan menjaga waspada. Bahkan, memastikan vaksinasi kepada anak didiknya sudah terlaksana agar terbentuk kekebalan tubuh yang siap melawan virus yang kabarnya masih berpotensi untuk bermutasi!

 

*) Dr. H. Zainuddin Al Haj Zaini, Lc., M.Pd.I., Ketua Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Pascasarjana UIN KHAS  Jember.

 

- Advertisement -

Penerapan manajemen mutu budaya pendidikan selama masa Pandemi Covid-19 menjadi kajian menarik para mahasiswa program studi Magister Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana UIN KH. Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember untuk bahan kajian riset. Setidaknya, tantangan yang dihadapi para manajer, seperti kepala sekolah  dalam menerapkan mutu budaya pendidikan di madrasah menemukan tantangan tersendiri. Dan, untuk kepentingan riset para calon magister Manajemen Pendidikan Islam, akan semakin menemukan relevansinya jika dikaitkan dengan tantangan Pascapandemi Covid-19

Salah satu riset yang menarik perhatian adalah tesis berjudul “Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Menerapkan Budaya Mutu Pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Pamekasan”. Tesis ini memotret fenomena tinggi rendahnya mutu madrasah yang umumnya ditentukan oleh kreativitas dan inovasi kepala madrasah. Suatu madrasah dinillai bermutu tinggi dapat dilihat dari budaya mutunya, baik yang tampak maupun tidak tampak.

Tanggungjawab besar yang melekat pada pemimpin dan manajer, maka kepala madrasah dituntut mampu menerapkan budaya mutu madrasah yang menjadi kesadaran dan kebiasaan kolektif seluruh warga madrasah. Apalagi, selama tahun 2020 hingga tahun 2021 ini, bangsa Indonesia menghadapi Pandemi Covid-19 yang membutuhkan “kecermatan” pemimpin dalam mengelola budaya mutu pendidikan di madrasahnya.

Fenomena menarik soal kemampuan seorang manajer dalam “menjaga mutu” itu terlihat pada praktik empiris kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Pamekasan yang kemudian menjadi alasan riset itu menarik. Kepala madrasah dipandang mampu menerapkan budaya mutu dengan baik sehingga prestasi guru dan peserta didiknya meningkat secara signifikan, sekaligus mengantarkanya menjadi salah satu madrasah model di Jawa Timur.

Sebagai kajian magister Manajemen Pendidikan Islam yang mengembangkan dialektika teoritis dan empiris, penelitian itu menganalisis karakteristik budaya mutu pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Pamekasan, menganalisis strategi kepala madrasah dalam menerapkan budaya mutu pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Pamekasan, dan menganalisis hambatan dan solusi dalam penerapan budaya mutu pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Pamekasan.

Melalui pendekatan kualitatif deksriptif dengan studi kasus,  hasil riset ini menemukan fenomena yang menarik untuk dikembangkan dalam kajian/ riset di masa-masa mendatang. Pertama, karakteristik budaya mutu pendidikan yang dapat diidentifikasi di MTs Negeri 3 Pamekasan adalah  budaya akhlakul karimah, budaya edukasi, budaya ekologi, dan budaya literasi. Keempat karakteristik ini bisa menjadi inspirasi bagi kepala sekolah untuk diterapkan dengan pengembangan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi, tanpa mengurangi kualitasnya. Bahkan, ketika fenomena Pandemi Covid-19 itu berlangsung, karakteristik itu dikembangkan dalam bentuk yang lain, seperti “budaya” memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan/ menggunakan handsanitizer.

Kedua, strategi kepala madrasah dalam menerapkan budaya mutu pendidikan di MTs Negeri 3 Pamekasan juga bisa dipetakan antara sebelum Pandemi Covid-19  maupun setelah pandemi. Tantangan para kepala madrasah ini menuntut “kecerdasan” tersendiri dalam merespon situasi dan kondisi yang berkembang. Sebab, situasi sebelum dan sesudah pandemi problematikanya jelas tidak sama, sehingga menuntut evaluasi yang komprehensif terhadap keputusan menerapkan budaya mutu yang diharapkan.

Secara umum, saat pandemi belum berlangsung, strategi kepala sekolah dalam mengimplementasikan budaya mutu pendidikan dapat dilakukan dengan melaksanakan sosialisasi kepada semua stakeholders madrasah, melakukan pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) dan peningkatan kualitas SDM, pemenuhan terhadap sarana dan prasarana madrasah, dan  pemberian reward dan punishment.

Berbeda halnya ketika penerapan saat suasana pandemi. Strategi kepala dikembangkan sesuai konteks yang dihadapi, tanpa mengurangi substansi strategi sebelum pandemi. Diantara pengembangan strategi yang diterapkan saat pandemi adalah  pembelajaran dengan pola daring (pembelajaran dengan menggunakan media online), pembelajaran di luar daring/ luring (koloman), uji coba pembelajaran tatap muka, melakukan sosialisasi dan edukasi terkait virus Covid-19.

Ketiga, dalam menerapkan karakteristik budaya mutu tersebut, kepala madrasah dihadapkan dengan berbagai hambatan yang beragam, baik sebelum Covid dan pascapandemi.  Hambatan yang seringkali menjadi kendala adalah masih menurunnya  motivasi guru, profesionalisme guru yang belum optimal, kurangnya biaya dalam penguatan fasilitas, jaringan internet yang acapkali melemah selama pembelajaran daring, ketersediaan sarana dan perangkat daring yang masih terbatas/ kurang memadai, dan ketidak mampuan peserta didik dan guru untuk membeli paket internet. Penting dicatat pula, adaptasi terhadap teknologi digital menjadi hambatan bagi kepala madrasah dalam melaksanakan keseluruhan program sekolah.

Keempat, beragam hambatan yang berhasil diidentifikasi oleh kepala madrasah menjadi “bahan” yang positif untuk diolah menjadi berbagai alternative solusi. Berdasarkan riset tersebut, solusi yang diambil oleh kepala madrasah dalam penerapan budaya mutu pendidikan di MTs Negeri 3 Pamekasan, diantaranya adalah dengan terus memberikan motivasi guru dalam berbagai forum dan program sekolah, pengembangan SDM melalui pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan profesionalisme, melakukan terobosan melalui madrasah entrepreneur, madrasah menyalurkan bantuan pulsa/paket internet, kegiatan luring dengan mempertimbangkan situasi-kondisi, dan melakukan pembelajaran tatap muka dengan tetap memperhatikan protokol yang ketat.

Menatap  Budaya Mutu di Era Digital

Tantangan kepala madrasah di era digital harus direspon dengan berbagai strategi yang efektif. Bencana non-alam Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang luas bagi wajah pendidikan di masa-masa mendatang. Manajemen strategi kolaborasi seorang manajer kepala manajer menjadi penting dalam menerapkan berbagai perangkat digital dalam pembelajaran, tetapi tetap dapat mewujudkan karakteristik budaya mutu akhlaqul karimah, budaya literasi, budaya edukasi, dan  budaya ekologi untuk meningkatkan kualitas mutu sekolah.

Demikian juga, ketika dihadapkan dengan pembelajaran tatap muka (PTM), bukan berarti “budaya” yang terkonstruksi saat pandeminya, misalnya 3 M (Menjaga jarak, Memakai masker, Mencuci tangan), menjadi hilang. Justru seorang manajer tetap pada strategi waspada karena corona masih ada. Dalam konteks ini, manajer tetap menjadi teladan dalam semangat belajar di tengah pandemi, tetapi dengan menjaga waspada. Bahkan, memastikan vaksinasi kepada anak didiknya sudah terlaksana agar terbentuk kekebalan tubuh yang siap melawan virus yang kabarnya masih berpotensi untuk bermutasi!

 

*) Dr. H. Zainuddin Al Haj Zaini, Lc., M.Pd.I., Ketua Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Pascasarjana UIN KHAS  Jember.

 

Penerapan manajemen mutu budaya pendidikan selama masa Pandemi Covid-19 menjadi kajian menarik para mahasiswa program studi Magister Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana UIN KH. Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember untuk bahan kajian riset. Setidaknya, tantangan yang dihadapi para manajer, seperti kepala sekolah  dalam menerapkan mutu budaya pendidikan di madrasah menemukan tantangan tersendiri. Dan, untuk kepentingan riset para calon magister Manajemen Pendidikan Islam, akan semakin menemukan relevansinya jika dikaitkan dengan tantangan Pascapandemi Covid-19

Salah satu riset yang menarik perhatian adalah tesis berjudul “Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Menerapkan Budaya Mutu Pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Pamekasan”. Tesis ini memotret fenomena tinggi rendahnya mutu madrasah yang umumnya ditentukan oleh kreativitas dan inovasi kepala madrasah. Suatu madrasah dinillai bermutu tinggi dapat dilihat dari budaya mutunya, baik yang tampak maupun tidak tampak.

Tanggungjawab besar yang melekat pada pemimpin dan manajer, maka kepala madrasah dituntut mampu menerapkan budaya mutu madrasah yang menjadi kesadaran dan kebiasaan kolektif seluruh warga madrasah. Apalagi, selama tahun 2020 hingga tahun 2021 ini, bangsa Indonesia menghadapi Pandemi Covid-19 yang membutuhkan “kecermatan” pemimpin dalam mengelola budaya mutu pendidikan di madrasahnya.

Fenomena menarik soal kemampuan seorang manajer dalam “menjaga mutu” itu terlihat pada praktik empiris kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Pamekasan yang kemudian menjadi alasan riset itu menarik. Kepala madrasah dipandang mampu menerapkan budaya mutu dengan baik sehingga prestasi guru dan peserta didiknya meningkat secara signifikan, sekaligus mengantarkanya menjadi salah satu madrasah model di Jawa Timur.

Sebagai kajian magister Manajemen Pendidikan Islam yang mengembangkan dialektika teoritis dan empiris, penelitian itu menganalisis karakteristik budaya mutu pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Pamekasan, menganalisis strategi kepala madrasah dalam menerapkan budaya mutu pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Pamekasan, dan menganalisis hambatan dan solusi dalam penerapan budaya mutu pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Pamekasan.

Melalui pendekatan kualitatif deksriptif dengan studi kasus,  hasil riset ini menemukan fenomena yang menarik untuk dikembangkan dalam kajian/ riset di masa-masa mendatang. Pertama, karakteristik budaya mutu pendidikan yang dapat diidentifikasi di MTs Negeri 3 Pamekasan adalah  budaya akhlakul karimah, budaya edukasi, budaya ekologi, dan budaya literasi. Keempat karakteristik ini bisa menjadi inspirasi bagi kepala sekolah untuk diterapkan dengan pengembangan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi, tanpa mengurangi kualitasnya. Bahkan, ketika fenomena Pandemi Covid-19 itu berlangsung, karakteristik itu dikembangkan dalam bentuk yang lain, seperti “budaya” memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan/ menggunakan handsanitizer.

Kedua, strategi kepala madrasah dalam menerapkan budaya mutu pendidikan di MTs Negeri 3 Pamekasan juga bisa dipetakan antara sebelum Pandemi Covid-19  maupun setelah pandemi. Tantangan para kepala madrasah ini menuntut “kecerdasan” tersendiri dalam merespon situasi dan kondisi yang berkembang. Sebab, situasi sebelum dan sesudah pandemi problematikanya jelas tidak sama, sehingga menuntut evaluasi yang komprehensif terhadap keputusan menerapkan budaya mutu yang diharapkan.

Secara umum, saat pandemi belum berlangsung, strategi kepala sekolah dalam mengimplementasikan budaya mutu pendidikan dapat dilakukan dengan melaksanakan sosialisasi kepada semua stakeholders madrasah, melakukan pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) dan peningkatan kualitas SDM, pemenuhan terhadap sarana dan prasarana madrasah, dan  pemberian reward dan punishment.

Berbeda halnya ketika penerapan saat suasana pandemi. Strategi kepala dikembangkan sesuai konteks yang dihadapi, tanpa mengurangi substansi strategi sebelum pandemi. Diantara pengembangan strategi yang diterapkan saat pandemi adalah  pembelajaran dengan pola daring (pembelajaran dengan menggunakan media online), pembelajaran di luar daring/ luring (koloman), uji coba pembelajaran tatap muka, melakukan sosialisasi dan edukasi terkait virus Covid-19.

Ketiga, dalam menerapkan karakteristik budaya mutu tersebut, kepala madrasah dihadapkan dengan berbagai hambatan yang beragam, baik sebelum Covid dan pascapandemi.  Hambatan yang seringkali menjadi kendala adalah masih menurunnya  motivasi guru, profesionalisme guru yang belum optimal, kurangnya biaya dalam penguatan fasilitas, jaringan internet yang acapkali melemah selama pembelajaran daring, ketersediaan sarana dan perangkat daring yang masih terbatas/ kurang memadai, dan ketidak mampuan peserta didik dan guru untuk membeli paket internet. Penting dicatat pula, adaptasi terhadap teknologi digital menjadi hambatan bagi kepala madrasah dalam melaksanakan keseluruhan program sekolah.

Keempat, beragam hambatan yang berhasil diidentifikasi oleh kepala madrasah menjadi “bahan” yang positif untuk diolah menjadi berbagai alternative solusi. Berdasarkan riset tersebut, solusi yang diambil oleh kepala madrasah dalam penerapan budaya mutu pendidikan di MTs Negeri 3 Pamekasan, diantaranya adalah dengan terus memberikan motivasi guru dalam berbagai forum dan program sekolah, pengembangan SDM melalui pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan profesionalisme, melakukan terobosan melalui madrasah entrepreneur, madrasah menyalurkan bantuan pulsa/paket internet, kegiatan luring dengan mempertimbangkan situasi-kondisi, dan melakukan pembelajaran tatap muka dengan tetap memperhatikan protokol yang ketat.

Menatap  Budaya Mutu di Era Digital

Tantangan kepala madrasah di era digital harus direspon dengan berbagai strategi yang efektif. Bencana non-alam Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang luas bagi wajah pendidikan di masa-masa mendatang. Manajemen strategi kolaborasi seorang manajer kepala manajer menjadi penting dalam menerapkan berbagai perangkat digital dalam pembelajaran, tetapi tetap dapat mewujudkan karakteristik budaya mutu akhlaqul karimah, budaya literasi, budaya edukasi, dan  budaya ekologi untuk meningkatkan kualitas mutu sekolah.

Demikian juga, ketika dihadapkan dengan pembelajaran tatap muka (PTM), bukan berarti “budaya” yang terkonstruksi saat pandeminya, misalnya 3 M (Menjaga jarak, Memakai masker, Mencuci tangan), menjadi hilang. Justru seorang manajer tetap pada strategi waspada karena corona masih ada. Dalam konteks ini, manajer tetap menjadi teladan dalam semangat belajar di tengah pandemi, tetapi dengan menjaga waspada. Bahkan, memastikan vaksinasi kepada anak didiknya sudah terlaksana agar terbentuk kekebalan tubuh yang siap melawan virus yang kabarnya masih berpotensi untuk bermutasi!

 

*) Dr. H. Zainuddin Al Haj Zaini, Lc., M.Pd.I., Ketua Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Pascasarjana UIN KHAS  Jember.

 

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca